Mohon tunggu...
Yogik Septiawan
Yogik Septiawan Mohon Tunggu... Seniman - Pegiat Sastra Indonesia

S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sastra dan Masyarakat, Pengaruh Sastra dalam Mempengaruhi Opini Publik

5 Agustus 2022   22:19 Diperbarui: 5 Agustus 2022   22:32 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Belakangan ini terlihat sangat menarik mengulas pembahasan antara sastra dalam masyarakat. Terlebih dalam konteks kehadiran sastra dalam kehidupan masyarakat. Keberadaan sastra, terkait dengan peran dan fungsinya, muncul dengan pertentangan faham. Pertentangan faham tersebut dalam dunia sastra adalah faham Art for Art dan faham Engagement Art. 

Pertentangan faham tentang keberadaan sastra ini yang membuat sebagian kritikus berpendapat bahwa sastra harus mementingkan kegunaannya, tetapi sebagian yang lain berpendapat bahwa sastra itu seharusnya mementingkan sastra itu sendiri.

Selanjutnya, sastra modern berperan ganda pula dalam kehidupan masyarakat. Ia di samping digunakan sebagai alat untuk hiburan, mengisi waktu luang, ia juga berperan sebagai penyampaian misi ideologi, sebagai alat pendidikan, bahkan sebagai alat propaganda.

Beberapa komunitas terdapat faham yang mempertahankan konsep bahwa seni murni tidak dicampuradukkan dengan tujuan dari keberadaanya, karena estetika merupakan tujuan utama dari keberadaan sastra. Faham pertama merupakan konsep dari Plato dengan teori mimetik yang dianggap sebagai pelopor teori sosial. Kata mimetik berasal dari kata mimesis (bahasa Yunani) yang berarti tiruan. Teori mimetik menganggap karya sastra sebagai tiruan alam atau kehidupan.

Plato menjelaskan juga bahwa segala yang ada di dunia ini sebenarnya hanya merupakan tiruan dari kenyataan tertinggi yang berada di dunia gagasan, begitu juga dengan keberadaan sastra. 

Walaupun Plato berkonsep sastra sebagai tiruan dari tiruan, namun dalam pandangannya tersebut tersirat adanya hubungan antara karya sastra dengan masyarakat. 

Apa yang tergambar dalam karya sastra, memiliki kemiripan dengan apa yang terjadi dalam masyarakat. Komunitas faham kedua berkembang menjadi seni untuk rakyat. 

Pelopor faham ini adaah Aristoteles. Dia meyakinkan bahwa sastra harus mengutamakan kemanfaatannya bagi masyarakat, Sastra yang baik adalah sastra yang sebesar-besarnya bermanfaat untuk masyarakat, dan menolak karya sastra yang tujuannnya hanya mencari estetika semata. Komunitas kedua ini berpendapat bahwa karya sastra diciptakan untuk kepentingan masyarakat agar dapat meningkatkan kehidupan ke taraf yang lebih baik. 

Hubungan antara sastra dengan masyarakat selanjutnya dirumuskan oleh Aristoteles, dengan teori kreasi. Berbeda dengan Plato yang memandang sastra sebagai tiruan kenyataan, Luxemburg (1984) menyatakan bahwa Aristoteles memandang mimesis yang dilakukan para sastrawan tidak berarti semata-mata menjiplak kenyataan, melainkan merupakan sebuah proses kreatif.

Pengaruh sastra dalam mempengaruhi opini publik

Sastra dan masyarakat merupakan suatu hal yang berkaitan, keduanya saling mempengaruhi. Kehadiran sastra tidak terlepas dari kondisi masyarakat. Dalam fenomena masyarakat, ada beberapa fenomena yang kehadiran sastra dapat mempengaruhi stabilitas masyarakat, ungkapan Mentri Agama RI, Yaqut mengumpamakan suara adzan seperti gonggongan suara anjing. Hal ini terjadi pada saat Yaqut memberikan penjelasan ke publik terkait pedoman pemasangan dan penggunaan pengeras suara (toa) di mushola dan masjid. Penjelasan tersebut terjadi di Gedung Daerah Provinsi Riau, Rabu 23 Februari 2022.

"Kita bayangkan lagi, kita ini muslim, saya ini muslim. Saya hidup di lingkungan nonmuslim, ya, kemudian rumah ibadah saudara-saudara kita nonmuslim itu bunyikan toa sehari lima kali dengan kencang-kencang secara bersamaan itu rasanya bagaimana.

Yang paling sederhana lagi, tetangga kita ini, kalau kita hidup dalam satu kompleks gitu misalnya, kiri kanan depan belakang pelihara anjing semua. Misalnya, menggonggong dalam waktu yang bersamaan, kita ini terganggu nggak?"

Pengaruh sastra dalam membentuk opini publik sudah sering terjadi di masyarakat. Bagaimana sastra mampu menjadi alat yang sangat efektif dalam mempengaruhi publik. 

Salah satunya adalah kasus Yaqut dalam memainkan analogi suara adzan, pengaruh sastra sangat terlihat dalam menguncang masyarakat. Dalam hal ini sejatinya sastra dan masyarakat saling berkaitan dan sastra mampu menjadi alat untuk mencapai tujuan kelompok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun