Mohon tunggu...
Yogi Firmansyah
Yogi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - XII MIPA 4 SAVAL

ALLAHUAKBAR...!!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sang Pelopor dan Penyatu

21 November 2021   13:16 Diperbarui: 21 November 2021   13:55 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : www.boombastis.com

Pesantren Gedang, Tambakrejo, Kabupaten Jombang, 14 Februari 1871, Semua santri melaksanakan kegiatan seperti biasanya.  Namun berbeda dengan Kiai Asy'ari dan Halimah karena mereka dikaruniai anak ke-3 yang mereka beri nama Muhammad hasyim.

Hasyim tumbuh di lingkungan pesantren Gedang hingga berumur 5 tahun sebelum ia dibawa pindah oleh kedua orang tua nya ke desa keras, untuk membangun pesantren baru sebelah selatan pesantren gedang.

Disinilah hasyim secara serius di didik dan dibimbing mendalami pengetahuan islam langsung oleh ayah dan kakeknya hingga berumur 15 tahun, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menjelajah dan mempelajari ilmu agama dari pesantren-pesantren ternama lainnya.

"Luru ilmu kanti lelaku (mencari ilmu adalah dengan berkelana) atau sambi kelana" Bisa dikatakan ia adalah santri yang serius menerapkan falsafah Jawa ini.

Mula mula pesantren yang ia datangi pertama kali adalah pesantren Wonokoyo di Probolinggo, kemudian berpindah ke pesantren kademangan di Bangkalan Madura, dibawah asuhan kiai Kholil bin Abdul Latif. Hasyim memiliki adab yang sangat mengesankan pada saat hasyim berguru kepada kiai Kholil.

"Dahulu memang saya lah yang mengajar Tuan. Akantetapi hari ini, saya nyatakan bahwa saya adalah murid Tuan," tutur Mbah Cholil, panggilan popular Kyai dari Madura ini.

Kiai Hasyim menjawab, "Sungguh saya tidak menduga Tuan Guru akan mengucapkan kata-kata yang demikian. Tidakkah Tuan Guru salah raba berguru pada saya, seorang murid Tuan sendiri, murid Tuan Guru dahulu, dan juga hingga sekarang? Bahkan, saya akan tetap menjadi murid Tuan Guru kholil selama-lamanya."

            Sebagai murid, Hasyim tidak pernah ngersulo (mengeluh) ketika diperintahkan oleh sang tuan guru untuk angon sapi dan kambing. Hingga pada suatu hari, ketika hasyim melakukan kegiatan seperti biasanya yaitu angon hewan ternak, setelah memasukkan sapi dan kambing ke kandangnya, hasyim langsung mandi dan sholat Ashar.

            Sebelum mandi, Hasyim melihat gurunya, Kyai Kholil sedang duduk termenung sendiri. Seperti ada sesuatu hal yang mengganjal di hati sang guru. Hasyim pun mencoba memberanikan diri untuk bertanya kepada sang kyai.

            "Ada apa gerangan wahai guru nampak kesedihan pada wajahmu," Tanya hasyim

"Bagaimana tidak sedih, wahai muridku hasyim, Cincin pemberian istriku jatuh di kamar mandi Lalu masuk ke lubang pembuangan akhir. " jawab Kyai Kholil yang Nampak sedih.

Mendengar jawaban sang guru, Hasyim segera meminta ijin untuk membantu mencarikan cincin yang jatuh itu, Langsung saja Hasyim masuk ke kamar mandi dan membongkar tempat pembuangan akhir

karena hormat dan sayangnya kepada guru,tanpa pikir panjang hasyim langsung masuk ke tempat pembuangan akhir dan dikeluarkan isinya. Setelah dikuras seluruhnya, dan badan Hasyim penuh dengan kotoran, akhirnya cincin milik gurunya berhasil diketemukan.

"apakah ini adalah cincin milik tuan guru? " Tanya hasyim

Betapa riangnya sang guru, melihat muridnya telah berhasil mencarikan cincin miliknya  itu. Sampai terucap doa "Aku ridho padamu wahai Hasyim, Ku doakan dengan pengabdianmu dan ketulusanmu, derajatmu ditinggikan. Semoga dan pasti kauku doakan menjadi orang besar, tokoh panutan, dan semua orang cinta padamu".

Setelah dari pesantren Kiai Kholil, Hasyim melanjutkan mencari ilmu  di pesantren Siwalan Panji di Sidoarjo yang diasuh oleh Kiai Ya'kub. Pada usia 21 tahun, Hasyim Asy'ari menikah dengan Nafisah, salah seorang puteri Kiai Ya'qub. Pernikahan itu dilangsungkan pada tahun 1892.

Atas nasihat Kiai Ya'kub, Hasyim akhirnya meninggalkan tanah air untuk berguru pada ulama-ulama terkenal di Makkah sambil menunaikan ibadah haji bersama istri dan mertuanya. Namun, saat berada di Mekah, istri Hasyim Asy'ari meninggal dunia. Demikian pula dengan anaknya yang menyusul 40 hari kemudian di Makkah.

Setelah itu, Pada 1899 sepulang dari Makkah, Hasyim Asy'ari mendirikan Pesantren Tebuireng. Setelah mendirikan Pondok Pesantren Tebu Ireng, Pesantren Tebu Ireng yang saat itu berdekatan dengan Pabrik Cukir yang dibuat oleh kolonial Belanda pada tahun 1835, merupakan sebuah perlawanan atas modernisasi dan industrialisasi penjajah untuk memeras rakyat.

pada 31 Januari 1926 hasyim mendirikan sebuah organisasi bernama Nahdlatul Ulama (NU), bersama beberapa ulama lainnya.

berdirinya NU pada saat itu dikarenakan situasi dunia Islam yang sedang dilanda pertentangan paham, antara paham pembaharuan dengan paham bermadzhab.

Hasyim pernah diberi anugerah bintang jasa, Namun pemberian dari Belanda ini jelas ditolak olehnya. Ia mengeluarkan fatwa jihad melawan penjajah dan fatwa haram bagi rakyat Indonesia, yang pergi haji dengan fasilitas Belanda. Karena sifatnya tersebut, Hasyim diancam akan dibunuh dan Pondok Pesantren miliknya, yaitu Tebu Ireng akan dibakar habis.

Setelah masa penjajahan belanda berakhir, jepang adalah masalah baru. Jepang datang ke Indonesia untuk menjajah jua. Hasyim membangkitkan rasa perlawanan dimana-mana dengan mengeluarkan resolusi jihad untuk melawan sekutu bersama dengan para ulama lain.

"Memerangi orang kafir jang merintangi kepada kemerdekaan kita, sekarang ini masalah Hoekoemnja adalah fardhoe atau mungkin fardhoe 'ain bagi tiap-tiap orang Islam jang moengkin meskipoen bagi orang kafir."

Puncak perjuangan hasyim adalah Resousi Jihad yang merupakan pernyataan tertulis hasil kesepakatan para wakil masyarakat yang berisi tuntutan untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia sesuai dengan landasan ajaran Islam dan sejatinya meminta ketegasan kepada pemerintah Indonesia untuk segera mendeklarasikan Perang suci atau bisa disebut Perang jihad.

Resolusi jihad inilah yang membuat arek arek suroboyo melakukan perlawanan dan pertempuran pada 10 november 1945. Selain itu, Hasyim adalah tokoh yang berhasil menyatukan dua kubu diantara para ulama yang sedang berseteru dalam proses pembentukan dasar Negara.

Pada 25 juli 1947 dibulan Ramadhan, hasyim kedatangan dua utusan panglima besar jenderal soedirman. Keduanya menabarkan situasi Negara yang pada saat itu telah terjadi agresi militer belanda 1.

"Jenderal spoor telah merebut singosari, malang kyai. "

Hasyim kaget bukan main, karena itu adalah pusat markas tertinggi Sabilillah

"Masya Allah, masya Allah!" jawabnya.

Hasyim memegang dan menekan kepalanya kuat-kuat. Rasa terkejut yang hebat ini membuat ia pingsan. Ketika diperiksa ternyata ia mengalami pendarahan otak. Dokter yang didatangkan dari Jombang, tidak bisa berbuat apa-apa karena keadaannya sangat parah sekali.

Hasyim menghembuskan nafas terakhirnya pada 21 Juli 1947 pada usia 76 tahun. Ia dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Jombang, Jawa Timur.

Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional Atas jasa-jasa perjuangannya terhadap kemerdekaan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun