Â
 Cabut atau bolos sering kali dilakukan di kalangan siswa terutama siswa laki-laki. Banyak alasan yang mendasari tindakan ini. Mulai dari ketidakminatan terhadap pelajaran. Dan pengaruh lingkungan sekitar.
 Cabut menjadi cara siswa melarikan diri dari tekanan akademis. Ataupun masalah pribadi yang mereka hadapi. Namun fenomena ini tentu tidak dapat dianggap enteng. Karena memiliki dampak yang besar terhadap perkembangan karakter siswa.
Siswa laki-laki lebih rentan terlibat  bolos dibandingkan dengan siswi perempuan. Salah satu alasan utamanya perbedaan pola pikir dan cara menanggapi tekanan. Laki-laki cenderung lebih suka mencari pelampiasan di luar kelas. Ketika mereka merasa tidak nyaman atau tertekan.
 Selain itu pengaruh teman sebaya. Menjadi faktor dalam kebiasaan bolos. Teman yang mengajak atau mendukung perilaku bolos. Dapat mempengaruhi siswa laki-laki untuk ikut serta.
Dalam beberapa kasus, cabut menjadi bentuk pemberontakan. Terhadap guru atau aturan sekolah. Siswa laki-laki yang merasa tidak dihargai atau diperlakukan tidak adil. Sering kali melampiaskan rasa frustrasi mereka dengan cara ini.
Mereka merasa tidak ada gunanya. Mengikuti pelajaran yang tidak sesuai dengan minat atau bakat mereka. Oleh karena itu bolos menjadi cara untuk menghindari rasa jenuh. Dan ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan.
Pengaruh cabut terhadap karakter siswa laki-laki sangat signifikan. Siswa yang sering bolos akan kehilangan kesempatan. Untuk belajar mengenai keterampilan. Seperti kedisiplinan, tanggung jawab, dan komunikasi.
 Kedisiplinan yang kurang terlatih akan mempengaruhi kemampuan siswa. Untuk mengelola waktu dalam belajar. Dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Hal ini dapat berujung pada rendahnya kualitas akademis yang mereka capai di sekolah.
Selain itu siswa yang bolos cenderung kurang tanggung jawab terhadap diri sendiri. Mereka merasa tidak berkewajiban untuk mengikuti aturan yang ada di sekolah. Dan sering kali mengabaikan kewajiban akademis mereka. Ketidakmampuan untuk bertanggung jawab ini dapat berlanjut hingga dewasa.
Di mana mereka kesulitan untuk menghadapi tuntutan hidup yang lebih besar. Seperti pekerjaan dan masalah sosial lainnya.
Tentu saja cabut sekolah tidak hanya berpengaruh pada sisi akademis. Tetapi juga pada perkembangan emosional siswa.
 Siswa laki-laki yang sering bolos mungkin merasa bahwa mereka tidak cocok dengan lingkungan sekolah. Sehingga dapat meningkatkan rasa rendah diri dan kecemasan. Perasaan ini jika tidak ditangani dengan baik. Dapat berujung pada masalah emosional yang lebih serius.
Secara sosial bolos juga memengaruhi hubungan siswa dengan teman-temannya. Walaupun beberapa siswa merasa bolos membuat mereka lebih dekat dengan teman sebaya yang suka cabut. Pertemanan yang dibangun atas dasar kebiasaan buruk. Â Tidak akan membawa dampak positif bagi mereka.
 Sebaliknya hubungan semacam ini justru dapat memperburuk pola pikir siswa. Dan pikiran negatif yang dimiliki siswa. Serta menjauhkan mereka dari teman-teman yang lebih positif. Teman teman yang mengajak mereka ke jalan yang benar.
Dampak negatif lainnya dapat dilihat dari karakter siswa dalam kepemimpinan. Ketika siswa tidak terbiasa  bertanggung jawab. Ataupun mengelola waktu mereka dengan baik. Kemampuan mereka untuk menjadi pemimpin. Dan berkontribusi dalam kegiatan organisasi sekolah menjadi terhambat.
Namun fenomena cabut sekolah tidak sepenuhnya negatif. Dalam beberapa kasus siswa laki-laki yang sering bolos memiliki alasan tertentu. Sehingga perlu dipahami lebih dalam oleh pihak sekolah dan orang tua. Mungkin ada masalah pribadi atau keluarga yang mempengaruhi perilaku mereka.
 Akibatnya mereka merasa bahwa sistem pendidikan yang ada tidak mendukung. Terhadap perkembangan perkembangan mereka secara maksimal. Dengan pendekatan yang lebih empatik dan mendalam. Mungkin saja masalah ini bisa diatasi.
Untuk mengatasi fenomena ini penting bagi sekolah untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung. Sekolah perlu memahami kebutuhan siswa laki-laki yang  merasa tidak terhubung. Dengan berbagai pembelajaran. Dan kurikulum yang diajarkan.
 Salah satu solusi yang dapat diterapkan yaitu memberikan pendekatan yang lebih personal. Dan relevan dengan minat serta bakat siswa. Sehingga mereka merasa dihargai. Dan termotivasi untuk hadir di kelas.
Selain itu orang tua juga memegang peranan penting dalam menangani fenomena bolos. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. Dapat membuka ruang pemahaman lebih dalam. Â Orang tua dapat memberikan dukungan moral dan emosional yang dibutuhkan anak. Serta membantu mereka untuk menghadapi tantangan yang ada di sekolah.
Penting juga untuk melibatkan teman sebaya dalam proses perubahan. Teman-teman positif bisa menjadi sumber motivasi yang besar bagi siswa bolos. Ketika siswa merasa bahwa teman-temannya mendukung mereka untuk mengikuti pelajaran. Kemungkinan besar mereka akan lebih bersemangat untuk bersekolah. Dan menghindari kebiasaan bolos.
Tidak kalah penting pihak sekolah juga perlu melibatkan guru-guru. Dalam usaha pencegahan cabut. Guru yang mampu menciptakan kelas yang menarik dan menyenangkan. Bisa mengurangi rasa jenuh siswa terhadap pelajaran.
Pendekatan yang lebih
 interaktif dan kreatif dalam mengajar. Dapat membuat siswa lebih tertarik. Untuk hadir di kelas. Dan aktif berpartisipasi dalam pembelajaran.
Bolos sekolah pada siswa laki-laki  menjadi fenomena sangat kompleks. Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi. Pengaruh teman sebaya, ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan. Serta masalah pribadi merupakan beberapa alasan yang sering ditemukan. Namun dampak dari kebiasaan cabut ini tidak dapat dianggap remeh. Karena dapat mempengaruhi perkembangan karakter siswa.
Untuk mengatasi masalah ini kolaborasi antara pihak sekolah dan orang tua. Sekolah perlu menciptakan lingkungan yang menyenangkan. Sementara orang tua harus mendukung anak-anak mereka untuk mengatasi masalah yang mendasari perilaku bolos. Dengan pendekatan yang tepat siswa laki-laki dapat belajar untuk menghargai pendidikan. Dan mengembangkan karakter yang lebih baik.
Sebagai bagian dari upaya pencegahan. Penting juga untuk memberikan siswa pemahaman mengenai konsekuensi dari kebiasaan bolos. Siswa harus diberi pengetahuan bahwa bolos tidak hanya merugikan mereka dalam jangka pendek. Tetapi juga dapat mempengaruhi masa depan mereka. Dengan cara ini siswa diharapkan dapat mengambil keputusan yang lebih bijak dan bertanggung jawab.
Pendidikan karakter di sekolah bisa menjadi solusi. Untuk mengurangi kebiasaan bolos pada siswa. Melalui program yang menekankan pentingnya nilai-nilai sosial. Seperti kedisiplinan, tanggung jawab, dan kerja keras.
 Siswa diharapkan dapat menyadari pentingnya mengikuti pelajaran dengan serius. Pendidikan karakter ini bisa diterapkan baik di dalam maupun di luar kelas. Sehingga siswa memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya pengembangan diri.
Penting untuk memberikan ruang bagi siswa laki-laki untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka di luar  kelas. Kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat siswa. Dapat membantu mereka merasa lebih terhubung dengan sekolah. Dan lebih termotivasi untuk hadir di kelas. Dengan demikian fenomena cabut sekolah pada siswa laki-laki dapat diatasi dengan pendekatan yang lebih mendalam.
Menciptakan lingkungan yang mendukung dan penuh perhatian. Dapat mengurangi fenomena cabut pada siswa laki-laki. Jika masalah ini diatasi dengan bijaksana. Maka pengaruh negatif terhadap karakter siswa dapat diminimalkan. Sebaliknya siswa dapat tumbuh menjadi individu yang lebih disiplin, bertanggung jawab, dan memiliki pandangan hidup yang lebih positif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI