Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Upah Seorang Guru Ngaji

8 November 2020   08:34 Diperbarui: 8 November 2020   08:40 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Guru Ngaji: bersamadakwah.net

"Sejak kapan Papah gak serius masalah beginian, Mah?" tanya balik Pak Irfan.

Memang sejak menikah, Pak Irfan tak pernah membuka amplop upah bulanannya. Ia hibahkan semuanya untuk kebutuhan dapur istri atau bisa juga ditabung di bank syariah. Untuk kebutuhan rokok atau makan di warung, Pak Irfan sudah punya "duit lanang" dari kerja tambahan.

***

Sebagai istri solehah, Bu Enita tak lagi membantah. Ia bersama tetangganya yang bernama Bu Firda segera pergi ke pasar. Mereka juga menghubungi kerabat jauh untuk datang.

Nasi kotak dan beragam kue telah dipesan langsung ke Pak Felix, toko makanan langganan Bu Enita. Tak lupa Pak Ketut dan staf yayasan juga telah diundang.

Dengan mematuhi protokol kesehatan, jadilah malam ini malam yang membahagiakan bagi Pak Irfan dan keluarga. Sempat kaget kok bisa upahnya menjadi guru ngaji melebihi gaji istrinya yang seorang PNS.

Satu persatu undangan hadir. Mereka mendoakan semoga Pak Irfan dan Bu Enita selalu bahagia dan sering-sering mengadakan syukuran saat acara RT. Di akhir acara, Pak Ketut mendatangi Pak Irfan untuk menyampaikan hal penting.

"Pak Irfan, saya mohon maaf baru menyampaikan sekarang," Pak Ketut mencoba membuka percakapan.

"Iya Pak, ada yang ingin bapak sampaikan?" Pak Irfan penasaran, sepertinya ada hal yang tak mengenakkan.

"Mohon maaf, kemarin anak buah saya salah ngasih amplopnya. Yang saya berikan ke panjenengan itu amplop keseluruhan sumbangan dari wali murid kita," ucap Pak Ketut.

Deg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun