Mohon tunggu...
Yogi Prasetya
Yogi Prasetya Mohon Tunggu... -

journalist, entepreneur wannabe, dreamer, moviegowers

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Demi Waktu

3 September 2012   01:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:00 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear Are

Waktu terus berputar,pagi berganti dengan siang,siang berganti dengan malam.Itu akan terjadi terus selama Allah SWT memberikan kehidupan kepada kita. Satu yang perlu diingat, waktu yang sudah terlewati tidak akan pernah kembali lagi, maka mama harap Are jangan pernah melewatkan waktu untuk hal yang kurang berguna. Pasti Bu Guru di sekolah juga sudah mengajarkan arti dari  surat Al Ashr ayat 1-3  yang isinya:

“Demiwaktu, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat-menasehati dalam menetapi kebenaran dan nasehat-menasehati dalam menetapi kesabaran"

Atau juga Hadist yang berbunyi:

"Pada setiap fajar ada dua malaikat yang berseru-seru: "Wahai anak Adam aku adalah hari yang baru, dan aku datang untuk menyaksikan amalan kamu. Oleh sebab itu manfaatkanlah aku sebaik-baiknya. Karena aku tidak kembali lagi sehingga hari pengadilan".

(H.R. Turmudzi)

Alhamdulillah sekarang  Are sudah kelas 3 SD,tumbuh semakin besar dan sehat. Jangan lupa selalu bersyukur atas apa yang sudah yang diberikan Allah kepadamu.

Doa Mama akan selalu menyertaimu …

Surat diatas adalah surat yang dibuat oleh istri saya untuk anak kami, Are. Ceritanya Are ditugaskan dari sekolah agar “menyuruh” orang tuanya membuat surat untuk dia dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional. Dan kemudian surat dari para orang tua itu dibacakan di depan kelas oleh setiap anak.

Entah apa yang ada dalam pikiran Istri saya saat membuat surat tersebut. Dan berbicara mengenai waktu untuk anak saya. Dan mengutip ayat dan hadist diatas. Dia mungkin berusaha mengingatkan Are tentang betapa pentingnya waktu. Betapa berharganya waktu. Dia mungkin berusaha mengingatkan Are untuk sedini mungkin memiliki kesadaran tentang Waktu. Bahwa waktu itu memiliki keterbatasan sehingga kita harus menggunakan secara maksimal dan sebaik-baiknya. Untuk apa? Ya, untuk mengerjakan hal-hal baik dan berguna. Untuk belajar, untuk bekerja, untuk menolong sesama, untuk berdoa kepada yang Tuhan Yang Maha Mencinta. Sesuatu yang terlihat klise, tapi memang seharusnya seperti itu.

Saat itu, Istri saya mungkin hanya bermaksud mengingatkan Are saja, tapi yang merasa tertampar justru saya pribadi. Tertampar oleh surat pendek yang dibuat hanya beberapa menit saja oleh istri saya. Tertampar oleh surat yang mungkin nampak biasa bagi kebanyakan orang.

Kenapa seperti itu? Bagi saya, berbicara mengenai waktu adalah berbicara mengenai perjalanan hidup yang telah saya jalani hingga kini. Berbicara waktu adalah berbicara tentang berapa banyak dosa yang telah saya perbuat. Berbicara waktu adalah berbicara tentang perjalanan menggapai impian-impian saya. Berbicara Waktu adalah berbicara tentang kesakitan dan kebahagiaan yang saya alami. Berbicara waktu adalah berbicara proses pencarian diri yang tak kunjung selesai.

Berbicara waktu adalah bicara mengenai proses perenungan diri sendiri. Pergolakan diri yang tiada taranya. Berbicara waktu adalah bicara tentang pertarungan antara kebaikan diri dan keburukan diri yang tak habis-habisnya.

Dan dalam waktu itu ada tangisan penyesalan diri saat duduk bersimpuh sendirian. Dalam waktu itu ada senyum kebahagian yang selalu muncul dari rasa bersyukur saat bersama dengan orang-orang baik dan kita sayangi.

Dalam perjalanan waktu ini saya juga semakin banyak belajar. Belajar dari perjalanan kehidupan ini.

Belajar bahwa benar adanya bahwa keluarga itu adalah harta paling penting yang harus kita jaga. Belajar bahwa menghargai sesame manusia pada dasarnya adalah menghargai diri sendiri. Belajar bahwa teman yang sejati itu didapat dari proses yang panjang dan tidak mudah. Belajar bahwa uang itu dapat mempermudah segala urusan tapi juga menjadi pangkal segala macam konflik yang terjadi di muka bumi ini.

Belajar bahwa yang membawa kita ke puncak kesuksesan adalah bukan hanya kepintaran tetapi yang lebih penting adalah karakter yang baik. Belajar bahwa keberhasilan itu bukan buah kerja dari satu individu tetapi hasil kerjasama antara individu yang terjalin dengan baik. Belajar bahwa kejujuran dan memegang amanah adalah kunci kepercayaan orang pada kita. Belajar bahwa kesabaran itu adalah kunci dari segala keberhasilan usaha kita. Belajar bahwa kerja keras dan ketekunan itu akan mengalahkan mereka yang hanya mengandalkan kepintaran semata.

Belajar bahwa setiap individu memiliki karakter yang unik dan komplek. Sehingga tak dapat dinilai dari hanya satu sisi saja. Butuh waktu yang lama untuk dapat menilai seseorang dengan tepat. Jadi benar adanya pepatah yang mengatakan jangan nilai seseorang dari permukaan. Apalagi menilai seseorang dari statusnya di Facebook, Twitter atau BBM. Sungguh itu suatu kesalahan yang fatal.

Belajar bahwa saat mencari kebenaran kita harus memiliki kerendahan hati dan pikiran yang terbuka. Belajar bahwa kesombongan dalam hal apapun tak akan mampu membawa kearah kebaikan diri.

Belajar bahwa tak mudah untuk memperbaiki diri sendiri apalagi memperbaiki orang lain. Jadi bersabarlah dalam menghadapi beragam keburukan orang lain. Karena mungkin diapun sedang berjuang untuk memperbaiki diri. Seperti kita semua.

Belajar bahwa mempelajari dan melaksanakan agama (baca: Kebenaran Illahi) itu tak semudah seperti yang dikatakan oleh ustad atau penceramah yang ada di TV. Belajar bahwa Agama tanpak akhlak yang baik justru akan membawa malapetaka bagi umat manusia. Belajar bahwa agama jika sudah dibawa ke ranah kepentingan politik akan menimbulkan konflik yang berdarah-darah.

Belajar bahwa Guru yang sebenarnya justru ditemukan di wilayah yang hening dan jauh dari hiruk pikuk. Guru yang sebenarnya mereka yang memberi ilmu tanpa pamrih kekayaan dan ketenaran diri.

Dalam perjalanan waktu ini saya terus belajar dan belajar dan belajar.

Ya Rabb, bimbinglah kami, keluarga kami dan orang-orang yang kami sayangi agar dapat mempergunakan setiap waktunya untuk kebaikan diri dan kebaikan sesama. Amien.

“ Ya, Demiwaktu, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat-menasehati dalam menetapi kebenaran dan nasehat-menasehati dalam menetapi kesabaran.”

Catatan Harian 3 September 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun