Mengurus pendidikan adalah mengurus manusia. Untuk itu tidak boleh hanya melayani secara administratif saja. Melainkan harus menggunakan sentuhan cinta dalam pelayanan kita. Kenapa sentuhan cinta yang kita lakukan terhadap anak kandung kita tidak kita salurkan juga untuk orang-orang yang kita layani dalam medan pendidikan.Â
Dalam pembelajaran misalnya, seorang guru juga penting untuk dapat memiliki rasa cinta terhadap peserta didiknya. Perasaan cinta guru terhadap seluruh peserta didiknya merupakan hal yang amat penting dan dianggap sebagai alat utama dalam pendidikan.
Kondisi ini menjadi tragis ketika para pendidik senantiasa disibukkan dan dituntut untuk menguasai bahan ajar atau mengembangkan metode dan teknologi pembelajaran tertentu, tetapi mereka justru melupakan pentingnya rasa cinta terhadap peserta didik.Â
Penguasaan bahan ajar dan metode dan teknologi pembelajaran oleh guru memang penting, tetapi jika proses pendidikan harus melupakan aspek cinta sebagai alat utamanya maka pendidikan akan terasa menjadi kering dan kehilangan ruhnya.
Tampaknya disinilah pentingnya pendidik untuk dapat mengembangkan rasa cintanya secara konstruktif dalam berhubungan dengan siswanya, yang diwujudkan dalam bentuk rasa empati, memperhatikan kebahagiaan, kesejahteraan dan perkembangan dari para peserta didiknya.Â
Selain itu melakukan berbagai upaya dan turut membantu para peserta didiknya untuk menjadi manusia yang bahagia dan sejahtera dan berkemajuan. Melaui proses pendidikan yang didasari rasa cinta, pada gilirannya dapat mengantarkan seseorang memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang tinggi, tetapi juga memiliki karakter yang baik.
Komitmen Bersama
Tampaknya masalah pendidikan di NTT berawal dari komitmen kita yang kurang. Dalam praksis pendidikan komitmen menjadi entri point untuk meraih kebahasilan-keberhasilan selanjutnya.Â
Sebab seunggul apapun teknologi yang digunakan dalam pembangunan pendidikan itu, atau sebaik dan selengkap apapun sarana yang dipergunakan dan sebaik manapun konsep dan teori yang akan kita laksanakan dalam pembangunan pendidikan ini, tanpa didukung oleh komitment dan keikhlasan dari semua pihak, tidak akan memiliki arti banyak.
Untuk itu, antara kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, dan pemerintah harus membangun komitmen yang kuat, jika kita ingin pendidikan di NTT unggul dan sedikit demi sedikit menyamai daerah lain di Indonesia.Â
Jika kita mencita-citakan pendidikan yang unggul sebagaimana harapan Gubernur Laiskodat yang adalah komponen pemerintah, maka cita-cita ini harus juga menjadi harapan dan cita-cita kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua. Dengan demikian semua energi yang kita miliki tercurah untuk mewujudkan hal ini.