Epyardi pun menuding para pegawai hanya bekerja untuk uang dan kalau tidak ada uang tidak mau bekerja. Padahal mereka digaji oleh negara yang uangnya berasal dari rakyat. "Kalian itu abdi masyarakat! kalau mau cari uang ya jadi pedagang atau pengusaha, jangan jadi pegawai!." tutur nya kepada para pegawai.
Sebagai efek jera, Kepala dan Tata Usaha Puskesmas Tanjung Bingkung langsung di non-aktifkan, sementara pegawai yang lain dibina dan diberi pengertian.
Beliau bukan marah dan mengamuk tanpa sebab, ia berkata bahwa kemarahan dan ketegasannya adalah sebagai bentuk pengabdian nya kepada masyakarat, dan bahwa ia siap untuk memberikan yang terbaik dan tidak akan membiarkan rakyatnya dikecewakan lagi oleh pelayanan Solok yang buruk, sebab berdasarkan survey yang diketauhi, kota Solok merupakan salah satu kota yang terburuk dalam pelayanan nya kepada masyarakat. Bapak Bupati ini tentu ingin memajukan kotanya.
Richard L. Daft dalam bukunya yang berjudul The Leadership Experience mendefinisikan keberanian sebagai kekuatan mental dan moral untuk dapat bertahan, menjalani, dan melawan ketakutan, bahaya, atau kesulitan.
Keberanian bukan berarti tidak adanya keraguan, kebingungan, atau ketakutan, tetapi keberanian adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu kebaikan yang lebih besar daripada ketakutan itu. Seperti yang dicontoh oleh Bapak Bupati Solok ini bukan?
Saya pribadi salut dengan beliau yang menegakkan kebenaran demi kebaikan masyarakat dan kota-nya walaupun ia mungkin menghadapi risiko dan masalah, seperti risiko untuk tidak disukai orang lain, risiko untuk dianggap tempramental, risiko untuk dianggap berlebihan, risiko untuk dipecat dan sebagainya. Damun beliau tetap melakukan yang benar karena ada hal yang lebih penting daripada risiko atau ketakutan itu, yaitu masyarakat dan kota-nya.Â
Dan pada akhirnya, justru banyak masyarakat dan pemimpin-pemimpin lain yang merasa salut dan kagum atas kepemimpinan yang dilakukan oleh Bapak Epyardi Asda ini.
Perlu diingat bahwa seorang pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang berani take action, bukan hanya sekedar jago bicara dan berpikir saja, itulah mengapa ada banyak orang di luar sana yang tidak mampu menjadi pemimpin sejati karena orang-orang tersebut hanya mampu memikirkan ide-ide yang bagus, atau membahas rencana-rencana yang luar biasa dan mungkin bermanfaat bagi kepentingan orang banyak, tapi pada praktik nya mereka tidak dapat melakukan aksi yang memerlukan keberanian itu.
Setiap keberanian pasti disertai dengan risiko. Namun itu semua tergantung pada kita sendiri, apakah kita mau mengambil risiko tersebut dan melakukan yang benar?
Pikirkan lah hal-hal berikut:
- Untuk tertawa - berarti mengambil risiko untuk tampil bodoh.
- Untuk menjadi tegas - berarti mengambil risiko tidak disukai orang.
- Untuk menjangkau - berarti mengambil risiko keterlibatan.
- Untuk mengungkapkan perasaan - berarti mengambil risiko mengekspos diri Anda yang sebenarnya.
- Untuk memberi ide dan impian Anda di depan orang banyak - berarti mengambil risiko penolakan.
- Untuk mencintai - berarti mengambil risiko ditolak.
- Untuk hidup - berarti mengambil risiko mati.
- Untuk berharap - berarti mengambil risiko putus asa.
- Untuk mencoba - berarti mengambil risiko kegagalan.