Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lukisan Perempuan di UKS Sekolah

12 Oktober 2020   07:42 Diperbarui: 12 Oktober 2020   18:39 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi dari http://mixppl87.blogspot.com/

*****

Kamu seperti hantu

Terus menghantuiku

Ke mana pun tubuhku pergi

Kau terus membayangi aku

*****

Namaku, Pras. Aku adalah guru yang dipilih oleh kepala sekolah untuk mendampingi anak-anak berkemah di sebuah hutan wisata Kabupaten M. Sebenarnya, kondisiku tak terlalu fit lantaran tadi malam harus ikut ronda di balai desa. Namun, mau gimana lagi namanya amanah ya harus dijalankan.

Pukul 6 pagi, Anak-anak sudah berhamburan di lapangan sekolah. Mumpung busnya belum datang, Aku menyempatkan diri ke UKS untuk meminta vitamin pada dr. Dewi, dokter di sekolah. Kebetulan UKSnya tidak terkunci meski tertutup rapat.

Seperti biasa, dr. Dewi berpakaian putih layaknya dokter. Kupikir hari ini beliau ikut mendampingi anak-anak. Memang sedikit aneh melihat fisik dr. Dewi yang agak pucat tapi lebih aneh lagi kulihat ada lukisan di dinding UKS. Padahal, kemarin tidak ada.

"Dok, ini lukisan siapa?" tanyaku penasaran.

"Oh, itu punya anak pindahan dari SMP 2. Katanya dititipkan di sini karena mau ikut acara perkemahan. Ada apa Pak Pras?"

"Engg...enggak, gak papa dok." 

Selama berbicara dengan dr. Dewi aku selalu menatap wajah perempuan di lukisan itu. Entah ini halusinasi atau bukan, aku melihatnya berubah ekspresi menjadi tersenyum. Lalu, aku tak sadarkan diri. 

*****

Salahku biarkan kamu
Bermain dengan hatiku
Aku tak bisa memusnahkan
Kau dari pikiranku ini

*****

"Hai, kamu sudah bangun?"

Tubuhku langsung tersentak dari posisi berbaring. Kulihat kiri kanan tidak ada siapa pun. dr. Dewi pun tidak ada di UKS. Aneh. 

Tadi itu suara siapa? Ke mana dr. Dewi? Kenapa sekolah jadi sepi? Oh Tuhan. Bukankah aku harus mendampingi anak-anak berkemah? 

Aku mencoba berdiri dan keluar dari UKS. Sekilas kulihat lagi lukisan perempuan itu dan seakan ia kembali tersenyum kepadaku. Ah, ini pasti hanya halusinasi. Tiba-tiba, suara teriakan seseorang dari gerbang sekolah mengalihkan pandanganku. 

"Pak... Pak Pras. Sudah ditunggu anak-anak di bus sekolah. Waktunya berangkat!" ucap Pak Satpam dengan suara lantang. 

"Oh iya pak, maaf-maaf." Balasku sambil berlari menuju bis nomor 13 yang parkir di dekat parkiran pos satpam. 

Untungnya aku dapat bis terakhir. Itulah yang bisa kukatakan dalam hati. Kulangkahkan kaki masuk bus disambut sorakan dari anak-anak kelas 7J yang terdengar bising di telingaku. Ah, ini kelas yang kemarin sempat bikin Bu Cindy menangis itu!

Di sekolahku ini, antara siswa laki-laki dan perempuan dibuat berpisah. Kelas A, C, E, G, dan I dihuni anak perempuan sedangkan B, D, F, H, J diisi laki-laki. Nah, namanya laki-laki ketemu laki-laki pasti jadinya seperti ini. Berisik dan kadang keusilan mereka membuat guru khususnya guru perempuan tidak tahan mengajar di kelas mereka. 

Aku pun memilih duduk tepat di belakang pak sopir. Kulihat di bangku nomor dua ada dr. Dewi dengan penampilan yang berbeda dari sebelumnya di UKS 

"Loh? dr. Dewi? Kok sudah ganti baju?" 

Aku sungguh kaget melihat dr. Dewi yang tadi masih pakai pakaian putih kini berganti pakaian bebas. 

"Ih...Apaan sih Pak Pras. Wong mulai tadi aku pakai baju ini dari rumah," beliau membalas ekspresi kagetku dengan pandangan aneh.

"Lha, tadi di UKS siapa, Dok?" tiba-tiba bulu kudukku merinding. 

"Kan UKS tutup pak. Cuma tadi tidak dikunci agar mas OB bisa membersihkan ruangannya. Hari ini, saya ikut mendampingi anak-anak berkemah juga. Ada apa sih pak?" 

Sekarang malah dr. Dewi yang jadi penasaran. 

Aku tak menjawab pertanyaan dr. Dewi. Kulihat bus sekolah bernomor 13 telah berangkat. Di cermin dekat pak sopir kulihat sosok perempuan yang ada di lukisan dinding UKS. 

Jantungku semakin berdegup kencang. Aku tak bisa lagi mendengar suara ramai anak-anak kelas 7J. Bahkan, wajah pak sopir menjadi buram di mataku. Hanya ada satu sosok yang semakin lama semakin jelas. 

Ia mendekat. Semakin dekat. Dingin. Dingin sekali. Aku takpernah merasakan suasana seperti ini. Kami saling bertatapan. Ingin kuteriak tapi takbisa.

Anehnya, tak ada yang bisa melihat dirinya kecuali aku. 

"Siapa kamu?" tanyaku dalam hati.

*****

Di dalam keramaian aku masih merasa sepi
Sendiri memikirkan kamu
Kau genggam hatiku dan kau tuliskan namamu
Kau tulis namamu

*****

Penulis: Yoga Prasetya Baladewa, guru di kota M.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun