Mohon tunggu...
Yoen Aulina Casym
Yoen Aulina Casym Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Manajemen Rumah Sakit

Dokter, Magister Administrasi Rumah Sakit lulusan FKM UI, Konsultan Manajemen Rumah Sakit, menyukai dunia kepenulisan karena hobby.\r\n\r\n"aku bukan penulis, aku hanya seorang yang suka menyusun kata ke dalam baris"

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Jangan Menolak Kemoterapi Hanya Karena Takut Efek Sampingnya

19 Juni 2018   17:24 Diperbarui: 19 Juni 2018   19:04 4413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[Artikel ini aku tulis atas permintaan Retta, adikku yang menderita kanker ovarium yang tengah menjalani pengobatan kemoterapi. Dia menilai informasi yang dia terima dan dia baca sebelumnya tidak sepenuhnya benar bahkan cenderung membuat dia cemas, takut dan ragu dalam mengambil keputusan untuk kemoterapi.]

Begitu terdiagnosis kanker ovarium dan harus menjalankan kemoterapi, adikku mendapatkan begitu banyak perhatian baik dari keluarga maupun dari teman-temannya. 

Setiap orang yang merasa memiliki pengalaman dengan penderita kanker yang menjalani kemoterapi,- apakah karena saudara atau kerabatnya juga menjalani kemoterapi atau cuma mendengar dari orang lain - memberikan begitu banyak saran yang membuat adikku sempat bingung. 

Beberapa orang mengatakan gak boleh makan ini dan jangan makan itu, sementara dokter yang merawatnya membolehkan apa saja, "enggak perlu pantang makan ya, apa saja makan, tapi kalau bisa hindari makanan yang dibakar dan makanan kaleng" cuma itu, dan tentu saja aku setuju dengan anjuran dokter yang merawatnya, mengingat adikku perlu daya tahan tubuh yang baik, yang prima, sebelum menjalankan kemoterapi. 

Informasi tentang kemoterapi yang diberikan oleh mereka juga beragam dan sempat membuat adikku takut dan cemas menjelang hari pelaksanaan kemoterapi yang pertama. 

"Etta takut ma.... dan menurut yang Etta baca, kemo itu sakit dan in the middle of Chemo bisa meninggal," katanya. Aku gak bisa mengeluarkan jawaban untuk menghiburnya, aku cuma bisa bilang "Jangan terlalu dimasukkan ke dalam pikiran apa yang disampaikan orang tentang kemoterapi, khan kita sudah diskusikan tentang kemoterapi ini dengan orang yang kompeten". 

"Tentang meninggal..." kataku melanjutkan, "Gak usah lagi kemo Tet, kalau udah sampai waktunya, orang yang sehat aja, lagi olahraga bisa juga meninggal."

Begitulah, kadang-kadang informasi yang disampaikan atau informasi yang didapatkan dengan mudah di internet bukan justru membuat penderita kanker menjadi semangat dan berjuang untuk sembuh tapi malah sebaliknya, mereka semakin cemas dan bahkan mulai ragu pada rekomendasi dokter. 

Meski begitu, kami tetap berterima kasih kepada siapapun yang telah memberikan saran sebagai bentuk ungkapan rasa peduli dan kasih sayang mereka kepada adikku.

Memang tak bisa dipungkiri, kemo sepertinya menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian penderita kanker, mereka tidak saja khawatir pada efek samping yang ditimbulkan tapi juga takut pada efek yang muncul pada saat pemberian obat itu sendiri. 

Kecemasan dan kekhawatiran tersebut bisa diperparah jika mereka (penderita kanker dan keluarganya) tidak mendapatkan informasi yang tepat dari orang yang tepat. 

Coba saja searching, kita bisa menemukan tulisan-tulisan yang mengulas tentang kemoterapi yang ditulis oleh mereka yang tidak memiliki latar belakang keilmuan yang sesuai, sehingga (mohon maaf) anjuran untuk tidak menjalankan kemoterapi karena alasan efek samping yang ditimbulkan - yang menurut penulis itu lebih banyak efek negatifnya -adalah anjuran yang tidak bertanggung jawab. 

Oleh karena itu menjadi sangat penting bagi pasien penderita kanker dan keluarganya untuk mengetahui dan memahami tentang kemoterapi ini secara jelas, sehingga dapat membantu dalam membuat keputusan yang paling aman bagi pasien. 

Caranya? berdiskusilah dengan tim dokter anda tentang kemungkinan risiko dan efek samping dari kemoterapi serta manfaatnya. Diskusi bisa dilakukan dengan Dokter Onkologi Ginekologi atau dengan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Onkologi Medis, atau dengan para edukator terlatih, merekalah orang yang dapat secara tepat menjelaskan tentang kemoterapi yang akan diberikan kepada pasien. 

Mencari informasi pada pasien dengan kasus yang sama bisa juga bermanfaat, asal dipahami bahwa reaksi dan efek samping obat kemo tidak selalu sama pada setiap orang dan tingkat keparahannya juga berbeda-beda antara pasien yang satu dengan pasien lainnya, tergantung dari jenis dan dosis obat serta kondisi kesehatan pasien itu sendiri.

Cara lain untuk mendapatkan informasi yang dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya adalah membaca jurnal. Banyak juga jurnal kesehatan atau kedokteran yang ditulis dengan bahasa popular sehingga mudah dipahami oleh orang awam sekalipun.

Dalam beberapa literatur disebutkan beberapa efek samping kemoterapi yang umum yang mungkin terjadi adalah:

  • Mual dan muntah
  • Kerontokan rambut
  • Kelelahan
  • Tidak nafsu makan
  • ruam/memar
  • sariawan atau luka pada mulut.

Meskipun memiliki efek samping, yang pada sebagian orang mungkin terihat parah, tetapi kemoterapi mempunyai manfaat yang lebih besar dibanding efek samping yang ditimbulkan, karena sebelum ditetapkan sebagai modalitas pengobatan kanker, obat-obat tersebut sudah melewati penelitian dan percobaan klinis sebelumnya. Selain itu, gejala dan keluhan terkait efek samping pengobatan kanker juga bisa dikelola.

Pada kasus adikku, Kanker Ovarium Stadium II, setelah menjalani operasi pengangkatan tumor, pengobatan selanjutnya adalah kemoterapi yang diberikan selama 6 kali dengan selang waktu 3 minggu. 

Kemoterapi diharapkan dapat membenuh sel-sel ganas yang mungkin masih ada dalam tubuh setelah operasi, atau mematikan sel-sel kanker yang telah menyebar.

Obat kemo diberikan melalui infus ke pembuluh darah vena dengan menggunakan alat infusion pump, dengan alat ini obat kemo diatur akan habis dalam waktu 3 jam untuk masing-masingnya, jadi karena menerima dua macam obat kemoterapi, maka obat tersebut akan habis dalam waktu 6 jam, oleh karena itu pemberian kemoterapi dilakukan di ruang rawat inap. 

"Gimana rasanya Ta?" tanyaku setelah obat kedua obat kemoterapi masuk ke pembuluh darahnya.

"Enggak seperti yang Etta bayangkan, kayanya seperti infus biasa aja. Kirain Etta, selama obat kemonya menetes ke pembuluh darah, Etta akan ngerasain sakit sepanjang waktu obat itu masuk, selama 6 jam"

"Mual gak?" tanyaku lagi.

"Alhamdulillah enggak, mungkin karena sebelum kemo udah minum obat mualnya ya?" 

Sebelum kemoterapi, dokter onkologi medis yang menangani adikku memang sudah menyiapkan obat yang harus diminum satu hari sebelum kemoterapi dan dilanjutkan sampai seminggu setelah kemo. Obat-obat tersebut diberikan untuk mencegah atau mengurangi keluhan mual dan muntah.

Setelah dua minggu pasca kemoterapi, adikku mulai mengalami keluhan yang merupakan keluhan yang paling umum dari efek samping kemo, yaitu rambutnya mulai rontok, tapi alhamdulillah botak bukan momok buat dia bahkan dia sudah merencanakan akan bikin gundul kepalanya setelah kemonya yang kedua.

Melihat dia biasa saja, tidak mengeluhkan apapun yang umumnya dirasakan oleh pasien lain, aku khawatir dan curiga jangan-jangan dia menyembunyikan apa yang dirasakannya kepada kami karena tidak mau membuat kakak-kakaknya cemas.

"Beneran gak ada keluhan Tet? tanyaku agak enggak yakin.

"Ada sih sedikit nyeri-nyeri, tapi alhamdulillah gak terlalu mengganggu dan gak perlu obat penghilang nyeri juga sih." begitu jelasnya.

"Mungkin karena Etta udah tau efek samping yang bakal terjadi ya, dan Etta Insya Allah bisa nerimanya makanya Etta gak ngerasain keluhan?" dia malah balas bertanya.

"Mudah-mudahan" kataku.

Pentingnya mempelajari efek samping yang mungkin terjadi terkait pengobatan kanker, membuat kita bisa melakukan perubahan-perubahan perilaku dalam rangka pencegahan, salah satu hal yang menjadi perhatian kami adalah penggunaan masker. 

Kami menganjurkan kepada Retta untuk menggunakan masker bahkan ketika dia berada di rumah, hal ini untuk mengurangi risiko terinfeksi penyakit yang dapat ditularkan melalui udara. 

Risiko terkena infeksi berkaitan dengan rendahnya jumlah sel darah putih (lekosit) akibat efek kemo terhadap sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang. Anjuran untuk menggunakan masker berlaku juga bagi siapa saja yang berdekatan dengan Retta yang sedang terkena flu. Mungkin bagi sebagian orang anjuran kami itu dipandang berlebihan, tetapi buat kami berjaga-jaga dan mencegah itu jauh lebih baik.

Di akhir tulisan ini, aku berharap pengalaman adikku ini bisa bermanfaat bagi para penderita kanker dan juga keluarganya dalam mengambil keputusan untuk menerima pengobatan kemoterapi. 

Ketahuilah, Dokter spesialis yang menangani anda hanya memberikan saran profesional berdasarkan kompetensi mereka, namun keputusan tetaplah di tangan pasien dan/atau keluarganya, membuat keputusan sepenuhnya adalah hak anda. Oleh karena itu untuk dapat membuat keputusan yang tepat dan aman bagi pasien maka:

  • Carilah informasi dari pihak yang berkompeten. Tidak ada salahnya anda mencari second opinion kepada dokter spesialis yang sesuai bidang ilmunya.
  • komunikasikan apa yang anda ketahui atau anda baca dari internet kepada dokter spesialis yang menangani kasus anda, jangan biarkan keragu-raguan menetap berlama-lama di pikiran sehingga pengobatan tertunda oleh karena maju mundur dalam membuat keputusan

Ketika anda telah menerima kemoterapi sebagai salah satu pengobatan kanker anda, tetaplah berpikir optimis dan positif selama menjalani kemoterapi dan teruslah berdoa, semoga Allah memberikan kesembuhan yang paripurna. 

Sumber:

Ovarian Cancer, American Cancer society

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun