"Oh iya pak, maaf-maaf." Balasku sambil berlari menuju bis nomor 13 yang parkir di dekat parkiran pos satpam.Â
Untungnya aku dapat bis terakhir. Itulah yang bisa kukatakan dalam hati. Kulangkahkan kaki masuk bus disambut sorakan dari anak-anak kelas 7J yang terdengar bising di telingaku. Ah, ini kelas yang kemarin sempat bikin Bu Cindy menangis itu!
Di sekolahku ini, antara siswa laki-laki dan perempuan dibuat berpisah. Kelas A, C, E, G, dan I dihuni anak perempuan sedangkan B, D, F, H, J diisi laki-laki. Nah, namanya laki-laki ketemu laki-laki pasti jadinya seperti ini. Berisik dan kadang keusilan mereka membuat guru khususnya guru perempuan tidak tahan mengajar di kelas mereka.Â
Aku pun memilih duduk tepat di belakang pak sopir. Kulihat di bangku nomor dua ada dr. Dewi dengan penampilan yang berbeda dari sebelumnya di UKSÂ
"Loh? dr. Dewi? Kok sudah ganti baju?"Â
Aku sungguh kaget melihat dr. Dewi yang tadi masih pakai pakaian putih kini berganti pakaian bebas.Â
"Ih...Apaan sih Pak Pras. Wong mulai tadi aku pakai baju ini dari rumah," beliau membalas ekspresi kagetku dengan pandangan aneh.
"Lha, tadi di UKS siapa, Dok?" tiba-tiba bulu kudukku merinding.Â
"Kan UKS tutup pak. Cuma tadi tidak dikunci agar mas OB bisa membersihkan ruangannya. Hari ini, saya ikut mendampingi anak-anak berkemah juga. Ada apa sih pak?"Â
Sekarang malah dr. Dewi yang jadi penasaran.Â
Aku tak menjawab pertanyaan dr. Dewi. Kulihat bus sekolah bernomor 13 telah berangkat. Di cermin dekat pak sopir kulihat sosok perempuan yang ada di lukisan dinding UKS.Â