Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Tahun-Tahun yang Menyala (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Makhluk Meresahkan di Rumah Kosong Dekat Sekolah

1 Februari 2021   08:00 Diperbarui: 1 Februari 2021   08:12 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canva/Yoga Prasetya

Makhluk Meresahkan di Rumah Kosong Dekat Sekolah

Namaku, Pras. Sejak kecil, aku sudah menjadi seorang petualang. Aku selalu berpindah kota setiap jenjang pendidikan karena mengikuti urusan dinas orang tua. Sekolah dasar di Nganjuk. Sekolah menengah pertama di Situbondo. Sekolah menengah atas di Probolinggo. Kuliah di Jember.

Kini, aku bekerja sebagai guru kesenian di Malang. Konon katanya, kota ini diliputi oleh hal-hal yang penuh misteri. Baru-baru ini muncul makhluk yang meresahkan penduduk di sekitar sekolah. Makhluk itu telah menyerang dan mencuri ternak warga.

Pak Wagirman, teman guru yang rumahnya berada di sekitar sekolah, mengajak aku dan beberapa warga sekitar untuk menangkap makhluk tersebut. Awalnya kaget karena dia tahu bila aku bisa berkomunikasi dengan makhluk gaib. sejujurnya, aku sudah menolak ajakan tersebut. Selain belum punya banyak pengalaman, aku juga masih memiliki misi khusus dari kepala sekolah untuk mencari sepuluh anak indigo.

"Maaf Pak Wagirman. Saya belum pernah berpetualang ke luar sekolah. Apa tidak sebaiknya kita juga meminta bantuan Pak Marjono, sang kepala sekolah?" usulku.

"Ah, beliau itu orang sibuk dan bebannya sudah berat untuk menjaga sekolah ini tetap aman. Aku yakin masalah ini bisa diatasi oleh kita," balasnya.

Meski ragu, aku akhirnya memutuskan ikut mereka. Pada malam hari usai salat Maghrib, kami mulai bergerak dan meminta izin kepada pak RT dan beberapa warga sekitar. Mereka lalu menunjukkan rumah kosong yang disinyalir sebagai sarang makhluk tersebut.

Rumah kosong milik orang Sidoarjo itu sudah tidak ditempati selama sepuluh tahun. Melihat rumah itu dari kejauhan saja sudah membuatku merinding. Apalagi jika telah masuk ke rumah kosong itu.

***

Tepat pukul sebelas malam, aku, Pak Wagirman, dan dua warga lain mulai masuk ke rumah kosong itu. Banyak warga sekitar yang melihat makhluk berbadan kecil masuk dan keluar dari rumah itu. Wajahnya seperti monster tetapi ukuran badannya masih anak-anak.

Pintu rumah itu sepertinya telah hancur dimakan rayap atau hewan lain. Jadi, kami bisa masuk melalui arah depan. Pak Wagirman berada di barisan terdepan yang diikuti dua warga. Sementara aku berada di belakang untuk berjaga-jaga apabila serangan muncul dari belakang.

"Wahai Tuhan yang Maha Kuasa, beri kami keselamatan dalam menyusuri rumah kosong nan gelap ini," doaku ketika masuk melalui pintu ini.

Dari ruang tamu kami menelusuri hingga ruang tengah dan dapur. Belum ada tanda-tanda makhluk itu muncul. Namun, bau anyir tiba-tiba mulai kami cium ketika masuk ke kamar mandi.

Kertek kerteekk kertekkkk

Terdengar suara dari ruang tengah saat kami fokus memandang kamar mandi. Aku menoleh ke belakang dan memutuskan untuk kembali ke ruang tengah. Sementara itu, mereka bertiga tetap mencoba masuk ke kamar mandi yang ternyata terkunci.

"Pak Pras tolong bantu buka kamar mandi ini," perintah Pak Wagirman.

"Tunggu Pak. Barusan saya mendengar suara di ruang tengah," balasku.

"Alah, itu mungkin cuma perasaanmu saja," ucapnya.

Aku tetap memilih untuk menuju ke ruang tengah. Dengan senter di tangan, aku menyinari ruangan yang penuh dengan lukisan dan patung-patung. Ah, mungkin benar itu hanya perasaanku saja.

"Argh... Argh... Argh...," erang Pak Wagirman.

"Tolong!!! Tolong!!! Tolong!!!" kata dua warga lainnya.

Aku segera berlari ke kamar mandi. Kulihat makhluk-makhluk menyeramkan itu mencakar wajah Pak Wagirman. Dua warga lainnya mencoba memukul makhluk itu dengan kayu balok sambil meminta tolong. Aku rapalkan doa dan menatap tajam makhluk itu.

"Menyingkirlah wahai makhluk jahat!" ucapku.

"Hahaha... Kalian yang harus pergi! Akulah Goblin, penghuni rumah ini dan kalian akan kubunuh semua. Hahaha," jawabnya.

"Tidak semudah itu Goblin! Lepaskan mereka dan hadapi aku saja," ucapku sembari menyuruh Pak Wagirman dan warga lain mundur.

Dari ruang tengah terdengar banyak suara mengerikan. Ternyata kami sudah dikepung. Makhluk yang mengaku bernama Goblin itu tertawa melihat wajah kami yang ketakutan.

"Mati kalian!"  

bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun