Tanggal 12/12
Chun Doo-hwan telah merencanakan dengan cermat untuk menangkap Chung Seung-hwa pada malam kudeta. Dengan strategi yang terukur, ia berhasil melumpuhkan Chung dan mengisolasi dirinya dari dukungan. Secara simultan, unit militer di bawah kendalinya bergerak cepat untuk menguasai ibu kota Seoul. Setelah mendapatkan dukungan dari Menteri Pertahanan dan Presiden Terpilih, kudeta pun berhasil dilaksanakan.
Konsekuensi dari kudeta 12 Desember 1979 sangatlah tragis. Rezim militer yang otoriter semakin menguat, menekan segala bentuk perlawanan dan aspirasi demokrasi. Protes mahasiswa yang meletus pada bulan Maret menjadi bukti nyata dari ketidakpuasan rakyat. Puncak dari kekejaman rezim Chun terjadi pada bulan Mei 1980 di Gwangju, di mana pasukan militer dengan brutal menyerang demonstran. Peristiwa berdarah ini, yang kemudian dikenal sebagai Pemberontakan Gwangju, menelan banyak korban jiwa. Chun Doo-hwan kemudian berhasil mengamankan kekuasaan melalui pemilihan tidak langsung dan menjabat sebagai Presiden Korea Selatan hingga tahun 1987. Baru setelah masa jabatannya berakhir, demokrasi mulai berakar di Korea Selatan dengan terpilihnya Kim Young-sam.
Film '12 12 The Day' bukan hanya sekadar rekap peristiwa berdarah, namun juga sebuah cerminan bagaimana ambisi kekuasaan dapat menghancurkan sebuah bangsa. Sejarah mengajarkan kita untuk selalu waspada terhadap ancaman otoritarianisme.Â
Daftar Referensi :
https://www.peninsuladispatch.com/p/the-road-to-1212-a-closer-look-at
https://english.hani.co.kr/arti/english_edition/e_entertainment/1118411
https://historia.id/kultur/articles/jenderal-orba-rasa-korea-DArjj
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H