Mohon tunggu...
Cerpen

Mengubahkan Hidup

21 Mei 2015   14:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:45 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini jam 4 sore, artinya tiga jam lagi sebelum ia bertemu dengan anak laki-laki itu. Matanya terpejam  seperti tertidur. Tapi ia tidak tertidur. Isi kepalanya terus saja berputar. Apa yang akan dilakukan anak laki-laki itu padanya. Dia pernah melihat temannya berusia 12 tahun memiliki perut membuncit. Ketika ia bertanya, katanya itu akibat tidur dengan seorang anak laki-laki berusia 17 tahun.

Sekarang temannya itu meninggal. Orang-orang mengatakan dia tidak kuat menahan sakitnya melahirkan. “Apakah tidur dengan anak laki-laki akan membuat seorang wanita melahirkan?” pikirnya.

Ia tidak mau mati. Ia belum siap. Walau sering juga ia berpikir ingin menyusul ibu dan adiknya. Namun setiap kali bayangan kematian selalu membuatnya bergidik ketakutan. Apa yang akan terjadi setelah kematian?

Ada orang bilang bahwa setelah kematian kita akan disiksa dalam neraka. Seperti dibakar terus menerus. Tapi ada juga yang bilang setelah kematian kita akan digiring masuk ke surga oleh para malaikat. Tapi mana yang benar dia tidak tahu. Ada saja kemungkinan di antara keduanya, bukan? Bagaimana jika yang benar adalah yang pertama? Disiksa dalam api yang terus menerus?

Ia terus berpikir. Andai saja ada yang bisa dimintai pendapat. Tapi ia tidak punya siapa-siapa. Baginya, lima ribu rupiah itu jumlah yang cukup besar. Bisa untuk satu kali makan, malah ada sisa. Tapi dia sama sekali tidak dapat menebak apa yang akan dilakukan anak itu.

Katakanlah dia lolos dari kematian, memiliki anak tidak ada dalam rencananya. Akan sangat merepotkan sekali membawa bayi kemana-mana. Walau untuk pengemis hal itu bisa menambah penghasilan. Tapi bagaimana anak itu nantinya? Susu, makanan?

Tanpa sadar ia pun ketiduran dan baru bangun dua jam setelahnya. Hujan sudah lama berhenti sepertinya, ia melihat langit sudah kembali bersih dari awan hitam. Segera ia lompat dari tempat sampah besar itu dan terdiam sesaat. Teringat kembali apa yang ia pikirkan sebelum ketiduran.

Sudah gelap. Sebentar lagi anak laki-laki itu akan datang ke tempat kemarin. Apakah ia harus datang? Atau sebaiknya ia pergi saja?

Saat ia sedang berpikir, ia bertemu dengan seorang wanita muda. Usianya sekitar awal tigapuluh tahunan. Kelihatannya ia sedang mengamatinya sambil tersenyum. “Apa yang kamu pikirkan, gadis kecil”

Gadis cilik itu kaget sekali melihat seorang wanita di depannya. Menurut pemikirannya, wanita itu sangat cantik. Memiliki kulit putih bersih, tinggi dengan mata besar yang indah. Belum lagi senyumnya yang membuatnya terlihat semakin cantik.

“Saya, eh…saya sedang berpikir bu, mbak, eh…”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun