Sampai menit 70-an saya menyaksikan Leverkusen yang sabar dalam membangun serangan dan Atalanta yang gigih dalam pertahan. Apapun masih mungkin terjadi, comeback Leverkusen masih memungkinkan.
Lha wong Milan saja pernah unggul 3-0 di final Liga Champions 2005 akhirnya tumbang oleh Liverpool. Dan perlu dicatat, Xabi Alonso si pelatih fenomenal Bayer Leverkusen adalah orang yang mencetak gol penyeimbang Liverpool di Istanbul kala itu.
Ya, sejarah dan track record Bayer Leverkusen sangat memungkinkan untuk terjadi comeback.
Sampai kemudian serangan balik Atalanta menit 75, Gianluca Scamacca menciptakan peluang dan sangat tidak egois memberikan umpan pada Ademola Lookman yang berada di posisi lebih wuenak.
Tidak hanya di posisi lebih enak, Lookman juga sedang wangi kakinya setelah memborong dua gol babak pertama. Dan benar saja, gabungan antara ketidakegoisan Scamacca plus insting dan kaki Lookman yang sedang wangi, tercipta gol ketiga Atalanta dan  sepertinya kill the game.
Atalanta melanjutkan konsistensi permainannya, rapat dalam bertahan dan memberi tekanan saat pemain lawan pegang bola. Sesekali mereka membuat kesalahan tapi dengan sigap dan penuh konsentrasi mereka langsung menutup kesalahan tersebut. Leverkusen benar-benar mati kutu malam ini.
Atalanta pun berpesta, Gasperini setelah delapan tahun akhirnya bisa dapat trofi juga. Sangat layak setelah secara konsisten ia membuat Atalanta yang bukan apa-apa menjadi tim yang selalu konsisten menjadi pesaing di kompetisi Eropa.
Atalanta berpesta dan Bayer Leverkusen harus tertunduk lesu karena capaian fantastis mereka selama semusim terhenti dengan tragis, kena bantai 0-3 dalam final Eropa.
Namun tak ada tangis dari Xabi Alonso, pemain maupun suporter Leverkusen. Karena tahun ini mereka sudah melampaui harapan yang ada di awal musim. Menjadi jawara Bundesliga dengan rekor tidak pernah kalah, mempecundangi Bayern Munchen yang keterlaluan dominasinya di Liga Jerman, juga 50 pertandingan lebih tak terkalahkan.
Suatu saat sebuah tim digdaya juga pasti akan kalah ada kalahnya. Tapi kalau kalah di final ya memang sakit. Tapi buat Leverkusen ya tidak terlalu perlu ditangisi juga.
Dan tepuk tangan Xabi Alonso, pemain dan suporter Leverkusen yang hadir di Dublin menunjukkan kalau mereka masih enjoy the moment...