Mohon tunggu...
Yoga Permana N
Yoga Permana N Mohon Tunggu... Petani - Kosong

Pembajak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Joko yang Malang

17 April 2020   00:33 Diperbarui: 17 April 2020   00:34 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sebelum Joko berangkat mengembara si Mbah memberi dua buah biji yang Joko tidak ketahui biji apa tersebut. Yang kemudian ia taruh di sebuah kantung kecil lalu dimasukkan pada buntalan perbekalannya.


Tepat pada malam satu Suro Joko memulai perjalanannya menuju arah timur dari desanya. Ia tidak memiliki tujuan pasti atas pengembaraan yang dilakukannya. Ia terus berjalan menyusuri rimba belantara yang dipenuhi bunyi gemerisik pepohonan, mendaki bukit-bukit sabana yang sangat hijau, dan menyebrangi sungai-sungai kecil yang airnya beriak-riak.


Setelah dua minggu berjalan, sampailah Joko pada suatu daerah di pinggiran sungai besar yang dinamakan Kali Progo. Ia memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan membuat sebuah pondok kecil dari bambu-bambu dan batang kayu dari hasil tebangannya di sekitaran bahu sungai Kali Progo.


Kini kegiatan Joko hanya berburu dan berburu, karena untuk memenuhi kebutuhan perutnya. Andai memiliki sebidang tanah, tak ayal akan ia tanami dengan umbi-umbian untuk meringankan kegiatan berburunya. Sampai pada akhirnya Joko ingat bahwa ia memiliki tanda mata berupa dua buah biji dari si Mbah. Segera ia ambil dan tanam di depan pekarangan pondok kecilnya.


Dengan ditanamnya biji itu, kini kegiatan Joko bukan hanya berburu saja, tetapi juga mengurus tanaman yang saat ini keduanya telah menyembulkan batang dan daunnya yang kecil. Hari ke hari semakin giat pula Joko dalam merawat tanaman tersebut. Menyempatkan mencari pupuk ke sebuah desa setelah berburu demi tumbuhannya mekar. Sampai pada akhirnya kedua tumbuhan itu memiliki putik. Melihat itu Joko semakin gigih lagi merawat tanamannya, ia penasaran bunga apa yang bakal mekar dari tumbuhan itu. Karena keterbatasan pengetahuan Joko tidak tahu menahu jenis tanaman bunga. Sudah lebih dari satu bulan Joko merawat bunga tersebut.


Pada akhirnya suatu pagi ketika Joko hendak menyirami tumbuhan kesayangannya, ia melihat bunga-bunga tersebut telah bermekaran. Sangat indah. Wanginya harum semerbak, bunga itu adalah bunga mawar. Joko jatuh cinta pada kedua bunga itu. Kedua bunga itu memiliki rona warna yang indah, yang satu berwarna merah pekat dan yang satunya lagi berwarna merah muda, keduanya merekah mekar sempurna. Joko jatuh sejatuh-jatuhnya pada kedua bunga itu. Dipikirnya tak sia-sia ia merawat kedua bunga itu.


Joko tak ingin kedua mawarnya rusak ataupun layu begitu saja. Kadang, ia pun akan marah jika beberapa hama datang mengganggu keduanya. Akhirnya, karena tak ingin selalu melihat mawar-mawarnya digoda ataupun ada yang mencoba merusak, Joko membuat cairan pembasmi hama dengan berbekal pengetahuan yang ia dapat dari si Mbah. Cairan tersebut ibarat wejangan dari Joko untuk mawar-mawar yang ia cintai agar tidak sembarang menerima serangga yang dapat merusak mereka seperti, kutu daun, kumbang, siput berbulu, dan tungau yang menjijikan. Diguyurlah mawar-mawar itu oleh Joko, tanpa sedikit pun membuat mawar-mawar itu merasa tersinggung.


Alih-alih Joko sangat menyayangi kedua mawar tersebut. Ia senang berbagi waktu pada keduanya, entah siang, sore, malam, pun pada waktu janari kalau ia anggap bunga-bunga itu sedang membutuhkannya. Joko percaya kalau saja mawar-mawar tersebut dapat berbicara dan memiliki perasaan, tentu meraka pun akan bilang bahwa mereka juga mencintai Joko. Kadang Joko mengajak mawar-mawar itu mengobrol dan mendongenginya. Andai saja Joko punya tetangga, tentu ia sudah disebut gila. Begitulah cinta, terkadang berlebihan.


Namun akhir-akhir ini mawar-mawarnya semakin banyak digerumuti oleh hama-hama nakal. Padahal Joko rutin memberi wejangan berupa cairan tersebut. Ia curiga hal tersebut bukan karena wejangannya kurang ampuh, tapi karena memang karena mawar-mawar tersebut mengizinkan mereka untuk menjamahi bagian-bagian dari mahkota, kelopak, dan benang sarinya. Belakangan ini kedua mawar terlihat tidak sehat, mahkotanya serta tangkainya sudah terlihat layu. Joko menduga layunya bunga itu karena hama-hama yang kotor serta menjijikan.


Nahas seminggu kemudian bunga-bunga tersebut mati dan mengeluarkan bau yang busuk, disebabkan oleh hama dan kelakuan mereka yang genit dan busuk juga. Dan digerumuti belatung pula. Hati Joko hancur, baru saja ia merasakan sebuah rasa yang sebelumnya belum pernah dirasakan. Dengan penuh sesal akhirnya ia cabut kedua tangkai bunga itu.


Dengan hati terkoyak-koyak dan langkah gontai Joko berjalan menuju Kali Progo untuk membuang dua tangkai bunga busuk itu. Ia pikir biar saja kedua bunga ini melebur dan hancur di dalam air payau atau hanyut sampai Samudra Hindia dan habis dimakan oleh mikroorganisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun