Segala hal yang ada pada penjelasan di atas, menunjukkan adanya, pencarian kebahagiaan melalui agama, baik itu religiusitas ataupun spiritualitas sebagaimana yang dikatakan oleh Abraham Maslow. Perasaan akan kedekatan diri kepada religiusitas bisa memunculkan sebuah pengalaman mistik yang sulit untuk diungkapkan yang menurutnya sangat berbeda dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, bahkan William James mengatakan pengalaman religius adalah pencak dari segala pengalaman.Â
Terakhir Dr. Zakiah Derajat mengatakan bahwa agama sangat ampuh untuk menetramkan kejiwaan manusia, terbukti dengan adanya keluhan masyarakat Barat yang banyak meninggalkan kehidupan beragama banyak mengalami kesukaran-kesukaran batin dan harus berkonsultasi pada ahli kejiwaan. Penelitaan itu juga diperkuat dengan adanya hasil penelitian yang mencengangkan, bahwa produksi obat penenang di Eropa menembus angka lima juta dus dan 160 ribu butir obat dikonsumsi, ini menunjukkan kekalutan yang tinggi dengan jiwa mereka.Â
Sudah saatnya kita untuk tetap terus pada pendirian ketimuran yang dekat dengan Tuhan, dekat dengan agama. Karena agama mampu menenangkan respon jiwa yang carut marut, mampu mendekatkan kepada yang Suci, dan mendekat dengan Sang Pencipta, yaitu hakikat dari kebahagiaan.
Psikologi positif yang disebut dengan Psicology Well Being menunjukkan keterkaitanyang erat dengan spiritualitas dan religiusitas. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Kesimpulan
Saya menyimpulkan bahwa manusia pada dasarnya memiliki naluri alamiah dan kebutuhan dasar  akan agama, baik itu disebut spiritualitas atau religiusitas. Kemudian religiusitas dan spiritualitas mengandung arti yang abstrak dibanding dengan istilah agama, religiusitas dan spiritualitas lebih bersifat pengalaman beragama sedangkan istilah agama lebih kepada pandangan ritual.
Beberapa tokoh memaparkan tentang efek positif mencari kebahagiaan lewat media agama, karena sudah banyak bukti bahwa negara Barat justru kini menyadari akan kebagian yang hakiki yaitu kembali kepada jalan Tuhan, bukan kepada kepuasan materialistik. Menurut saya sebagaimana yang disampaikan di atas bahwa kebanyakan tokoh psikologi dan kesehatan mental menyimpulkan perhatian kepada religiusitas berhubungan erat dengan peningkatan kepuasan hidup dan kesejahteraan psikologi manusia.
Sumber : Berbagai sumber bacaan
Tulisan ini pernah dimuat di blog pribadi
Pada 9 September 2014Â
YM.Lapu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H