Mohon tunggu...
Yoana Delvin Fidela Zagoto
Yoana Delvin Fidela Zagoto Mohon Tunggu... Mahasiswa - This is me Yoana, you can call me Yon

Berbagi pengetahuan tidak memberikan kerugian yang berarti:)

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pandemi COVID-19 Mengakibatkan Perubahan Perilaku Masyarakat, benarkah demikian?

18 Desember 2021   17:30 Diperbarui: 28 Desember 2021   10:54 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pandemi COVID-19 Mengakibatkan Perubahan Perilaku Masyarakat

 Oleh

Yoana Delvin Fidela Zagoto & Laila Meiliyandrie Indah Wardani

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana

Pandemi covid-19 yang belum tertuntaskan

Sebuah wabah virus yang telah melanda dunia sejak Desember 2019 telah menjadi persoalan besar di negri kita Indonesia. Virus ini pertama kali ditemukan di China, Wuhan pada tahun 2019. Banyak teori atau isu-isu yang berusaha menjelaskan atau memaparkan kepada kita apa yang menyebabkan virus ini muncul, akan tetapi hal tersebut sampai sekarang masih menjadi perbincangan. Pada akhir tahun 2020 terjadi kenaikan kasus akibat covid-19 hal ini menunjukkan bahwa pada awalnya masyarakat sebenarnya tidak peduli terhadap adanya covid-19 sehingga ketidakpedulian dari masyarakat tersebut mengakibatkan banyaknya angka kematian dan meningkatnya kasus paparan covid-19.

Pemerintah berusaha mengatasi hal ini dengan mengeluarkan beberapa himbauan kepada masyarakat sebagai bentuk pertahanan diri ataupun untuk menghindari resiko terpaparnya virus ini dimulai dari wajib menggunakan masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mencuci tangan, dan mengurangi mobilitas. Hal ini dikenal dengan protokol kesehatan 5 M.

Sampai sekarang (November/21) masih terdapat kasus covid-19 di Indonesia, walaupun sekarang angka kasusnya sudah menurun namun kita tetap harus menjalankan protokol kesehatan demi keselamatan bersama.

Pandemi covid-19 ini telah memberikan banyak dampak pada kehidupan masyarakat seperti pada sektor kesehatan, ekonomi maupun sosial. Tidak bisa kita pungkiri, dampak yang diberikan sangat besar sehingga banyak dari masyarakat di Indonesia yang mengalami kesulitan terhadap bidang atau sektor diatas.

Ada apa dengan perilaku masyarakat ditengah pandemi?

COVID-19 telah mengubah signifikan kehidupan manusia hanya dalam hitungan bulan, perilaku sosial manusia berubah drastis akibat penyesuaian terhadap pandemi COVID-19 (Ivan M, 2020). Adanya covid-19 ini mengharuskan kita untuk melakukan pembatasan sosial berskala besar. Banyak profesi yang harus mengerjakan pekerjaan dirumah (WFH), pembelajaran yang harus dilakukan dengan jarak jauh, pembatasan kunjungan dibeberapa objek wisata, adanya batas waktu untuk membuka usaha seperti resotoran, mall, salon dll.  Hal ini merupakan sedikit dari banyaknya hal yang diakibatkan oleh pandemi covid-19. Namun ada hal yang perlu diperhatikan juga terhadap dampak adanya pembatasan sosial berskala besar ini yaitu semakin banyaknya individu yang berkumpul bersama keluarga, individu atau kelompok yang lebih leluasa berkreasi dirumah bersama dengan keluarga dan sebagainya. Hal ini bisa menjadi sisi positif adanya pembatasan sosial tersebut.

Ketidakpastian akan virus ini dan kecemasan mengenai takutnya akan kematian menyebabkan munculnya berbagai respon masyarakat berupa perilaku terhadap virus covid-19 ini. Kilas balik pada awal munculnya covid-19 dan tak tertutup kemungkinan saat ini, terdapat beberapa kejadian melalui pengamatan lapangan dan media online dibeberapa daerah di Indonesia yang menunjukkan perubahan perilaku ditengah masyarakat yang disebabkan oleh covid-19. Misalnya, masyarakat yang melakukan penimbunan masker serta hand gel yang merupakan hal yang terpenting dan harus ada dimasa pandemi covid-19 ini. 

Kemudian ada juga perilaku yang sangat memberikan dampak diskriminasi ditengah masyarakat. Misalnya masyarakat yang menolak jenazah pasien covid-19 dibeberapa daerah, seperti yang terjadi di Kabupaten Serdang begadai pada bulan Juli yang lalu. 

Selain itu ada perilaku lain yang muncul ditengah masyarakat yaitu sekelompok masyarakat yang tetap tidak menerima serta mengasingkan seseorang atau kelompok lainnya yang dulunya terpapar covid-19 akan tetapi dinyatakan sembuh. Seperti yang terjadi pada napi di Teluk Dalam, Nias Selatan.

Kenapa hal ini terjadi? Mari kita tinjau berdasarkan teori yang ada.

Memahami perubahan perilaku dari sudut pandang teori

Perilaku merupakan suatu kecenderungan seseorang yang menimbulkan melakukan sebuah tindakan terhadap peristiwa yang sedang dialami atau terjadi (Lestari, 2020). Cognitive-behavioral model of health anxiety menjelaskan perubahan perilaku dapat diakibatkan karena memiliki tingkat kecemasan yang rendah, sedang dan tinggi. Bersadarkan perilaku yang terjadi ditengah masyarakat terlihat bahwa perubahan perilaku tersebut diakibatkan karena adanya tingkat kecemasan yang tinggi.

Salah satu sudut pandang kepribadian yang meyakini bahwa menyalahkan adalah inti sebagian besar gangguan emosional (Albert Ellis dalam Corey, 1996: 322). Hal ini berkaitan dengan perilaku dari masyarakat yang cenderung menyalahkan orang yang telah terpapar covid-19 sehingga menimbulkan sikap diskriminasi terhadap pihak individu yang dimaksud. Ketidakstabilan emosi mampu memengaruhi perilaku dan inilah yang terjadi pada kasus atau fenomena yang muncul ditengah masyarakat seperti yang telah dijelaskan diatas.

Kita beranjak ke teori motivasi tepatnya pada teori hierarki salah satunya yaitu Safety needs (Maslow, 1943). Hal ini berkaitan dengan perilaku menimbun yang dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat berusaha memenuhi kebutuhan akan rasa amannya melalui penimbunan masker ataupun hand gel. Walaupun kita mengetahui bahwa hal tersebut tidaklah dibenarkan karena dapat merugikan individu atau kelompok lainnya. Perilaku ini juga dapat disebut dengan panic buying, yaitu pembelian dengan jumlah besar yang disebabkan karena adanya keadaan panik dan ini bukan hanya terkait masker, hand gel atau perlengkapan medis lainnya. Namun, panik buying ini juga berlaku pada pembelian bahan makanan yang banyak dan sekaligus menimbun makanan tersebut untuk dikemudian hari.

Bagaimana cara mengatasi perubahan perilaku dimasa pandemi covid-19?

Untuk mengatasi ataupun mengontrol terjadinya perilaku-perilaku diatas, kita harus berusaha berpikir dengan rasional walaupun sulit dilakukan dikondisi saat ini. Dalam situasi yang penuh ketakutan, kekhawatiran, dan kecemasan ini, kita dapat menggunakan metode Cognitive Behavioral Therapy (Beck, 1964). CBT ini dilakukan untuk menghindari pengambilan keputusan yang disebabkan oleh emosi sesaat dan tindakan yang terburu-buru (Norberg & Rucker, 2020). Metode CBT ini juga mampu membantu kita dalam mengontrol emosi, menjauhkan kita dari pemikiran yang tergolong salah, dan tentunya sangat berguna dalam mengembangkan kemampuan kita untuk memecahkan suatu masalah (Beck, 2011 & Benjamin, dkk 2011).

Salah satu contohnya yaitu dalam mengatasi perilaku yang telah diuraikan diatas seperti panic buying. Tidak tertutup kemungkinan juga metode ini diterapkan sebagai cara untuk mengatasi perilaku menolak jenazah atau pasien covid-19 yang sudah dijelaskan diatas, karena perilaku yang ditimbulkan itu disebabkan adanya situasi atau lingkungan yang membuat seseorang atau individu merasakan cemas sehingga mampu melakukan perilaku menyimpang yang menyebabkan gejolak sosial ditengah masyarakat.

Renungan kepada masyrakat, sudahkah mengatasi perubahan perilaku negatif ditengah pandemi covid-19?

Sebagai makhluk sosial kita akan terus berinteraksi terhadap orang banyak, karena pada dasarnya setiap manusia membutuhkan manusia lainnya untuk kelangsungan hidup. Sudah semestinya kita memahami situasi saat ini. Tidak ada yang ingin terjangkit virus ini. Virus ini tidak memandang usia, setiap orang bisa terjangkit virus ini baik itu bayi, anak-kanak remaja, dewasa hingga usia lanjut. Tentunya hal itu tidaklah menjadi suatu keinginan setiap individu ataupun kelompok. Oleh sebab itu sebaiknya kita meminimalisir perilaku yang telah dijabarkan diatas. Tidak salah, karena memang kita perlu melindungi diri kita. Akan tetapi, sudah semestinya kita melindungi diri kita tanpa merugikan orang lain.

References

Agung, I. M. (2020). Memahami Pandemi COVID-19 dalam Perspektif Psikologi Sosial. Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi, 68-84.

Kelvin Rivalna Akbar, d. (2021). Analisis Perilaku Masyarakat Selama Pancemic COVID-19 dan New normal. Inovasi dan riset akademik, 65-78.

Salsabila, N. (2020). Perubahan uang terjadi Dalam Masyarakat Sebagai Dampak dari Covid-19. Humas Fisip Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UB.

Suara.com. 31 Juli 2021. Terulang Terus, Warga Tolak Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19. Diakses pada 10 November 2021, dari https://www.suara.com/news/2021/07/31/101923/terulang-terus-warga-tolak-pemakaman-jenazah-pasien-covid-19

Kompasiana.com. 28 Oktober 2021. Penimbunan Masker Dimasa Pandemi. Diakses pada 10 November 2021, dari https://www.kompasiana.com/putrilailatulkhoiriyah/617a11e306310e43eb46d493/peninmbunan-masker-di-era-pandemi

Merdeka.com. 28 Oktober 2021. Napi Sembuh Covid-19 Ditolak Penghuni Sel Lainnya Karena Takut Tertular. Diakses 10 November 2021, dari https://www.merdeka.com/peristiwa/napi-sembuh-covid-19-ditolak-penghuni-sel-lainnya-karena-takut-tertular.html

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun