Di sudut kamar yang remang, Aira menatap layar ponselnya dengan intens. Jari lentiknya menari di atas layar, meluncur dari satu aplikasi ke aplikasi lainnya. Dunia maya baginya adalah sebuah labirin tak berujung, penuh warna dan suara yang menghipnotis. Ia bisa berjam-jam terjebak dalam pusaran informasi, tanpa menyadari waktu yang berlalu.
Aira adalah remaja biasa. Ia memiliki teman-teman yang baik, hobi yang menarik, dan mimpi-mimpi yang indah. Namun, belakangan ini, dunianya terasa semakin sempit. Interaksi tatap muka dengan teman-teman mulai berkurang, digantikan oleh pesan singkat dan panggilan video. Buku-buku yang dulu rajin ia baca, kini teronggok tak tersentuh di sudut kamar.
Suatu hari, ibunya menemukan Aira tertidur di meja belajar, ponselnya masih menyala. Dengan lembut, ibu Aira mengambil ponsel itu dan meletakkannya di atas meja. "Aira, sudah malam. Ayo tidur," ujarnya lembut. Aira hanya menggumam tanpa membuka mata.
Keesokan harinya, ibu Aira mengajak Aira berbicara. "Nak, Ibu melihat kamu sering sekali bermain ponsel. Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya ibu Aira dengan nada khawatir. Aira terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan. "Tidak ada, Bu," jawabnya lirih.
Namun, ibu Aira tidak menyerah. Ia tahu ada sesuatu yang sedang terjadi pada anaknya. "Aira, dunia maya memang menarik, tapi jangan sampai kamu melupakan dunia nyata. Ada banyak hal indah di luar sana yang menunggumu," kata ibu Aira.
Aira hanya mendengarkan tanpa menanggapi. Ia merasa ibunya tidak mengerti. Baginya, dunia maya adalah pelarian dari segala masalah. Di dunia maya, ia bisa menjadi siapa saja yang ia inginkan, tanpa harus khawatir akan penilaian orang lain.
Beberapa hari kemudian, Aira diajak ayahnya pergi ke perpustakaan. Awalnya, Aira merasa bosan. Namun, saat melihat deretan buku yang tertata rapi di rak-rak, hatinya sedikit terusik. Ia mengambil sebuah buku novel dan mulai membacanya.
Seiring berjalannya waktu, Aira mulai merasa tertarik dengan dunia buku. Ia menemukan bahwa membaca dapat membawanya ke tempat-tempat yang jauh dan memperkenalkannya pada orang-orang yang menarik. Ia juga mulai menyadari bahwa interaksi langsung dengan orang lain jauh lebih bermakna daripada sekadar berchatting di dunia maya.
Perlahan tapi pasti, Aira mulai mengurangi waktu yang ia habiskan di depan layar ponsel. Ia lebih sering menghabiskan waktu bersama keluarga, bermain dengan teman-teman, dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Suatu sore, Aira sedang duduk di taman bersama teman-temannya. Mereka sedang asyik bercerita tentang pengalaman masing-masing. Tiba-tiba, ponsel Aira berdering. Ia melihat nama ibunya tertera di layar. Aira merasa sedikit gugup, namun ia tetap mengangkat telepon.
"Halo, Ma?" sapa Aira.
"Hai, sayang. Ibu hanya ingin menanyakan kabarmu," jawab ibunya.
"Aku baik-baik saja, Ma. Terima kasih," jawab Aira dengan senyum.
"Ibu senang melihatmu lebih ceria sekarang. Jangan lupa, dunia maya memang menarik, tapi dunia nyata juga penuh dengan keindahan," kata ibunya.
Aira mengangguk. Ia menyadari bahwa ibunya benar. Dunia maya dan dunia nyata saling melengkapi. Keduanya memiliki peran penting dalam hidupnya. Namun, ia harus pandai-pandai menyeimbangkan keduanya agar tidak terjebak dalam salah satu.
Sejak saat itu, Aira lebih bijak dalam menggunakan teknologi. Ia tidak lagi menjadi budak dari ponselnya. Ia belajar untuk memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk belajar, berkreasi, dan berkomunikasi dengan orang lain.
Aira juga menyadari bahwa literasi digital sangat penting. Ia belajar untuk membedakan informasi yang benar dan salah, serta bagaimana cara melindungi diri dari bahaya yang mengintai di dunia maya. Ia juga belajar untuk menghargai privasi orang lain dan tidak menyebarkan informasi yang tidak benar.
Kisah Aira adalah cerminan dari banyak remaja di zaman sekarang. Mereka hidup di era digital yang serba cepat dan penuh tantangan. Namun, dengan kesadaran dan bimbingan yang tepat, mereka dapat memanfaatkan teknologi secara bijak dan menjadi generasi yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H