Instruksi Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat, tentang masuk sekolah jam lima (5) pagi pada dua sekolah di Kota Kupang yakni, SMAN 1 Kupang dan SMAN 6 Kupang sontak viral dan menuai protes dari berbagai kalangan. Keputusan masuk sekolah jam lima ini merupakan salah satu syarat menjadi sekolah unggul. Â
Pemikiran gubernur ini beranjak dari mimpinya menjadikan dua sekolah ini tembus 200 sekolah terbaik secara nasional. Mimpi itu dia simpan sejak pertama kali memimpin Nusa Tenggara Timur. Namun sampai saat ini belum juga terwujud. Maka untuk mewujudkan mimpinya itu ditunjuklah SMAN 1 Kupang dan SMAN 6 Kupang di plot menjadi sekolah unggul.
Impian gubernur ini bukan tanpa alasan. Karena hampir lima puluh persen APBD Provinsi NTT dialokasikan untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Tetapi urusan pendidikan tidak mengalami kemajuan yang signifikan. Untuk itu dia mendorong agar ada sekolah unggul di NTT yang bisa mempersiapkan calon mahasiswa untuk masuk perguruan tinggi favorit di Indonesia seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM) dan jika memungkin bisa tembus ke Havard Universty.
Berdasarkan kesepakatan dengan Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah, ditujuklah SMAN 1 Kupang dan SMAN 6 Kupang sebagai sekolah unggul untuk menjawab impian bahwa satu atau dua sekolah di kupang bisa tembus 200 besar di Indonesia dan bisa masuk ke UI dan UGM. Dalam rapat berkembang menjadi sepuluh sekolah yang ikut uji coba.
Namun jika dalam perjalanan dan di evaluasi sekolah lain tidak sanggup, mereka boleh kembali ke awal lagi. Tetapi untuk SMAN 1 Kupang dan SMAN 6 akan jalan terus masuk sekolah jam lima dan dana yang besar itu di intervensi ke dua sekolah itu untuk mewujudkan mimpi besar ini. Kebijakan ini dengan demikian tidak berlaku untuk sekolah yang tidak masuk skema sekolah unggul di NTT.
Namun karena salah satu syaratnya adalah masuk sekolah jam lima pagi, maka kebijakan yang mulia ini menjadi kontroversial dan mendapat kritikan tajam dari berbagai pihak. Sejumlah pihak menyarankan agar kebijakan ini di kaji ulang dari berbagai aspek supaya tindak kontraproduktif dalam mencapai cita-cita besar ini.
Lalu benarkah masuk sekolah lebih awal (baca: jam 5 pagi) menjadikan kedua sekolah ini menghasilkan output siswa yang unggul? Untuk menjawab pertanyaan tersebut saya akan memeriksa sejumlah hasil penelitian tentang topik ini untuk menunjukan bahwa kebijakan ini perlu dipikirkan ulang demi masa depan Pendidikan di NTT yang kita cintai ini. Â Â
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa sekolah umumnya dimulai terlalu pagi, menyebabkan banyak remaja pening dan mengantuk ketika mereka seharusnya menyerap ilmu pengetahuan. Menurut CDC, American Academy of Pediatrics (APA), dan hampir setiap kelompok ilmiah atau penelitian lain yang telah mempelajari pertanyaan tersebut. Singkatnya, mereka semua menganjurkan bahwa sekolah di mulai agak siang, karena otak anak-anak yang masih berkembang tidak berfungsi dengan baik di pagi hari. "Pada jam-jam awal pagi itu, anak-anak pada dasarnya hanya setengah tidur. Mereka tidak menyerap informasi," ujar Matthew Walker, seorang profesor ilmu saraf di University of California, Berkeley.
Penelitian berjudul"Later Education Start Times in Adolescence: Time for Change" (2015), yang dilakukan oleh peneliti Oxford University, Paul Kelley bersama Clark Lee menyebut, jam sekolah untuk remaja di AS dinilai terlalu awal. Di AS sendiri jam masuk sekolah rata-rata dimulai pukul 08.00 pagi. Jurnal itu lalu menyebut bahwa sekolah yang mulainya lebih awal bisa menyebabkan dampak negatif pada siswa. Dampak itu di antaranya adalah kurang tidur kronis (chronic sleep deprivation) yang dapat merusak kesehatan si remaja tersebut.
Jam sekolah yang lebih awal membuat mereka punya jam tidur terbatas. Peneliti menemukan bahwa para siswa kehilangan rata-rata sekitar 2,7 jam tidur pada hari sekolah. Nah, andai sekolah dimulai lebih telat, siswa dinilai bisa punya waktu tidur lebih panjang, kemampuan belajar yang lebih baik, serta mengurangi risiko kesehatan. Selain itu, jurnal tersebut juga memaparkan hasil tes pada siswa kelas menengah, menunjukan efek positif saat jam sekolah dibuat mundur. Nilai para siswa disebut terus bertahan dengan baik. Sementara pada siswa yang sekolah lebih awal, prestasi mereka di kelas memburuk di hari yang sama. Penelitian ini melibatkan lebih dari 10 ribu siswa dan temuannya konsisten bertahun-tahun.
Temuan serupa juga diungkap dalam penelitian berjudul "Sustained Benefits of Delaying School Start Time on Adolescence Sleep and Well-Being" yang diterbitkan Sleep Research Society tahun 2018. Penelitian ini dilakukan terhadap 375 siswa di sekolah menengah di Singapura. Para peneliti ingin melihat apa jadinya jika jam sekolah dimundurkan dari jam 07.30 ke 08.15 pagi.