2) Mendorong partisipasi perempuan dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam sektor energi
3) Memastikan bahwa proyek-proyek energi memperhitungkan kebutuhan dan hak-hak perempuan dan mempromosikan kesetaraan gender
4) Menyediakan pendidikan dan pelatihan bagi perempuan agar mereka memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja dalam sektor energi
5) Menyediakan akses bagi perempuan terhadap teknologi dan informasi dalam sektor energi untuk mempromosikan kesetaraan gender.
Meskipun implementasi gender mainstreaming penting dalam industri energi baru terbarukan (EBT), terdapat beberapa tantangan yang mencapainya, di antaranya:
1) Persepsi gender yang salah: Persepsi yang salah bahwa sektor EBT hanya cocok untuk laki-laki seringkali menjadi hambatan bagi perempuan untuk terlibat dalam sektor ini.
2) Diskriminasi gender di tempat kerja: Perempuan seringkali menghadapi diskriminasi dan hambatan dalam karier mereka di sektor EBT, termasuk diskriminasi gaji, diskriminasi promosi, dan diskriminasi dalam akses terhadap pelatihan dan pendidikan.
5) Kurangnya data dan informasi gender spesifik: Kekurangan data dan informasi gender spesifik seringkali menyulitkan untuk memastikan bahwa hak dan kebutuhan perempuan diakui dan diintegrasikan ke dalam pengembangan proyek EBT.
6) Kurangnya kapasitas dan sumber daya: Baik pemerintah maupun industri seringkali memiliki keterbatasan sumber daya dan kapasitas untuk mengatasi tantangan gender dalam industri EBT.
7) Kurangnya dukungan politik: Tanpa dukungan politik yang kuat, implementasi gender mainstreaming dalam industri EBT akan mengalami kesulitan.
Maka dari itu dibutuhkan beberapa solusi yang dapat membantu dalam mencapai gender mainstreaming dalam industri energi baru terbarukan (EBT):