Disamping itu Gatot menuturkan bahwa justru dalam dinamikanya pada praktek Kejawen di era modern ini. Terutama pada anggota-anggota bagian dari kami yang usia muda pada kisaran 18-20an Tahun, dengan jiwa eksplorasi serta bereksperimennya mereka justru merubah esensi output dari praktek Kejawen, yang awalnya untuk melatih kebatinan namun ada diselewengkan atau hal menyimpang menjadi praktek-praktek "dukunan". Hal itu Gatot sampaikan justru yang dilakukan oleh 'oknum' praktek Kejawen yang menyimpang ini membuat eksistensi dari esensi Kejawen menjadi berubah, yang kemudian dapat menimbulkan persepsi yang tidak toleran oleh masyarakat kepada jenis-jenis kepercayaan di Indonesia.
"Kemudian banyak muncul ilmu kanuragan, nah kanuragan itu maksudnya seperti kekuatan gaib atau mistis yang dimilikinya sehingga membuat dirinya seakan menjadi kebal atau sakti." Tutup Gatot.
[Berikut rangkuman visualisasinya]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H