Apa yang oleh Presiden Vladimir Putin sebut sebagai Operasi Militer Khusus kini menjadi perang yang tidak kunjung usai. Terlalu banyak pihak yang terlibat sehingga sangat sulit untuk memulai pertanyaan "Bagaimana perang akan diakhiri?". Pada tanggal 24 Februari 2022, Russia melancarkan operasi militer ke salah satu tetangga di sebelah barat daya negara itu, Ukraina.Â
Sebuah operasi yang bahkan tidak akan pernah dibayangkan akan terjadi lantaran di tahap awal pra-serangan karena mereka seolah menarik kembali armada tank yang sudah disiapkan. Kini sudah hampir 2 tahun perang telah terjadi, menimbulkan banyak sekali drama dan satu-satunya pihak yang pantas untuk disalahkan adalah NATO.
Siapa NATO dan kenapa mereka ingin Ukraina Berperang ?
NATO dan Pintunya yang Terus di Buka
Sebuah tujuan mulia untuk melindungi Eropa Barat menjadi dasar didirikannya NATO pada 1949. Sepesimis apapun kita pada tahun 2000-an mengenai NATO, tidak bisa dipungkiri keberadaannya adalah keajaiban besar bagi perdamaian abadi. NATO sukses atas dua hal, yang pertama adalah menahan Uni Soviet serta yang kedua adalah reintergasi Eropa.
NATO pada satu sisi berhasil menahan laju invasi yang mungkin akan dilakukan oleh Uni Soviet, satu hal yang akan sangat penting bagi perdamaian abadi lantaran perang antara Uni Soviet dan Eropa pasti akan berujung pada Perang Dunia Ketiga.Â
NATO disaat bersamaan juga sukses memungkinkan dilakukannya reintegrasi Eropa sehingga memungkinkan dibentuk Uni Eropa, sebuah persatuan ekonomi dan politik, persatuan yang akan sangat mustahil dilakukan jika masih terdapat antagonisme jerman, dan NATO berhasil menyingkirkan antagonisme tersebut sekaligus menyatukan dua rival Inggris serta Prancis.
Kini "Keajaiban Perdamaian" tersebut telah berubah menjadi asal muasal perang Russia-Ukraina, bahkan mungkin Perang Dunia Ketiga di masa mendatang. Keberadaan NATO tidak lagi akan memainkan peran penting pada nilai-nilai perdamaian melainkan justru malah akan menjadi sumber permusuhan, suatu delima yang disebabkan oleh periode kesalahan desain NATO.
Pada awal abad 21 pasca berakhirnya Perang Dingin hingga saat ini NATO menarik negara-negara Eropa Timur untuk bergabung ke dalam aliansi, menjadikannya monster jumbo yang pasti akan ditanggapi sebagai ancaman oleh Vladimir Putin. Semua berawal dari "Kebijakan Pintu Terbuka Nato".
Kebijakan Pintu Terbuka NATO adalah faham yang dipaksakan oleh Amerika Serikat dan didasarkan atas kepentingan luar negeri Amerika pula kepada NATO. Kebijakan Pintu Terbuka NATO menjadikan aliansi dengan bebasnya menarik lebih dari selusin negara di Eropa Timur bahkan memberikan harapan kepada Ukraina, negara yang berbatasan dengan Russia.
Satu-satunya sebab musabab invasi yang dilakukan Russia adalah Pintu yang dibuka oleh NATO kepada Ukraina, dan garis merah terbesar telah dilanggar oleh Amerika bersama NATO saat itu juga.
Kenapa NATO Ingin Berkonflik dengan Russia
Amerika Serikat semenjak Perang Dingin selalu wanti-wanti dengan Uni Soviet, bahkan Amerika rela memberikan bantuan perekonomian jumbo kepada Eropa agar negara di benua-benua itu tidak terjerumus ke ideologi komunis, dan kini sifat arogan tersebut mereka tunjukkan kembali kepada Russia, China, Iran, serta Korea Utara.Â
Amerika tidak bisa dipungkiri, dalam suatu ruang bawah tanah di Pentagon aktif mengirimkan informasi intelijen kepada Ukraina. Sejatinya meski terus berbicara mengenai perdamaian, sifat yang ditunjukkan oleh Amerika jelas berbeda. Alih-alih menggunakan cara diplomasi untuk menyelesaikan permasalahan sebelum perang pecah, Amerika justru terus melakukan provokasi menyebabkan NATO terjebak kedalam sarana provokasi itu juga.
Ukraina, negara yang didukung NATO dan Amerika kini telah luluh lantak, sementara bantuan militer terus dikirimkan menyebabkan Vladimir Putin tidak memiliki banyak cara untuk mengakhiri perang selain harus menang
Bagaimana Perang Akan Berakhir
Satu hal yang pasti atas situasi saat ini adalah Perang Russia-Ukraina cepat atau lambat akan berakhir. Negara-negara Eropa akan dihadapkan pada kondisi keraguan atas dukungan mereka terhadap Ukraina, hal ini sudah mulai nampak karena perbedaan kepentingan.Â
Satu kasus yang cukup menonjol adalah ketegangan Polandia dengan Ukraina terkait permasalahan hasil tani serta penolakan Polandia terhadap gandum Ukraina demi menjaga harga dan melindungi petani mereka. Jauh dari Eropa, beberapa anggota senat Amerika juga menunjukkan penolakan untuk mendukung Ukraina karena bantuan yang diberikan sudah sangat besar dan seharusnya tidak boleh lebih besar lagi.
Pada posisi kegagalan dukungan Eropa dan Amerika kepada Ukraina tersebutlah kemenangan Russia akan diraih. Namun sebenarnya penderitaan justru akan di mulai dari sana. Kemenangan Russia sudah dipastikan, tetapi itu bersamaan dengan kehancuran Ukraina.
Apakah Ada Solusi Lain ?
Banyak solusi yang dapat diberikan, dua diantaranya adalah pemilihan Presiden Amerika serta Kesuksesan Panglima Ukraina menggantikan Zalenski. Joe Biden tidak memiliki perhatian yang cukup untuk menjaga kestabilan dan perdamaian dunia, hal yang sama juga pemerintahannya tunjukkan pada posisi menolak gencatan senjata Israel-Palestina. Sementara Zalenski dihadapkan dengan insoliditas bersama panglima angkatan bersenjata Ukraina. Perbedaan posisi kedua pemimpin Ukraina itu sudah mulai nampak pada saat perang di Bakhmut.Â
Pergantian rezim di dua negara tersebut akan memberikan harapan besar bagi perdamaian abadi, tanpa harus menunggu Ukraina hancur total terlebih dahulu. Perdamaian abadi di Eropa mau tidak mau harus di iringi dengan penutupan pintu NATO, asal masalah saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H