Di era digital yang serba terkoneksi, kebiasaan berbagi momen sehari-hari di media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan banyak orang. Salah satu tren yang berkembang pesat adalah sharenting, yaitu kombinasi dari kata "sharing" dan "parenting". Istilah ini mengacu pada praktik orang tua yang secara aktif membagikan foto, video, atau cerita tentang anak-anak mereka di platform media sosial. Meskipun terlihat sebagai cara untuk berbagi kebahagiaan dan kebanggaan, sharenting menyimpan berbagai sisi positif dan negatif yang patut kita cermati. Â
Mengapa Orang Tua Melakukan Sharenting? Â
Bagi banyak orang tua, membagikan momen kehidupan anak adalah bentuk ekspresi kebahagiaan dan cinta. Misalnya, foto pertama bayi, momen ulang tahun, atau prestasi di sekolah menjadi kebanggaan yang ingin mereka bagikan dengan dunia. Selain itu, media sosial juga sering menjadi sarana untuk menjaga hubungan dengan keluarga atau teman yang tinggal jauh, sehingga momen perkembangan anak dapat tetap tersampaikan. Â
Namun, di balik alasan tersebut, ada juga tekanan sosial yang muncul dari media digital. Banyak orang tua merasa terdorong untuk mengikuti tren atau mendapatkan validasi melalui jumlah "like" dan komentar positif. Fenomena ini tanpa disadari mendorong mereka untuk terus membagikan berbagai aspek kehidupan anak, bahkan yang seharusnya bersifat pribadi. Â
Risiko dan Tantangan Sharenting Â
Meski terlihat tidak berbahaya, sharenting memiliki sejumlah risiko yang perlu diperhatikan:Â Â
1. Pelanggaran Privasi Anak
Setiap kali orang tua membagikan foto atau cerita anak mereka, ada potensi pelanggaran privasi. Anak-anak, terutama yang masih kecil, belum memiliki kemampuan untuk memberikan persetujuan atas informasi yang dibagikan. Hal ini dapat menyebabkan dampak jangka panjang, terutama jika konten yang diunggah menjadi bahan perbincangan atau bahkan bahan perundungan di masa depan. Â
2. Jejak Digital yang Permanen
Konten yang diunggah ke internet cenderung sulit untuk dihapus sepenuhnya. Jejak digital ini dapat mengikuti anak hingga dewasa, yang mungkin memengaruhi kehidupan pribadi atau profesional mereka nantinya. Â
3. Keamanan DataÂ
Sharenting juga membuka celah bagi pelaku kejahatan siber. Informasi seperti nama lengkap, tanggal lahir, atau lokasi anak dapat digunakan untuk tujuan yang tidak diinginkan, termasuk pencurian identitas atau eksploitasi anak. Â
4. Dampak Psikologis pada Anak Â
Ketika anak-anak tumbuh dan menyadari bahwa kehidupan mereka telah terdokumentasi secara online tanpa persetujuan, mereka mungkin merasa kehilangan kendali atas identitas pribadi mereka. Â
Etika dan Tips Berbagi di Era Sharenting Â
Untuk tetap dapat berbagi momen tanpa mengorbankan privasi anak, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:Â Â
1. Pilih Konten dengan Bijak Â
Hindari membagikan informasi sensitif, seperti lokasi, nama lengkap, atau detail pribadi anak. Pastikan konten yang diunggah tidak akan memalukan atau merugikan anak di masa depan. Â
2. Batasi Akses KontenÂ
Gunakan pengaturan privasi di media sosial untuk membatasi siapa saja yang dapat melihat unggahan Anda. Lebih baik membagikan momen tersebut hanya kepada orang-orang terdekat. Â
3. Libatkan Anak dalam Keputusan
Jika anak sudah cukup besar untuk memahami, ajak mereka berdiskusi sebelum mengunggah konten. Ini mengajarkan mereka pentingnya privasi dan memberikan mereka kontrol atas informasi pribadi mereka. Â
4. Pahami Konsekuensi Jangka Panjang
Sebelum mengunggah, pikirkan dampak jangka panjang dari konten tersebut. Tanyakan pada diri sendiri, "Apakah ini sesuatu yang akan diterima anak saya dengan nyaman ketika mereka dewasa?"Â Â
Sharenting adalah fenomena yang muncul seiring perkembangan teknologi dan budaya berbagi di media sosial. Meskipun menawarkan manfaat seperti koneksi emosional dengan keluarga dan teman, praktik ini juga membawa tantangan dan risiko, terutama terkait privasi dan keamanan anak. Sebagai orang tua, penting untuk selalu bijak dalam menggunakan media sosial, mengutamakan kepentingan dan kenyamanan anak di atas segalanya. Dengan pendekatan yang tepat, momen kebahagiaan dapat tetap dibagikan tanpa mengorbankan hak dan masa depan anak. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI