Kenapa seperti itu? Bagi saya, berbicara mengenai waktu adalah berbicara mengenai perjalanan hidup yang telah saya jalani hingga kini. Berbicara waktu adalah berbicara tentang berapa banyak dosa yang telah saya perbuat. Berbicara waktu adalah berbicara tentang perjalanan menggapai impian-impian saya. Berbicara Waktu adalah berbicara tentang kesakitan dan kebahagiaan yang saya alami. Berbicara waktu adalah berbicara proses pencarian diri yang tak kunjung selesai.
Berbicara waktu adalah bicara mengenai proses perenungan diri sendiri. Pergolakan diri yang tiada taranya. Berbicara waktu adalah bicara tentang pertarungan antara kebaikan diri dan keburukan diri yang tak habis-habisnya.
Dan dalam waktu itu ada tangisan penyesalan diri saat duduk bersimpuh sendirian. Dalam waktu itu ada senyum kebahagian yang selalu muncul dari rasa bersyukur saat bersama dengan orang-orang baik dan kita sayangi.
Dalam perjalanan waktu ini saya juga semakin banyak belajar. Belajar dari perjalanan kehidupan ini.
Belajar bahwa benar adanya bahwa keluarga itu adalah harta paling penting yang harus kita jaga. Belajar bahwa menghargai sesame manusia pada dasarnya adalah menghargai diri sendiri. Belajar bahwa teman yang sejati itu didapat dari proses yang panjang dan tidak mudah. Belajar bahwa uang itu dapat mempermudah segala urusan tapi juga menjadi pangkal segala macam konflik yang terjadi di muka bumi ini.
Belajar bahwa yang membawa kita ke puncak kesuksesan adalah bukan hanya kepintaran tetapi yang lebih penting adalah karakter yang baik. Belajar bahwa keberhasilan itu bukan buah kerja dari satu individu tetapi hasil kerjasama antara individu yang terjalin dengan baik. Belajar bahwa kejujuran dan memegang amanah adalah kunci kepercayaan orang pada kita. Belajar bahwa kesabaran itu adalah kunci dari segala keberhasilan usaha kita. Belajar bahwa kerja keras dan ketekunan itu akan mengalahkan mereka yang hanya mengandalkan kepintaran semata.
Belajar bahwa setiap individu memiliki karakter yang unik dan komplek. Sehingga tak dapat dinilai dari hanya satu sisi saja. Butuh waktu yang lama untuk dapat menilai seseorang dengan tepat. Jadi benar adanya pepatah yang mengatakan jangan nilai seseorang dari permukaan. Apalagi menilai seseorang dari statusnya di Facebook, Twitter atau BBM. Sungguh itu suatu kesalahan yang fatal.
Belajar bahwa saat mencari kebenaran kita harus memiliki kerendahan hati dan pikiran yang terbuka. Belajar bahwa kesombongan dalam hal apapun tak akan mampu membawa kearah kebaikan diri.
Belajar bahwa tak mudah untuk memperbaiki diri sendiri apalagi memperbaiki orang lain. Jadi bersabarlah dalam menghadapi beragam keburukan orang lain. Karena mungkin diapun sedang berjuang untuk memperbaiki diri. Seperti kita semua.
Belajar bahwa mempelajari dan melaksanakan agama (baca: Kebenaran Illahi) itu tak semudah seperti yang dikatakan oleh ustad atau penceramah yang ada di TV. Belajar bahwa Agama tanpak akhlak yang baik justru akan membawa malapetaka bagi umat manusia. Belajar bahwa agama jika sudah dibawa ke ranah kepentingan politik akan menimbulkan konflik yang berdarah-darah.
Belajar bahwa Guru yang sebenarnya justru ditemukan di wilayah yang hening dan jauh dari hiruk pikuk. Guru yang sebenarnya mereka yang memberi ilmu tanpa pamrih kekayaan dan ketenaran diri.