Mohon tunggu...
Yogi Pratama Putra
Yogi Pratama Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa akhir

Semua orang adalah guru, karena selalu ada hal yang bisa mereka ajarkan. Semua orang adalah murid, karena selalu ada hal yang tak mereka ketahui

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Musthafa Umar: Ulama Kharismatik dari Pulau Seribu Masjid

25 Desember 2021   16:50 Diperbarui: 25 Desember 2021   16:53 1369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musthafa Umar Abdul Aziz atau yang terkenal dengan nama Tuan Guru Haji (TGH) Musthafa Umar, adalah seorang ulama kharismatik yang namanya masih harum hingga saat ini, khususnya di Lombok, pulau seribu masjid. 

Beliau merupakan salah satu ulama nusantara yang turut andil dalam menyebarkan ajaran Islam melalui pendidikan karakter Islami. 

Beliau adalah Guru Besar sekaligus pelopor berdirinya Pondok Pesantren Al-Aziziyah, salah satu pondok Pesantren terbesar sekaligus pondok tahfidz al-Qur’an pertama di Tenggara Barat (NTB). 

Perjuangan dan pengorbanan beliau dalam menyebarkan kalam ilahi dan ilmu keislaman harus selalu dikenang dan diteladani untuk meneruskan semangat dakwah dan cinta Quraniyah dari generasi ke generasi. Untuk itu, penting bagi kita untuk mengetahui garis hidupnya, seluk beluk pendidikannya dan pengaruhnya sebagai seorang ulama terkemuka di Indonesia khususnya di Lombok. Berikut biografi singkat TGH Musthafa Umar Abdul Aziz.

Musthafa Umar lahir pada 31 Desember 1929 dan wafat pada 1 Mei 2014. Musthafa Umar yang sewaktu kecil biasa dipanggil Musthafa Kecil terlahir dari orang tua yang sederhana. 

Meski hidup sederhana, semangat belajarnya sangat besar. Dibekali dasar-dasar pemahaman agama yang ditanamkan oleh ayahnya TGH Umar Abdul Aziz yang juga seorang tokoh agama setempat, tekad Musthafa untuk menuntut ilmu kian membara. 

Dikatakan suatu ketika Musthafa Kecil pernah merasa iri pada teman-temannya yang mampu melanjutkan pendidikan ke Ma'had Darul Qur'an Wal Hadith (MDQWH) Nahdhatul Wathan, salah satu pondok pesantren terbesar di Lombok saat itu. Namun karena kondisi ekonomi, orang tuanya memintanya untuk mengurungkan niatnya untuk belajar di sana. 

Meskipun begitu, kekangan orang tua dan desakan ekonomi tidak mampu melunturkan semangat Musthafa Kecil untuk belajar. Sehingga qodarullah, ia pun berhasil masuk ke Pesantren impiannya, yang saat itu berada di bawah naungan Maulana Syekh Tuan Guru Kyai Haji (TGKH) Muhammad Zainuddin Abdul Majid, seorang ulama besar di Lombok waktu itu.

Semasa Musthafa Umar menimba ilmu di Pesantren MDQWH Nahdhatul Wathan, ia belajar dengan penuh semangat dan ketekunan. 

Dikatakan bahwa meskipun guru tidak datang ke kelas, ia selalu meluangkan waktu untuk mengulangi pelajaran yang telah dipelajarinya. Ia juga sangat cerdas dan tanggap dalam menerima pelajaran. 

Musthafa juga dikenal sebagai siswa yang rendah hati dan sederhana. Bahkan, dikatakan jika selama ia belajar di MDQWH Nahdhatul Wathan, ia hanya dibekali sepotong pakaian yang ia selalu kenakan. Alhasil, ketika pakaian satu-satunya yang ia miliki itu perlu dicuci, Musthafa pun mau tak mau harus bertelanjang dan kedinginan sembari menunggu pakaiannya kering dan siap dikenakan kembali. 

Selain itu, Musthafa juga dikenal sebagai santri yang taat beribadah. Hal ini membuatnya menjadi murid kesayangan TGKH Zainuddin Abdul Majid. 

Karena ketekunan dan kecerdasannya, TGKH Zainuddin Abdul Majid kemudian merekomendasikannya untuk melanjutkan studi ke Mekkah agar bisa belajar dengan para ulama besar di sana. Singkat cerita, dengan berbekal Bismillahirrahmanirrahim, ia pun berangkat ke Mekkah untuk menempuh jalan yang diisyaratkan gurunya sekaligus untuk melanjutkan studinya.

Sesampainya di Mekkah pada tahun 1976, ia teringat pesan gurunya untuk menuntut ilmu kepada ulama dari Asy-Syangkithy yang pada waktu itu terkenal dengan keilmuannya. Pada hari pertama dia duduk di majelis ilmu di Masjid al-Haram Mekah, terlintas angan yang kuat di dalam hatinya. 

Ia sangat ingin suatu saat bisa duduk mengajar sebagaimana guru-guru besar di Masjid al-Haram mengajar saat itu.

 Niat ini kemudian menjadi cambuk ketekunan baginya. Setelah menempuh pendidikan selama kurang lebih 9 tahun, akhirnya pada tahun 1985, mimpinya menjadi seorang pengajar di Masjid al-Haram pun terwujud. Ia mendapat amanah untuk mengajarkan ilmu keislaman di Babul Fattah, Masjid al-Haram Mekkah. 

Ini adalah pencapaian besar yang tidak sembarang orang bisa dapatkan. Hal ini karena hanya orang-orang yang berilmu tinggi dan telah melewati berbagai macam seleksi ketat yang dapat menjadi guru di Masjid al-Haram Mekkah. 

Lalu, setelah mengajar selama 15 tahun di Masjidil Haram Mekah, pemerintah Mekkah mengeluarkan kebijakan di mana seluruh pengajar dari luar kota Mekkah dipersilakan kembali ke negaranya masing-masing untuk menyebarkan ilmu agama. Kepulangan Musthafa Umar ke tanah air inilah yang kemudian menjadi cikal bakal tersebarnya pundi-pundi ajaran Islam dan prinsip-prinsip Al-Qur'an di bumi Lombok.

Ketika Musthafa Umar tiba di Gunungsari Lombok, tanah kelahirannya, ia bertekad untuk melanjutkan semangat mengajarnya dengan mendirikan sebuah pesantren. 

Niat mulianya ini pun didukung penuh oleh masyarakat sekitar. Sehingga dengan bekal kerjasama dan gotong royong, masyarakat menyumbangkan tenaga mereka secara sukarela untuk pembangunan pondok pesantren yang kemudian diberi nama Pondok Pesantren Al-Aziziyah. 

Pesantren ini masih eksis hingga saat tulisan ini dibuat dan masih terus mewariskan generasi ulama penghafal Al-Qur'an dari berbagai daerah di Indonesia. Tercatat hingga saat ini pondok pesantren al-Aziziyah telah mencetak lebih dari 3000 penghapal al-Qur'an. Bahkan, beberapa dari mereka telah dipercaya menjadi imam di masjid-masjid besar di berbagai negara di dunia seperti Qatar, Abu Dhabi, dan lainnya. 

Selain itu, beberapa muridnya kerap menorehkan prestasi membanggakan bagi negara dengan meraih juara di ajang Musabaqah Hifdzil Qur’an (MHQ) hingga ke ranah internasional. Prestasi besar dan gemilang tersebut tentunya tidak lepas dari perjuangan sosok Musthafa Umar.

Terlepas dari keberhasilan pendirian pondok pesantren al-Aziziyah, Musthafa Umar sendiri semasa hidupnya sering mengadakan tausiyah dan majelis ilmu. Hari-harinya selalu dipenuhi dengan mengajar para guru, dosen, dan tokoh masyarakat yang datang dari seluruh pelosok tanah air. 

Beliau juga aktif mengisi pengajian di masjid-masjid di Lombok dan berbagai daerah di Indonesia seperti Bandung, Jakarta, Bogor, dan lain-lain. Sebagian besar hidupnya ia dedikasikan untuk belajar dan mengajar. Di sela-sela mengajar, ia juga gemar mengarang buku. 

Di antara buku-bukunya yang terkenal adalah Adzkarul Mu'minin dan al-Fawaid. Hingga wafatnya, buku-buku yang ditulisnya masih terus dibaca dan diamalkan masyarakat Lombok terlebih oleh santri-santri di lingkungan Pondok Pesantrennya. Begitu juga dengan ajaran yang beliau sebarkan kepada masyarakat akan terus menjadi amal jariyah yang tiada putusnya hingga hari kiamat.

Itulah tadi biografi singkat TGH Musthafa Umar Abdul Aziz, seorang ulama kharismatik dari pulau seribu masjid. Beliau adalah sosok guru bagi para guru. Sosok ulama besar yang mungkin tidak akan pernah memiliki pengganti sehebat dirinya. Prestasi yang diraihnya selama ini merupakan hasil jerih payah dan perjuangannya selama hidup di dunia.

Dedikasi yang dicurahkannya untuk kepentingan masyarakat akan selalu dikenang dan menjadi suri tauladan yang mulia. Semoga beliau bisa menjadi inspirasi bagi umat manusia dimanapun berada. Sehingga kedepannya akan terus bermunculan sosok-sosok hebat dengan berbagai prestasi membanggakan seperti beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun