Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Administrasi - Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Diskualifikasi dan Berbagai Cara Menggemaskan untuk Menang

6 Juni 2023   05:32 Diperbarui: 6 Juni 2023   05:52 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan Aldila Sutjiadi/Miyu Kato (Foto: AP PHOTO/MARK J. TERRILL via kompas.id)

Petenis puteri Indonesia, Aldila Sutjiadi mengalami hal kurang mengenakkan di babak ketiga turnamen tenis Grand Slam Perancis Terbuka pekan ini.

Dia bersama pasangan ganda puteri-nya asal Jepang Miyu Kato harus terhenti di babak ketiga turnamen Grand Slam lapangan tanah liat itu.

Mereka kalah di set pertama dari pasangan Marie Bouzkova/Sara Sorribes Tormo (Ceko/Spanyol) namun unggul di set kedua dan sedang dalam kondisi bagus untuk menang pada set tersebut.

Namun sebuah insiden kecil membuat mereka kalah secara menyakitkan dan menggemaskan, didiskualifikasi oleh wasit. Ah...

Aldila/Kato didiskualifikasi akibat Kato yang secara tidak sengaja membuat seorang ball girl menangis karena terkena bola hasil pukulannya.

Bola itu tidak terlalu keras tapi si gadis kecil itu terlihat menangis sesegukan. Wasit semula hanya memberi peringatan namun kemudian sang lawan, pasangan Bouzkova/Sorribes memprotes kejadian tersebut dan menekankan bahwa gadis itu menangis.

Setelah berdiskusi beberapa saat, wasit memutuskan diskualifikasi untuk Aldila dan Kato. Sekarang gentian Kato yang menangis. Tentu saja, ini turnamen Grand Slam...

Turnamen Grand Slam adalah sesuatu yang besar, apalagi bagi petenis yang belum berada di level top seperti Aldila dan Kato. Kesempatan untuk bertahan lebih lama di turnamen ini adalah sebuah pencapaian luar biasa bagi mereka.

Namun, apa namanya ini? Apes ataukah nasib? Ataukah keapesan yang dimanfaatkan dengan baik oleh lawan?

Ya, karena kalau tidak ada protes dari Bouzkova/Sorribes mungkin saja wasit hanya memberi peringatan karena kondisi si gadis kecil baik saja, tidak terluka atau gangguan fisik lainnya, tapi dia menangis.

Dikutip dari kompas.id (5/6/2023), berdasar Buku Peraturan Grand Slam dari Federasi Tenis Internasional (ITF) pada Pasal III tentang pelanggaran saat bermain, dalam poin Q diatur tentang pelecehan fisik disebutkan, pemain tidak boleh melecehkan petugas, lawan, penonton, atau orang lain, di dalam area turnamen.

Mungkin Bouzkova/Sorribes menganggap tangisan dari si gadis kecil tadi adalah hasil konkrit dari tindak "pelecehan", meski tidak sengaja. Menangis adalah reaksi konkrit dari korban pelecehan, entah itu karena luka fisik maupun psikis.

Ya, Bouzkova/Sorribes tahu bahwa ada potensi aturan yang dilanggar oleh lawannya lalu menggunakan momen itu untuk "memperoleh keadilan" karena yang namanya peraturan tentu harus ditegakkan.

Jadinya, seperti memperoleh keuntungan dari sebuah kecelakaan lalu memberikan pressure agar lawan dapat hukuman.

Menggemaskan sekali, ini olah raga atau politik sebenarnya?

Tapi ya, di level profesional upaya mendapat keuntungan dari aturan sering dilakukan karena memang olah raga bukan sekedar sportivitas tapi juga prestise, uang besar dan kadang bahkan nasionalisme.

Marco Materazzi pada final Piala Dunia 2006 berhasil melakukan provokasi yang membuat Zinedine Zidane jadi melanggar aturan. Provokasi Materazzi sukses membuat Zidane sangat kesal sehingga menanduknya sampai terjatuh. Hal yang berakibat Zidane mendapat kartu merah.

Sebuah blunder besar karena kemudian Italia lah yang jadi juara dunia.

Floyd Mayweather Jr, sang petinju tak terkalahkan, pernah memukul KO Victor Ortiz dengan cara yang juga menggemaskan.

Saat itu terjadi benturan kepala, lalu wasit menghentikan pertandingan sesaat. Ortiz yang merasa bersalah mencoba meminta maaf dan berniat merangkul Mayweather. Tapi bukan balasan respek yang didapat Ortiz, tapi pukulan keras yang membuatnya KO.

Secara kasat mata apa yang dilakukan Mayweather jelas menyebalkan, tapi wasit menyatakan kemanangan KO itu sah karena tidak ada yang ia langgar. Mayweather tahu itu dan ia memanfaatkan momen dengan baik, walau kemudian banyak cemoohan yang ia terima.

Pertandaingan olah raga adalah soal menang dan kalah, apalagi di level profesional. Dan kadang sebuah blunder bisa berakibat kekalahan yang menyakitkan.

Zidane melakukan blunder karena tidak mampu menjaga emosi. Ortiz melakukan blunder karena tidak selalu waspada melindungi diri.

Begitu pula dengan pasangan Aldila Sutjiadi/Miyu Kato tadi, mungkin konsentrasi yang tidak maksimal berakibat bola nyasar ke seorang ball girl.

Untungnya, meski tersingkir di nomor ganda puteri, baik Aldila Sutjiadi maupun Miyu Kato masih tetap berkesempatan main di perempat final Perancis terbuka di nomor ganda campuran.

Aldila Sutjiadi lolos ke perempat final nomor ganda campuran berpasangan dengan petenis Belanda Matw Middelkoop sedangkan Kato berpasangan dengan petenis Jerman Tim Ptz.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun