Kelima, fasilitas colokan dan WiFi. Colokan dan WiFi merupakan fasilitas yang telah menjadi kebutuhan primer dan sangat digandrungi oleh generasi Z karena hampir sebagian besar masyarakat adalah pengguna gawai aktif. Mereka membutuhkan colokan setiap saat dan WiFi untuk terhubung dengan internet. Lebih baik jika model satu meja carrel dengan satu colokan sehingga pemustaka lebih bisa privasi.Â
Pastikan kecepatan akses dan sinyalnya baik sehingga  memungkinkan pemustaka (generasi Z) mudah untuk mencari informasi melalui internet. Perpustakaan tidak boleh kalah dengan foodcourt, supermarket/mal, pusat kota, dan tempat lainnya yang menyediakan free hotspot area. Perpustakaan juga harus menyediakan komputer yang terhubung dengan internet khusus untuk pengguna/pemustaka. Perpustakaan sudah seharusnya tidak melarang pemustaka yang membawa laptop ke ruang perpustakaan. Semakin banyak animo pemustaka ke perpustakaan membawa laptop berarti menunjukkan tingkat melek terhadap teknologi informasi sangat tinggi.
Keenam, ruang sosial budaya. Menurut Jyoti (2014), perpustakaan harus mengembangkan sebuah aspek baru di dalam perpustakaan yang memiliki fungsi pendidikan, pengembangan, serta rekreatif. Perpustakaan dapat mengadakan kegiatan seminar dan pelatihan bagi pelajar dan mahasiswa untuk mendukung proses akademik dan pengembangan softskill-nya.
Perpustakaan juga dapat mengadakan kegiatan bazar dan pameran hasil karya pelajar dan mahasiswa. Perpustakaan dapat berfungsi sebagai community hub atau penghubung antara komunitas satu dengan yang lainnya di mana akan terjadi interaksi antara pengguna. Melalui kegiatan pameran, pelajar dan mahasiswa berkesempatan memamerkan hasil karyanya di perpustakaan dengan kurun waktu tertentu dan pengguna lain yang datang dapat berinteraksi dan memberikan feedback melalui form yang disediakan perpustakaan dan nantinya akan diberikan kepada pemilik karya sehingga terjadi pertukaran informasi untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Selain itu, perpustakaan dapat mengadakan kegiatan menonton film di perpustakaan. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan pengguna untuk melepas kepenatan setelah melewati rutinitas sekolah/perkualihan atau ujian. Kegiatan pemutaran film ini dapat dilakukan pada periode waktu tertentu dan film yang diputar juga dapat memberikan manfaat bagi pengguna. Pengembangan aspek ini merupakan implementasi fungsi rekreatif perpustakaan.
Simpulan
Dengan diperbaruinya paradigma lama perpustakaan menjadi paradigma kekinian, selalu inovatif, dan out of the box, maka tidak mustahil generasi Z dapat menjadi akrab dengan perpustakaan. Generasi Z dapat berbondong-bondong berkunjung ke perpustakaan atau menggunakan produk perpustakaan. Aspek yang perlu diperbarui dan dikembangkan secara massif, yaitu layanan perpustakaan; koleksi perpustakaan; ruang perpustakaan yang nyaman dan menyenangkan; fasilitas pendukung yang penting seperti WiFi dan colokan; penyediaan website dan digital library yang memudahkan akses informasi dan koleksi perpustakaan di mana pun dan setiap saat; serta ruang sosial budaya yang berkaitan dengan fungsi pendidikan, pengembangan, serta rekreatif.
Daftar Pustaka
Andrea, Bencsik, Horváth- Csikós Gabriella, Juhász TÃmea. Y and Z Generations at Workplaces. Journal of Competitiveness Vol. 8, Issue 3, pp. 90 - 106, September 2016. Diperoleh dari:  . Di akses pada tanggal 12 Juni 2020.
Pomerantz, J., & Marchionini, G. 2007. The Digital Library as Place. Journal of Documentation, 63(4), 505-533.
Sudrajat, Akhmad. 2012. Generasi Z dan Implementasinya terhadap Pendidikan. Diperoleh dari: h. Diakses tanggal 12 Juni 2020.