"Bareng gue aja, Nay," ucap Dio, teman sekelas mereka yang dikenal ramah dan humoris. Dengan senyum hangat, Dio membukakan payungnya, dan tanpa ragu, Nayla melangkah di sampingnya.
Aksa hanya bisa melihat punggung mereka menjauh. Ada sesak di dadanya, tapi ia tetap berdiri di tempatnya---seperti biasa. Ia selalu ada, namun tak pernah cukup berani untuk membuat Nayla menyadari keberadaannya.
Raka yang sejak tadi memperhatikan, menepuk pundaknya pelan. "Lo nunggu sampai kapan, Sa?"
Aksa menghela napas panjang, matanya masih menatap bayangan Nayla yang semakin jauh.
"Mungkin gue memang nggak pernah ada di dunianya," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.
Hujan masih deras, tapi kali ini, ada sesuatu yang lebih dingin di dalam hati Aksa.
(Bersambung...)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI