Mohon tunggu...
Yogi Adnan
Yogi Adnan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Digital Enggagement

Hoby Finance book Bloging, games sport writer

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Resiko Operational dan Dampaknya Terhadap Keberlangsungan Perusahaan

21 Juni 2024   09:58 Diperbarui: 21 Juni 2024   10:26 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.bfi.co.id/id/blog/Yang-Harus-Diperhatikan-Dalam-Pinjaman-BPKB-Motor

Dalam dunia bisnis, risiko merupakan hal yang tak terhindarkan. Salah satu jenis risiko yang umum dihadapi perusahaan adalah risiko operasional. Risiko ini dapat timbul dari berbagai sumber, baik internal maupun eksternal, dan berakibat fatal bagi kelangsungan perusahaan jika tidak dikelola dengan baik.

Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang risiko operasional, mulai dari definisi, penyebab, dampak, hingga langkah-langkah mitigasinya. Pemahaman yang menyeluruh tentang risiko operasional sangatlah penting bagi para pemangku kepentingan perusahaan, seperti dewan direksi, manajemen, dan karyawan, agar dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk meminimalkan potensinya.

Sumber Foto: bfi.co.id

Definisi Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko kerugian yang timbul dari kegagalan atau tidak memadainya proses internal, manusia, dan sistem, atau sebagai akibat dari kejadian eksternal yang memengaruhi operasional perusahaan. Risiko ini dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, antara lain:

  • Risiko internal: Kesalahan manusia, kegagalan sistem IT, penipuan, dan kecurangan, kebakaran, bencana alam, dll.
  • Risiko eksternal: Bencana alam, gejolak politik dan ekonomi, perubahan peraturan, gangguan rantai pasokan, dll.

Dampak Risiko Operasional terhadap Keberlangsungan Perusahaan

  • Risiko operasional dapat membawa dampak yang signifikan terhadap keberlangsungan perusahaan, antara lain:
  • Kerugian finansial: Kerugian finansial dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti biaya perbaikan, kehilangan pendapatan, denda, dan biaya litigasi.
  • Kerusakan reputasi: Kejadian yang terkait dengan risiko operasional dapat merusak reputasi perusahaan dan berakibat pada hilangnya pelanggan dan investor.
  • Gangguan operasional: Gangguan operasional dapat menyebabkan terhambatnya produksi, distribusi, dan pelayanan kepada pelanggan, yang pada akhirnya dapat berakibat pada hilangnya pendapatan dan keuntungan.
  • Penurunan daya saing: Perusahaan yang tidak mampu mengelola risiko operasional dengan baik akan tertinggal dari kompetitornya dan kehilangan pangsa pasar.
  • Penutupan usaha: Dalam kasus yang ekstrem, risiko operasional yang tidak terkendali dapat menyebabkan penutupan usaha.

Contoh Risiko Operasional dan Dampaknya

Berikut adalah beberapa contoh risiko operasional dan dampaknya terhadap perusahaan:

  • Serangan siber: Serangan siber dapat melumpuhkan sistem IT perusahaan, mencuri data sensitif, dan merusak reputasi. Contohnya, pada tahun 2017, Equifax, salah satu biro kredit terbesar di Amerika Serikat, mengalami kebocoran data yang berakibat pada kerugian finansial sebesar $4 miliar dan kerusakan reputasi yang signifikan.
  • Bencana alam: Bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan badai dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur, mengganggu rantai pasokan, dan menghentikan operasi bisnis. Contohnya, pada tahun 2011, gempa bumi dan tsunami di Jepang menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur dan industri manufaktur, yang berakibat pada kerugian ekonomi yang besar.
  • Kesalahan manusia: Kesalahan manusia dapat terjadi dalam berbagai proses bisnis, seperti produksi, akuntansi, dan pelayanan pelanggan. Contohnya, pada tahun 2016, Wells Fargo, salah satu bank terbesar di Amerika Serikat, didenda $185 juta karena karyawannya membuat akun palsu untuk mencapai target penjualan.

Langkah-langkah Mitigasi Risiko Operasional

Untuk meminimalkan dampak risiko operasional, perusahaan perlu menerapkan langkah-langkah mitigasi yang efektif, antara lain:

  • Identifikasi risiko: Langkah pertama adalah mengidentifikasi semua risiko operasional yang mungkin dihadapi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan analisis SWOT, brainstorming, dan survei kepada karyawan.
  • Penilaian risiko: Setelah risiko diidentifikasi, perlu dilakukan penilaian untuk menentukan tingkat probabilitas dan dampak dari setiap risiko.
  • Pengembangan rencana mitigasi: Untuk setiap risiko yang diidentifikasi, perlu dikembangkan rencana mitigasi yang berisi langkah-langkah untuk mengurangi probabilitas dan dampak dari risiko tersebut.
  • Implementasi dan pemantauan: Rencana mitigasi harus diimplementasikan dengan baik dan dipantau secara berkala untuk memastikan efektivitasnya.
  • Pemutakhiran: Risiko operasional selalu berubah seiring dengan perubahan lingkungan bisnis. Oleh karena itu, perusahaan perlu secara berkala memperbarui proses identifikasi, penilaian, dan mitigasi risiko operasional.

Cara Pengukuran Risiko Operasional

Pengukuran risiko operasional adalah proses untuk menentukan tingkat probabilitas dan dampak dari berbagai risiko operasional yang dihadapi perusahaan. Hasil pengukuran ini kemudian digunakan untuk mengembangkan rencana mitigasi yang efektif dan mengalokasikan modal yang tepat untuk mengelola risiko tersebut.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur risiko operasional, antara lain:

1. Pendekatan Indikator Dasar (Basic Indicator Approach - BIA)

BIA adalah metode pengukuran risiko operasional yang paling sederhana dan paling umum digunakan. Metode ini menggunakan faktor risiko standar untuk menghitung modal yang diperlukan untuk mengcover kerugian akibat risiko operasional. Faktor risiko ini didasarkan pada pendapatan kotor perusahaan dan sektor industrinya.

2. Pendekatan Standar (Standardized Approach - SA)

SA adalah metode pengukuran risiko operasional yang lebih kompleks daripada BIA. Metode ini menggunakan faktor risiko yang lebih spesifik untuk menghitung modal yang diperlukan untuk mengcover kerugian akibat risiko operasional. Faktor risiko ini didasarkan pada profil risiko perusahaan, seperti kompleksitas bisnis, geografis, dan produk.

3. Pendekatan Pengukuran Lanjutan (Advanced Measurement Approach - AMA)

AMA adalah metode pengukuran risiko operasional yang paling kompleks dan paling akurat. Metode ini menggunakan model statistik dan analisis data untuk menghitung modal yang diperlukan untuk mengcover kerugian akibat risiko operasional. AMA hanya dapat digunakan oleh perusahaan yang memiliki data dan sumber daya yang memadai.

Pemilihan metode pengukuran risiko operasional

Metode pengukuran risiko operasional yang tepat untuk digunakan oleh perusahaan tergantung pada beberapa faktor, seperti:

  • Kompleksitas bisnis: Perusahaan dengan bisnis yang kompleks membutuhkan metode yang lebih kompleks seperti AMA.
  • Sumber daya: Perusahaan dengan sumber daya yang terbatas mungkin hanya dapat menggunakan metode yang lebih sederhana seperti BIA.
  • Regulasi: Di beberapa negara, perusahaan diwajibkan untuk menggunakan metode tertentu untuk mengukur risiko operasional.

