Mohon tunggu...
Yoga Kurniawan
Yoga Kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister

Saya adalah orang yang menyukai hal tentang pelayanan dan kebijakan publik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ucapan Duka, Doa Bersama, Bentuk Solidaritas Penuh Etika Supporter Indonesia

12 Oktober 2022   09:30 Diperbarui: 12 Oktober 2022   09:34 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tengah malam di stadion kanjuruhan 01 Oktober 2022, lebih dari 100 Aremania meregang nyawa, gas air mata diduga menjadi penyebabnya, sesak nafas, terinjak saudara, terhimpit dalam riuhnya suasana membunuh mereka. 

Kejadian yang tidak satupun dari Aremania menyangka dan menginginkannya, mereka hanya ingin mendukung Tim kebanggaannya, mereka hanya ingin merasakan atmosfer pertandingan yang tercipta, tetapi semuanya tidak seperti yang terkira, dan tidak ada yang menduga akan terjadi hal seperti sedemikian rupa.

Esoknya ucapan bela sungkawa tercurahkan dari seluruh elemen, mulai dari masyarakat, instansi pemerintah, tokoh tokoh publik dan tidak terkecuali supporter yang ada di seluruh indonesia, karangan bunga berdatangan di stadion kanjuruhan, duka bagi seluruh bangsa Indonesia, menyaksikan saudaranya mati hanya karena mendukung Tim kebanggaannya. 

Solidaritas tercurah dari seluruh negeri, mereka mengesampingkan rivalitas sementara, mengesampingkan dendam lama, etika yang sungguh luar biasa mereka cipta.

Etika toleransi sangat tercermin dari jiwa para supporter di Indonesia, banyak yang karena kejadian ini mereka berbondong bondong untuk membuat gerakan persatuan, gerakan untuk kembali mewujudkan persatuan supporter di Indonesia, untuk dapat saling berdiri kembali, bersama bernyanyi, mendukung tim masing masing, dengan rasa persaudaraan, tanpa permusuhan. 

04 Oktober 2022 di stadion Mandala Krida tiga suporter yang terkenal dengan rivalitasnya mendeklarasikan perdamaian, rivalitas lama yang berkarat akhirnya hancur dan menjadi persatuan suporter tiga daerah yang saling berdekatan tersebut, dan membangkitkan gairah persatuan untuk supporter lainnya.

Tidak hanya deklarasi perdamaian, doa doa juga tercurah dari seluruh negeri, rangkaian gerakan doa bersama tercipta, di Malang, Surabaya Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Makasar, dan daerah lainnya seperti yang dilakukan pada 06 Oktober 2022 di Kota Kediri, ratusan bahkan ribuan Persik Mania berkumpul di Stadion Brawijaya untuk mencurahkan empati dan simpati mereka pada Aremania.

Bersama Walikota Kediri Bpk. Abdullah Abu Bakar dan manajemen serta pemain Persik Kediri, seluruh Persik Mania memanjatkan doa untuk Aremania, tidak pedulia guyuran rintik hujan, mereka bersama menunjukkan empati mereka, melupakan dendam lama yang tercipta, dan membuka lebar semangat persatuan.

Seluruh ucapan doa yang terpanjat dari seluruh elemen masyarakat sangat menunjukkan arti solidaritas, arti persatuan yang sesungguhnya, dimana kita hidup berbangsa yang berbhineka tunggal ika, tetapi kita dapat bersatu ketika kita mengadhapi musibah, walaupun hanya dialami oleh Aremania, tetapi seluruh rakyat seluruh elemen masyarakat merasakan duka yang mendalam. 

Melihat Ibu kehilangan anaknya, melihat anak kehilangan ayah ibunya, melihat suami yang kehilangan istrinya dan sebaliknya, duka yang mendalam bersama kita rasakan sebagai masyarakat sebangsa.

Selanjutnya disini saya ingin menunjukkan sisi lain dari kejadian ini, kematian Aremania pada malam berdarah di Stadion Kanjuruhan perlu kita resapi, tetapi dibalik kejadian itu, muncul gairah persatuan dan perdamaian yang muncul dalam diri supporter Indonesia, mereka sadar saudara mereka terluka, mereka tidak ingin kejadian serupa tercipta, rivalitas 90 menit tidak akan pernah sebanding dengan nyawa, maka persatuan seluruh supporter adalah jalannya. 

Semoga kedepannya kejadian yang menimpa Aremania tidak akan terulang kepada supporter manapun, dan semangat persatuan yang muncul karena kejadian ini, akan terus berkobar dan menyala di jiwa seluruh supporter Indonesia, untuk menciptakan sepakbola yang aman dan nyaman untuk dinikmati seluruh kalangan dengan iklim dan suasana perdamaian. 

Ribuan doa, air mata, dan bela sungkawa telah tercurah, terciptanya suasana persatuan, tetapi hukum harus tetap berjalan, usut tuntas pelanggaran hukum dan keamanan yang terjadi dalam laga atau pertandingan. 

Seluruh pelaku yang menyebabkan ratusan nyawa melayang harus dihukum, masyarakat terus menuntut keadilan, siapapun yang melakukan kegiatan diluar peraturan yang seharusnya dilakukan, harus dihukum seadil adilnya. 

Pada kamis 06 Oktober 2022 doa masyarakat khususnya warga Malang terjawab, melalui konferensi pers nya, Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo di Mapolres Malang mengumumkan 6 tersangka yang bertanggungjawab terhadap kejadian kelam di Stadion Kanjuruhan

Mulai dari Direktur PT. LIB Akhmad Hadian Lukita yang menjadi tersangka karena menunjuk Stadion Kanjuruhan Menjadi Veneu, padahal Stadion ini belum memenuhi syarat kelayakan pada verifikasi di tahun 2020.

Kemudian Ketua Panitia Penyelenggara Laga Abdul Haris yang ditetapkan sebagai tersangka lantaran tidak membuat dokumen keselamatan.

Suko Sutrisno sebagai Security Steward yang memerintahkan Steward meninggalkan pintu stadion, Kompol Wahyu Setyo Pranoto yang mengetahui aturan FIFA mengenai larangan penggunaan gas air mata di stadion tetapi tidak melakukan pencegahan atau pelarangan kepada personel.

Komisaris Hasdarmawan Komandan Kompi Brimob yang berperan memerintahkan personel menembakkan gas air mata, dan yang keenam adalah AKP Bambang Sidik Achmadi Kasat Samapta Polres Malang yang juga memerintahkan anggota menembakkan gas air mata.

Semoga dengan telah ditetapkan beberapa tersangka ini dapat membuka dan menerangkan kejadian yang telah merenggut ratusan nyawa ini, dan pihak pihak lain yang ikut bertanggungjawab dalam kejadian ini segera mungkin menyerahkan dirinya, semoga mereka sadar akan perbuatan yang telah dilakukannya yang terlah merenggut ratusan nyawa. 

Sepatutnya insan yang beretika sadar akan perbuatannya, bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuat dan menanggung segala kesalahan, menerima konsekuensi dengan berdasarkan hati nurani atas tidakan atau perbuatan yang telah dia lakukan, layaknya seperti para supporter yang beretika.

Mereka akan bersimpati dan berempati kepada Aremania yang menjadi korban, selayaknya juga petugas atau siapapun pihak yang terlibat dalam kejadian ini harus berempati kepada keluarga korban dan seluruh Aremania yang sedang berduka, dengan mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.

Terakhir dengan kejadian ini, seharusnya ada hikmah dan pesan yang dapat kita petik, dimana mengutamakan etika rasa persaudaraan dan kemanusiaan adalah yang utama, tidak ada suatu pertandingan yang setara dengan nyawa, dan semoga kedepannya dengan hadirnya rasa persatuan dan persaudaraan yang muncul akibat kejadian ini, akan membuat iklim Sepakbola Nasional menjadi lebih baik lagi, tidak terjadi lagi kejadian serupa, dan stadion merupakan rumah yang nyaman untuk kita dapat bersama mendapatkan tontonan hiburan yang dapat menjadi tuntunan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun