Mohon tunggu...
Yoga Nanda Khoiril Umat
Yoga Nanda Khoiril Umat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NAMA : Yoga Nanda Khoiril Umat NIM : 41521010152 DOSEN : Prof Dr Apollo, M.Si.Ak,CA,CIBV,CIBV, CIBG JURUSAN : Teknik Informatika Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aplikasi Pemikiran (A) Panopticon oleh Jeremy Bentham dan (B) Kejahatan Structural oleh Giddens Anthony

29 Mei 2023   21:41 Diperbarui: 30 Mei 2023   23:51 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jeremy Bentham membuat gagasan tentang penjara Panopticon dengan beberapa alasan utama:

  1. Meningkatkan Efisiensi Pengawasan: Salah satu alasan utama di balik penciptaan Panopticon adalah meningkatkan efisiensi dalam pengawasan. Bentham ingin menciptakan sistem pengawasan yang efektif, di mana sejumlah besar individu dapat diawasi oleh sedikit penjaga atau otoritas pengawas. Dengan penempatan penjaga di menara pusat yang dapat mengawasi seluruh area, Panopticon memungkinkan pengawasan yang terpusat dan maksimal dengan jumlah penjaga yang terbatas. Hal ini diharapkan dapat mengurangi biaya dan sumber daya yang diperlukan dalam menjaga keamanan dan ketertiban.

  2. Mendorong Pengendalian Diri: Bentham percaya bahwa pengawasan konstan yang dimungkinkan oleh Panopticon dapat mempengaruhi perilaku individu. Dengan menyadari adanya kemungkinan pengawasan setiap saat, individu cenderung mengawasi dan mengontrol diri mereka sendiri. Mereka akan membatasi perilaku mereka agar sesuai dengan norma dan aturan yang ditetapkan, karena mereka tidak pernah tahu kapan atau apakah mereka sedang diamati. Dalam pandangan Bentham, ini akan mendorong pengendalian diri yang lebih besar dan disiplin individu.

  3. Membentuk Masyarakat yang Taat: Konsep Panopticon juga berkaitan dengan ide Bentham tentang pembentukan masyarakat yang taat pada hukum dan peraturan. Dengan adanya pengawasan yang konstan dan tak terlihat, diharapkan individu akan merasa terus-menerus diawasi dan merasa tidak aman jika melanggar norma dan aturan yang berlaku. Hal ini diharapkan dapat membentuk masyarakat yang lebih patuh pada norma dan aturan, serta mengurangi potensi pelanggaran hukum.

  4. Peningkatan Keamanan dan Pengendalian: Panopticon juga mencerminkan kekhawatiran Bentham tentang keamanan dan pengendalian dalam institusi seperti penjara. Dalam sistem Panopticon, penjara diatur sedemikian rupa sehingga tahanan merasa selalu diawasi dan terbatas dalam ruang gerak mereka. Bentham berpendapat bahwa ini dapat mengurangi risiko pemberontakan atau kekacauan dalam penjara, serta mencegah pelarian tahanan. Dalam konteks ini, Panopticon dianggap sebagai solusi yang lebih efektif dan aman dalam menjaga keamanan institusi.

Dalam rangka mencapai tujuan-tujuan ini, Bentham merancang konsep Panopticon sebagai alat pengawasan yang menggabungkan efisiensi, pengendalian diri, dan pembentukan masyarakat yang taat pada norma dan aturan.

Sedangkan, Menurut Michael Foucault (1790) alasan mengapa konsep panopticon dibuat yaitu untuk menjelaskan tentang relasi antara yang diawasi dan mengawasi, orang yang mengontrol dan dikontrol, orang yang merehabilitasi dan direhabilitasi, orang yang abnormal dan menormalkan dalam sebuah ruang kekuasaan tanpa kontak langsung. Efek utama dari mekanisme panopticon ini adalah menimbulkan kesadaran untuk diawasi, dilihat, secara terus menerus pada diri seseorang. sebuah kesadaran yang mengisaratkan bahwa segala tindak-tanduk dan gerak-gerik mereka ada yang mengontrol dan mengawasi. Tentunya kesadaran diawasi dan dikontrol ini menimbulkan efek kepatuhan, tekanan bahkan ketakutan. Hal ini dapat menyimpulkan bahwa desain dari Panopticon akan sangat berefek pada psikologi si penerima atau Narapidana.

Hasil dari efek kepatuhan, tekanan dan ketakutan yang muncul dari Desain Arsitektur Panopticon ini diharapkan dapat memberikan 'kesadaran dan efek jera' untuk niat atau tindakan kriminal yang akan dan telah dilakukan. Seperti yang dikutip dalam buku 'Psikologi Arsitektur' 

“Manusia terdiri dari dua entitas: Tubuh (body) dan jiwa (mind). Ada tiga posisi filosofis yang mewarnai perkembangan disiplin psikologis, salah satunya yaitu; Tubuh dan jiwa merupakan entitas yang terpisah namun saling berhubungan (Interactionism)”

Rancangan penjara Panopticon yang dibuat oleh Jeremy Betham selain bertujuan untuk mendisiplinkan narapidana juga agar supaya penjara dalam perawatan dan penanganannya dapat lebih mudah dan murah daripada penjara yang ada pada waktu itu. karena diperlukan staff yang lebih sedikit. Tanpa memperhatikan lagi hak asasi atau kebutuhan pelayanan untuk para Narapidana. Jika ini terjadi dan dijalankan tanpa ada istirahat dan dalam kurun waktu yang panjang justru akan berdampak buruk, dimana ketika seseorang kehilangan Kontrol Atas Ruang, secara psikologis kemampuannya untuk berfungsi akan kurang. Bahkan kerusakan psikologis permanen bisa muncul akibat hal tersebut atau ‘kegilaan’. Hal ini adalah dampak buruk yang kemungkinan akan muncul dari desain Panopticon dan harus dihindari, maka dari itu dibutuhkan penyeimbangan antara Dimensi Kebutuhan Ruang untuk para Narapidana nantinya agar efek yang tidak diinginkan dapat dihindari dan yang dibutuhkan tetap didapat.

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KONSEP PANOPTICON TERHADAP MASA KINI ? BESERTA KASUSNYA . (HOW)(KASUS)

Bagi kita yang beragama islam, mungkin konsep panopticon ini tidaklah terdengar asing. Sebab, pada konsep panopticon membuat orang merasa diawasi meskipun belum tentu ada yang mengawasi. Hal ini juga berlaku pada berbagai kepercayaan atau keyakinan yang ada di masyarakat. Dimana keimanan seseorang membuat mereka merasa yakin bahwa segala sesuatu yang mereka kerjakan dilihat oleh Tuhan mereka yang selalu mengawasi umatnya entah pagi,siang, ataupun malam sehingga manusia merasa terawasi 24 jam dan juga manusia menjadi tidak berani untuk melakukan kejahatan meskpun masih banyak yang memang melakukan kejahatan dikarenakan mereka tidak takut dengan tuhan. Namun, balik ke pembahasan mengenai konsep pengawasan panopticon ini sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam masyarakat modern dan beberapa contohnya yaitu 

Salah satu contoh kasus di mana konsep Panopticon diterapkan adalah dalam sistem penjara modern. Penjara sering kali diatur sedemikian rupa sehingga seluruh area tahanan dapat diamati dari pusat pengawasan di tengah-tengah. Para penjaga dapat mengawasi aktivitas tahanan dengan efisiensi tinggi, sedangkan tahanan tidak pernah tahu apakah mereka sedang diamati atau tidak. Hal ini menciptakan perasaan terus-menerus diawasi, yang berdampak pada perilaku tahanan. Mereka cenderung mengontrol diri mereka sendiri, mengurangi kekerasan dan melanggar aturan penjara. Panopticon menciptakan lingkungan yang memperkuat disiplin dan pengendalian diri.

Penerapan Panopticon juga dapat ditemukan di tempat kerja. Dalam beberapa kasus, perusahaan menggunakan kamera pengawas di area kerja atau perangkat lunak pemantauan untuk memantau aktivitas karyawan secara terus-menerus. Karyawan menyadari adanya pengawasan dan potensi pengawasan yang terus-menerus, yang mendorong mereka untuk mematuhi aturan perusahaan dan membatasi perilaku yang tidak diinginkan. Pengawasan ini memainkan peran penting dalam meningkatkan produktivitas dan mengendalikan perilaku karyawan di lingkungan kerja.

Konteks pendidikan juga menghadirkan kasus penggunaan konsep Panopticon. Dalam beberapa sekolah, pemasangan kamera pengawas di koridor dan area umum membantu guru dan staf mengawasi kegiatan siswa dengan lebih efektif. Siswa merasa terus-menerus diawasi dan mungkin mempertimbangkan tindakan mereka dengan lebih berhati-hati, yang pada gilirannya meningkatkan disiplin dan kepatuhan terhadap peraturan sekolah. Pengawasan yang konstan ini menciptakan lingkungan yang aman dan teratur bagi siswa.

Dalam era digital dan media sosial, konsep Panopticon juga meluas ke ranah online. Perusahaan dan platform media sosial menggunakan algoritma dan pemantauan aktivitas pengguna untuk mengawasi perilaku online individu. Data pribadi dikumpulkan untuk berbagai tujuan, termasuk pemasaran, pengambilan keputusan, atau bahkan pengendalian sosial. Aktivitas online kita menjadi terus-menerus diawasi, dan kesadaran ini dapat memengaruhi cara kita berinteraksi dan berperilaku di dunia maya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun