SolusiÂ
Untuk mengatasi masalah ini, perlu ada perubahan paradigma dalam cara siswa, guru, dan orang tua memandang proses belajar. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:
- Mendorong pemahaman mendalam: Guru dan orang tua sebaiknya menekankan pentingnya pemahaman materi daripada sekadar hasil ujian. Siswa perlu didorong untuk bertanya, berdiskusi, dan mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari.
- Evaluasi yang beragam: Sistem evaluasi tidak hanya berfokus pada ujian tertulis, tetapi juga pada proyek, presentasi, diskusi, dan bentuk penilaian lainnya yang bisa menunjukkan pemahaman siswa secara komprehensif.
- Penghargaan atas proses belajar: Pujian dan apresiasi tidak hanya diberikan saat siswa mendapatkan nilai tinggi, tetapi juga ketika mereka menunjukkan usaha, ketekunan, dan kemajuan dalam pemahaman materi.
- Pembelajaran kontekstual: Materi pelajaran perlu dikaitkan dengan situasi nyata agar siswa bisa melihat relevansi ilmu yang mereka pelajari. Dengan demikian, siswa akan lebih termotivasi untuk memahami konsep daripada sekadar menghafal.
Meningkatnya kecenderungan siswa untuk lebih peduli pada nilai dibandingkan pemahaman materi adalah masalah yang kompleks dan melibatkan berbagai faktor, termasuk sistem pendidikan, ekspektasi sosial, dan lingkungan keluarga. Untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas dalam angka, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam dan keterampilan berpikir kritis, perlu ada pergeseran fokus dalam cara kita mendidik dan mengevaluasi siswa. Bagaimanapun, pemahaman adalah kunci utama keberhasilan jangka panjang, baik dalam pendidikan maupun dalam kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H