Pertama, AirAsia mampu menangani krisis QZ8501 dengan sangat baik. Sejak hari pertama insiden, AirAsia langsung berempati dengan mengubah logonya menjadi abu-abu. Tak hanya itu, crisis center langsung didirikan. Komunikasi dibuat transparan, dan para pegawai AirAsia dari berbagai negara berdatangan ke Surabaya sebagai relawan untuk membantu keluarga korban. Tentu saya juga mengacungkan jempol setinggi-tingginya kepada tim SAR, Pemkot, TNI-Polri, dan pihak-pihak yang terlibat saat proses evakuasi.
Tony Fernandes, juga mengirimkan email personal kepada para penggunanya. Berisi ucapan simpati dan janji untuk membuat AirAsia menjadi lebih baik lagi. Selain berfokus pada keluarga, AirAsia juga mengajak netizen untuk berpartisipasi mengubah logo mereka menjadi merah. Setiap tweet dengan hash tag #togetherwestand, akan menyumbang satu pixel merah di logo mereka. Sebuah langkah marketing yang engaging dan kreatif!
Kedua, Jaringan penerbangan yang luas. Seperti kita ketahui, AirAsia terbang ke berbagai wilayah Asia. Mulai dari ASEAN, Asia Timur, Asia Selatan, hingga Arab (saya pergi umroh secara backpacker menggunakan maskapai ini!).
Dengan jaringan yang luas dan semakin banyaknya penampang yang dilayani, otomatis AirAsia memiliki lebih banyak potential supporter yang bisa mendukung mereka memenangkan skytrax. Sehingga jika maskapai berbiaya hemat Indonesia ingin “berbicara” di kancah Skytrax, mau tidak mau, mereka harus mengembangkan rute-rute internasional.
Ketiga, terus berinovasi. Baru beberapa bulan lalu AirAsia meluncurkan ASEAN Pass, dimana kita bisa berkeliling ASEAN menggunakan sistem credit tiket terusan dengan harga 2 juta saja! Tak berhenti disitu, saya baru tahu jika AirAsia telah menerapkan e-boarding pass dimana penumpang tak perlu mencetak boarding dalam bentuk kertas.
Cukup check-in lewat mobile apps, dan tunjukkan handphone Anda ke petugas ketika boarding. Sangat user friendly dan tentu saja mendukung gerakan penghematan kertas ala go green. Penerapan e-boarding pass sudah dimulai di Jakarta untuk penerbangan rute domestik. Bukan tidak mungkin dimasa depan boarding pass berbentuk kertas akan dianggap peninggalan zaman doeloe.
Pelajaran bagi kita semua para pelaku bisnis: musibah adalah ujian.
Ibarat menunggu hujan deras, jika kita bersabar dengan terus berusaha menghadirkan inovasi untuk memudahkan hidup konsumen, pada akhirnya muncul pelangi yang menyejukkan hati.
Sekali lagi, selamat kepada AirAsia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H