"Tak perlu mencari Ayu, kau sudah kubawa ke rumahku yang tak mungkin bisa dimasuki Ayu. Hihihi," lanjutnya.
Pras yang tadinya ada di UKS kini berada di tempat antah berantah. Semacam gubuk berdinding kayu, suram, gemerlap lilin kemerahan, dan meja makan yang lengkap dengan kursi serta kudapan. Ia mencoba membaca ayat suci tetapi Si merah segera menghalanginya.Â
"Tolong, dengarkan aku dulu!" Ucapnya pada Pras sambil meringis kepanasan.Â
"Baik, sekarang segera kembalikan diriku," balas Pras.Â
"Aku akan segera mengembalikan jiwamu tetapi ada  yang harus aku sampaikan padamu," mohon si merah.Â
Pras hanya bisa mengiba. Kini, sosok perempuan berbaju merah berlumuran darah itu berubah menjadi cantik jelita. Namun, Pras tak tertarik. Ia tahu ini hanya jebakan.Â
"Namaku, Laras. Sekarang kau berada di dalam pohon besar dekat parkiran guru dan karyawan. Aku sudah tinggal di tempat ini jauh sebelum sekolah ini dibangun," ucapnya.Â
"Apa yang kau lakukan di sekolah ini?" Tanya Pras.Â
"Mengganggu manusia," jawabnya singkat dengan mata tajam.Â
Pras terkejut dengan jawaban Laras. Ia tak menyangka bahwa jawabannya sangat jujur, jelas, dan padat.
"Mengapa kau mengganggu manusia?"Â