"Hidup adalah pilihan, Pras. Aku memilih untuk mengganggu manusia. Tapi orang-orang sepertimu tidak akan bisa kurayu," ekspresi Laras yang sendu perlahan kembali tajam.Â
Gubuk tertutup kayu ini bergerak-gerak seakan sedang didobrak sesuatu. Laras sepertinya sudah siap menyambut kedatangan Ayu. Ia kembali ke wujud menakutkan dengan lidah dan baju penuh darah.Â
Pras memilih duduk bersila dan memejamkan mata  sembari memanjatkan doa pada Yang Maha Kuasa. Ayu yang berhasil masuk kini bertarung hebat dengan Laras. Bak cahaya putih dan api merah, mereka memorakporandakan tempat ini. Laras yang terlihat sangat sakti berhasil mencekik leher Ayu.Â
Saat itulah Pras dengan khusyuk mengucap sepotong ayat suci.Â
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya semua yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui semua yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu dari ilmu Allah melainkan yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."Â
Laras perlahan memudar. Hilang.
*****
Bel masuk berbunyi, pukul 06.40. Pras masih duduk di UKS. Dilihatnya Ayu berdiri di samping kanannya sambil memegang lehernya yang kemerah-merahan.
"Lho, darimana saja Pak Pras. Tak cariin mulai tadi sampek ke ruang guru. Eh, ternyata ada di sini. Ini vitaminnya," dr. Dewi menampakkan wajah cemberutnya.Â
"Aduh, maaf dokter. Tadi, anu..." timpal Pras.Â
"Ya udah cepat kembali ke ruang guru Pak. Tadi kayaknya juga dicari Pak Kepsek," ucap dr. Dewi sambil memberikan vitamin untuk Pras.