"Etta sudah periksa Hb?"
Itu kecerewetanku yang lain menyangkut fisik Retta. Ia terlihat lebih pucat belakangan. Untuk keluhan ini aku sudah tahu kira-kira apa yang menjadi penyebabnya, yaitu menstruasi berkepanjangan.Â
Retta memang sudah mengeluhkan pendarahan yang ia alami dan sudah pula melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis kandungan. Sudah USG juga, kira-kira satu tahun lalu. Aku lupa apa yang dianjurkan oleh dokter waktu itu.
Aku sendiri memiliki pengalaman yang sama dengan adikku sekitar 10 tahun yang lalu saat berusia 47 tahun.
Karena pendarahan yang terus-menerus dan dari hasil pemeriksaan yang lebih dalam, dokter menganjurkan untuk mengangkat rahimku (histerektomi).Â
Alhamdulillah hasilnya bukan sesuatu yang mendebarkan, aku hanya mengalami penebalan dinding rahim dan hasil pemeriksaan jaringannya nggak ditemukan sel kanker (sel ganas).
"Retta sakit, lemes banget dia, udah tiga hari di rumah saja nggak masuk kerja", begitu isi pesan yang dikirim adikku yang lain.
Pesan singkat itu membuat kakak-kakaknya menjadi cemas, ini sama sekali bukan lebay sih, soalnya sebulan yang lalu kakak sulungku meninggal dunia dan tiga bulan sebelumnya adik iparku meninggal dunia juga.
Retta bercerita, kalau tiga hari yang lalu ia sakit perut bagian bawah. "Sakitnya luar biasa, Etta sampe nangis padahal Etta termasuk orang yang kuat nahan rasa sakit, lho, Ma" katanya. "Di IGD sampe 5 jam, terus Etta dianjurin ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam".
Aku membaca hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan waktu ia di IGD. Hasil pemeriksaan darah: Hb-nya rendah, lainnya normal; hasil pemeriksaan urine: banyak lekosit dalam urine.
"Kata dokter IGD, ada infeksi saluran kemih, kenapa Etta sering banget infeksi saluran kemih ya? Minum udah banyak, nggak pernah nahan BAK" tanyanya heran.