Mohon tunggu...
Yiwa Landu Niki
Yiwa Landu Niki Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis konten tentang kehidupan

Suka menulis konten tentang pengetahuan umum, agama, budaya, dan permasalahan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menangani Krisis Gula: Kebijakan Publik dan Intervensi untuk Kesehatan Masyarakat

12 Juli 2024   15:00 Diperbarui: 12 Juli 2024   15:16 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: puskpulokulon1.dinkes.grobogan.go.id

Kandungan gula dalam makanan dan minuman telah menjadi topik penting dalam penelitian kesehatan. Konsumsi gula yang berlebihan dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, mulai dari obesitas, diabetes tipe 2, hingga penyakit kardiovaskular. Gula tambahan, khususnya yang ditemukan dalam makanan olahan dan minuman manis, menjadi perhatian utama karena kontribusinya terhadap asupan kalori yang berlebihan tanpa manfaat gizi yang signifikan.

Kandungan Gula dan Konsumsi Harian

Gula adalah jenis karbohidrat sederhana yang terdiri dari molekul glukosa dan fruktosa. Sumber gula alami meliputi buah-buahan, sayuran, dan produk susu, sementara gula tambahan biasanya ditemukan dalam makanan olahan seperti permen, kue, minuman bersoda, dan jus buah kemasan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar konsumsi gula tambahan tidak melebihi 10% dari total asupan kalori harian. Untuk orang dewasa dengan kebutuhan kalori sekitar 2000 kalori per hari, ini berarti tidak lebih dari 50 gram gula tambahan per hari. Penurunan konsumsi gula tambahan menjadi di bawah 5% dari total asupan kalori harian (sekitar 25 gram) dapat memberikan manfaat kesehatan tambahan.

Dampak Negatif Konsumsi Gula Berlebihan

Dr. Maxi Rein Rondonuwu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, mengingatkan bahwa konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti gula darah tinggi, obesitas, dan diabetes melitus. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular dalam lima tahun terakhir di Indonesia. 

Misalnya, prevalensi diabetes meningkat dari 1,5 permil pada 2013 menjadi 2 permil pada 2018. Dr. Maxi juga menyoroti bahwa 28,7% masyarakat Indonesia mengonsumsi gula, garam, dan lemak melebihi batas yang dianjurkan, dan lebih dari 61% penduduk mengonsumsi minuman manis lebih dari satu kali per hari. Prevalensi obesitas pada anak usia 5-19 tahun juga meningkat dua kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir.

1. Obesitas
Konsumsi gula tambahan yang tinggi berkontribusi pada peningkatan asupan kalori yang berlebihan, yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas. Minuman manis, seperti soda dan jus buah, sering kali mengandung gula dalam jumlah tinggi dan rendah serat, sehingga tidak memberikan rasa kenyang yang memadai dan mendorong konsumsi berlebihan.

2. Diabetes Tipe 2
Konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan resistensi insulin, di mana sel-sel tubuh tidak merespons insulin dengan baik. Hal ini meningkatkan risiko berkembangnya diabetes tipe 2. Studi menunjukkan bahwa konsumsi minuman manis setiap hari dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2.

3. Penyakit Kardiovaskular
Gula tambahan dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah, yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Selain itu, konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan peradangan dan peningkatan tekanan darah, yang berkontribusi terhadap perkembangan penyakit jantung.

4. Kesehatan Gigi
Gula merupakan makanan utama bagi bakteri di dalam mulut yang dapat menyebabkan kerusakan gigi dan penyakit gusi. Konsumsi makanan dan minuman manis secara berlebihan meningkatkan risiko gigi berlubang.


Upaya Pengurangan Konsumsi Gula

1. Pendidikan dan Kesadaran
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak negatif gula berlebihan melalui kampanye pendidikan dan label makanan yang lebih jelas dapat membantu mengurangi konsumsi gula.

2. Regulasi dan Pajak
Beberapa negara telah menerapkan pajak pada minuman manis untuk mengurangi konsumsi. Selain itu, regulasi untuk membatasi iklan makanan tinggi gula terutama kepada anak-anak juga bisa efektif.

3. Pengembangan Produk Sehat
Produsen makanan dan minuman didorong untuk mengembangkan produk dengan kandungan gula yang lebih rendah dan menggunakan pemanis alami atau buatan yang lebih sehat.

4. Intervensi di Sekolah
Program nutrisi di sekolah yang menyediakan makanan sehat dan mengurangi ketersediaan makanan dan minuman manis dapat membantu membentuk kebiasaan makan yang baik sejak usia dini.

Konsumsi gula yang berlebihan memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan. Mengurangi asupan gula tambahan melalui pendidikan, regulasi, dan perubahan perilaku dapat membantu mengurangi prevalensi obesitas, diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan masalah kesehatan lainnya. Dengan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan, masyarakat dapat menikmati manfaat kesehatan yang lebih baik dan kualitas hidup yang lebih tinggi.

Dr. Maxi mengimbau masyarakat untuk lebih bijak dalam mengatur asupan makanan sesuai dengan pedoman kesehatan dan menjaga asupan gula, garam, dan lemak dalam batas yang direkomendasikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun