Pintu rumah itu sepertinya telah hancur dimakan rayap atau hewan lain. Jadi, kami bisa masuk melalui arah depan. Pak Wagirman berada di barisan terdepan yang diikuti dua warga. Sementara aku berada di belakang untuk berjaga-jaga apabila serangan muncul dari belakang.
"Wahai Tuhan yang Maha Kuasa, beri kami keselamatan dalam menyusuri rumah kosong nan gelap ini," doaku ketika masuk melalui pintu ini.
Dari ruang tamu kami menelusuri hingga ruang tengah dan dapur. Belum ada tanda-tanda makhluk itu muncul. Namun, bau anyir tiba-tiba mulai kami cium ketika masuk ke kamar mandi.
Kertek kerteekk kertekkkk
Terdengar suara dari ruang tengah saat kami fokus memandang kamar mandi. Aku menoleh ke belakang dan memutuskan untuk kembali ke ruang tengah. Sementara itu, mereka bertiga tetap mencoba masuk ke kamar mandi yang ternyata terkunci.
"Pak Pras tolong bantu buka kamar mandi ini," perintah Pak Wagirman.
"Tunggu Pak. Barusan saya mendengar suara di ruang tengah," balasku.
"Alah, itu mungkin cuma perasaanmu saja," ucapnya.
Aku tetap memilih untuk menuju ke ruang tengah. Dengan senter di tangan, aku menyinari ruangan yang penuh dengan lukisan dan patung-patung. Ah, mungkin benar itu hanya perasaanku saja.
"Argh... Argh... Argh...," erang Pak Wagirman.
"Tolong!!! Tolong!!! Tolong!!!" kata dua warga lainnya.