Saya belajar kritis dari sebuah aljabar yang diajarkan Ibu Tin. Ketika harus mencari sebuah variabel yang tidak diketahui, maka ibu mengajarkan untuk menggunakan pemecahan masalah dengan penalaran yang dianalogikan sebagai angka. x - 63 = 28 adalah contoh sederhana dari aljabar kehidupan.
4. Guru Geometri Dimensi Dua
Dalam geometri, saya menemukan sebuah seni dalam menulis novel "Kisah Gaib Sang Guru". Tulisan itu lahir dari sebuah garis yang membentuk sebuah segmen segitiga yang tak terputus. Ibu Tin terus menyemangati untuk konsisten membuat tiga titik sudut dan mengukurnya dengan logika. "Meski, tetap saja tulisan horor kurang disukai oleh pembaca mainstream."
5. Guru Geometri Koordinat
Belajar geometri, berarti bersinggungan dengan Descartes. Kata Ibu Tin "Cogito, Ergo sum/aku berpikir maka aku ada " merupakan hasil pemikiran dari Descartes, penemu koordinat Kartesius dalam bidang geometri koordinat/analisis. Dalam pengembangannya, saya sedang mencari di mana letak koordinat kesuksesan tulisanku berlabuh.
6. Guru Trigonometri
Masih ingat ketika ibu menjelaskan tentang sinus, cosinus, tangen, secan, cosecan, dan cotangen. Dalam kehidupan sehari-hari, saya sering mengukur usaha sendiri dengan konsep segitiga. Apakah usaha tersebut telah bermanfaat untuk diri sendiri, kosmos, dan berlandaskan Tuhan?
7. Guru Geometri Dimesi Tiga
"Coba ukur bangun ruang tersebut," ucap Ibu Tin. Dengan geometri dimensi tiga, saya belajar tentang gagasan abstrak yang ada di benak atau pikiran orang. Setiap ruang (panjang, lebar, dan tinggi) harus diisi agar tidak kosong. Termasuk ruang di hati kita.
8. Guru Matriks
Ibu Tin menyampaikan bahwa matriks mempelajari tentang teknik penyusunan bilangan, simbol atau unsur numerik lainnya. Sebenarnya, dalam dunia sastra, ada juga istilah matriks. Matriks digambarkan berupa satu kata, gabungan kata, bagian kalimat, atau kalimat sederhana dalam sebuah karya sastra.