Desy tampak merah padam wajahnya. Pagi ini dia dibikin malu oleh seorang pemuda. Namun, sebagai kader PKK sejati, ia pantang menyerah.Â
"Kamu boleh berkata apapun, tapi aku gak akan terus melanjutkan aktivitas ini," ujarnya dalam hati.Â
Hari Rabu ini, ada kegiatan PKK di dekat pesantren. Kegiatan ini mengharuskan ada izin dari pesantren. Namun, Desy selaku panitia yang membuat surat izin mendapatkan ocehan tidak enak dari orang pesantren.Â
"Ngapain sih buk, bikin acara sosial dekat sini. Mending pindahkan saja tempatnya," ujarnya.Â
"Saya hanya bertugas menyampaikan surat izin ke pesantren. Ini semua atas perintah ketua saya," jawab Desy.Â
"Halah. Gak akan ku izinkan."
Seorang kiai dari kejauhan sedang menuju arah mereka berdua.Â
"Lapo le?"Â
"Waduh ada Mbah yai. Kaburrrr."
"Ada yang bisa saya bantu, Bu."
"Ini Pak Kiai. Saya hanya mau memberikan surat izin acara PKK di dekat pesantren. Namun, tadi dihalangi oleh.."
"Sudah. Jangan dihiraukan santri itu. Mohon maafkan santri saya njeh."
"Loh, kirain tadi petugas keamanan. Ternyata hanya santri mbeling," batin Desy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H