Pentingnya pengukuran risiko operasional

Pengukuran risiko operasional memiliki beberapa manfaat penting bagi perusahaan, antara lain:

  • Membantu perusahaan untuk memahami profil risikonya: Dengan mengukur risiko operasional, perusahaan dapat lebih memahami jenis risiko apa yang dihadapi dan tingkat keparahannya.
  • Membantu perusahaan untuk mengembangkan rencana mitigasi yang efektif: Dengan mengetahui tingkat probabilitas dan dampak dari setiap risiko, perusahaan dapat mengembangkan rencana mitigasi yang tepat untuk mengurangi potensinya.
  • Membantu perusahaan untuk mengalokasikan modal yang tepat: Dengan mengetahui jumlah modal yang diperlukan untuk mengcover kerugian akibat risiko operasional, perusahaan dapat mengalokasikan modal tersebut dengan lebih efisien.
  • Membantu perusahaan untuk memenuhi persyaratan regulasi: Di beberapa negara, perusahaan diwajibkan untuk mengukur dan melaporkan risiko operasionalnya kepada regulator.

Penyebab Munculnya Risiko Operasional

Risiko operasional dapat muncul dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Berikut adalah beberapa penyebab umum munculnya risiko operasional:

Faktor Internal:

  • Kesalahan manusia: Kesalahan manusia adalah salah satu penyebab paling umum dari risiko operasional. Kesalahan ini dapat terjadi dalam berbagai proses bisnis, seperti produksi, akuntansi, dan pelayanan pelanggan. Contohnya, kesalahan dalam memasukkan data transaksi dapat menyebabkan kerugian finansial bagi perusahaan.
  • Kegagalan sistem: Kegagalan sistem IT dapat menyebabkan gangguan operasional yang signifikan. Contohnya, pemadaman listrik atau serangan siber dapat melumpuhkan sistem IT perusahaan dan menghentikan operasi bisnis.
  • Penipuan dan kecurangan: Penipuan dan kecurangan dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan bagi perusahaan. Contohnya, karyawan yang melakukan penggelapan dana atau vendor yang melakukan penipuan faktur dapat merugikan perusahaan.
  • Ketidakpatuhan terhadap peraturan: Ketidakpatuhan terhadap peraturan dapat menyebabkan denda dan sanksi dari regulator. Contohnya, perusahaan yang tidak mematuhi peraturan tentang perlindungan data pribadi dapat dikenakan denda yang besar.
  • Kelemahan tata kelola perusahaan: Kelemahan tata kelola perusahaan dapat meningkatkan risiko operasional. Contohnya, perusahaan yang tidak memiliki proses kontrol internal yang memadai akan lebih rentan terhadap penipuan dan kecurangan.

Faktor Eksternal:

  • Bencana alam: Bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan badai dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur dan mengganggu rantai pasokan. Contohnya, gempa bumi di Nepal pada tahun 2015 menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur dan mengganggu operasi bisnis di negara tersebut.
  • Gejolak politik dan ekonomi: Gejolak politik dan ekonomi dapat menyebabkan ketidakpastian dan mengganggu operasi bisnis. Contohnya, krisis keuangan global pada tahun 2008 menyebabkan banyak perusahaan mengalami kesulitan keuangan.
  • Perubahan peraturan: Perubahan peraturan dapat memaksa perusahaan untuk mengubah cara mereka beroperasi, yang dapat menyebabkan biaya dan gangguan. Contohnya, peraturan baru tentang emisi gas rumah kaca dapat memaksa perusahaan manufaktur untuk berinvestasi dalam teknologi baru.
  • Gangguan rantai pasokan: Gangguan rantai pasokan dapat menyebabkan kekurangan bahan baku atau produk jadi, yang dapat mengganggu operasi bisnis. Contohnya, pandemi COVID-19 menyebabkan gangguan rantai pasokan global yang signifikan.
  • Keamanan siber: Ancaman keamanan siber seperti malware, ransomware, dan phishing semakin canggih dan dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan bagi perusahaan. Contohnya, serangan ransomware pada Colonial Pipeline pada tahun 2021 menyebabkan perusahaan tersebut harus menghentikan operasi selama beberapa hari dan mengalami kerugian miliaran dolar.

Kesimpulan

Risiko operasional merupakan salah satu risiko utama yang dihadapi perusahaan dan dapat berakibat fatal bagi kelangsungan usaha. Dengan memahami definisi, penyebab, dampak, dan langkah-langkah mitigasi risiko operasional, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk meminimalkan potensinya dan meningkatkan daya saing di pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun