Pabrik Tempe Mas Arman merupakan UMKM yang memproduksi tempe berkualitas di Kartasura. Dengan kapasitas produksi 1.250 tempe per hari dan 26 hari kerja dalam sebulan, pabrik ini menghadapi tantangan dalam mengelola biaya bahan baku, tenaga kerja, dan operasional.
Berbagai data yang dikumpulkan melalui observasi langsung dan wawancara dengan pemilik pabrik menunjukkan bahwa penerapan analisis BVL membantu usaha ini dalam merencanakan strategi laba yang lebih terukur.
Temuan Analisis Biaya-Volume-Laba
1.Margin Kontribusi
Dari total penjualan senilai Rp162.500.000 per bulan, margin kontribusi yang diperoleh Pabrik Tempe Mas Arman adalah Rp104.652.000. Rasio margin kontribusi mencapai 64,40%, yang menunjukkan bahwa pabrik ini mampu menutupi biaya tetap dan memiliki peluang menghasilkan laba lebih besar.
2. Break Even Point (BEP)
Titik impas dalam unit produksi adalah 397 unit tempe per bulan, sedangkan BEP dalam bentuk pendapatan adalah Rp1.984.951. Artinya, Pabrik Tempe Mas Arman harus menjual setidaknya 397 unit untuk menutup semua biaya operasional.
3. Margin of Safety
Dengan total penjualan Rp162.500.000, margin of safety mencapai Rp160.515.049, atau 98,77%. Hal ini menunjukkan bahwa pabrik memiliki toleransi penurunan penjualan yang sangat tinggi sebelum mengalami kerugian.
4. Strategi Perencanaan Laba
Pemilik pabrik merencanakan kenaikan laba sebesar 15% untuk bulan berikutnya. Berdasarkan analisis, target ini dapat dicapai dengan meningkatkan produksi dan penjualan dari 32.500 unit menjadi 37.315 unit.