Nov, kau berangkat ketika hujan mulai menampakkan wajahnya.Â
Tergesa-gesa tanpa sempat sarapan, karena bus tak mau kompromi.Â
Dengan jaket yang ternoda rintik air, beruntung kau masih bisa mengejar rodanya.Â
Napasmu berpacu bersama petikan gitar penyanyi terminal, sangat percaya diri.Â
Nov, Busnya telah berangkat bersama perutmu yang lapar dan bersuara.Â
Kau lihat ada anak kecil penjual nasi bungkus, segera kau ambil uang di saku celana.Â
Namun, tak kau dapati sepeserpun uang, dompetmu juga tak ada di dalam ransel.Â
Sepertinya tertinggal di rumah mantan, malang nian hari ini.Â
Nov, dalam bus kau lunglai seperti tak lagi punya tulang kerangka.Â
Beruntung kau masih ingat kepada Tuhan, yang Maha Kaya dan Pengasih.Â
Kau lafazkan doa sederhana nan ikhlas dari hati yang ditimpa sial.Â
Dalam bisingnya penumpang, sayup-sayup terdengar suara Sang Guru.Â
Mengapa beliau hadir dan seakan terlihat membawa jajan dalam perjalanan?Â
Kau kaku melihat raganya yang berbalut baju korpri dengan senyum khasnya.Â
Ia mendekat sambil berbisik,
"Nov bangun, waktunya belajar," ucap Sang Guru lirih.Â
Ternyata kau terlelap dalam kelas.
Malang, 5 November 2020
Penulis:Â
Yoga Prasetya, S.Pd., M.Pd. seorang guru dan pujangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H