melihat peluang baru
Sebagai seorang coach salah satu peran terpentingnya adalah membantu coachee menyadari potensi yang dimiliki untuk mengembangkan kompetensi dirinya, dan menjadi mandiri melalui pendampingan yang mengedepankan semangat memberdayakan. Alur percakapan coaching TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching untuk memfasilitasi rekan sejawat agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan-keputusan bijaksana secara mandiri. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk pengembangan diri dan membangun kemandirian. Melalui alur percakapan coaching TIRTA, kita diharapkan dapat melakukan pendampingan baik kepada rekan sejawat maupun muridnya.
Pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi bagi saya adalah bagaimana praktik coaching dapat meningkatkan  pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid dan memperkuat  praktik pembelajaran yang berpihak pada murid? Akhirnya saya banyak belajar tentang profil belajar, pembelajaran berdiferensiasi, teori scaffolding, perspektif equalizer dan strategi penilaian formatif. Profil belajar merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir/belajar, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dan lain-lain. Sangat penting menerapkan teknik pembelajaran di mana murid diberikan sejumlah bantuan, kemudian perlahan-lahan diadakan pengurangan terhadap bantuan tersebut hingga pada akhirnya, murid dapat menunjukkan kemandirian yang lebih besar dalam proses pembelajaran (scaffolding). Pembelajaran itu perlu memenuhi kebutuhan belajar semua murid, menyesuaikan kebutuhan belajar murid seperti kesiapan belajar murid, minat murid, profil belajar murid dan berdiferensiasi.
Kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan pengetahuan atau keterampilan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar ini adalah untuk memastikan bahwa semua siswa diberikan pengalaman belajar yang menantang secara tepat (Santangelo & Tomlinson (2009) dalam Joseph et.al (2013: 29)). Berikut ini adalah perspektif equalizer (Tomlinson (2001:47).
Mendasar – Transformatif
Konkret – Abstrak
Sederhana – Kompleks
Terstruktur – Terbuka
Tergantung – Mandiri
Lambat – Cepat