Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Administrasi - Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Bukan Hanya Messi, Pelatih Cerdas dan Tim yang Solid Bawa Argentina Juara

20 Desember 2022   05:07 Diperbarui: 20 Desember 2022   10:35 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lionel Scaloni adalah manajer ketiga dalam sejarah yang memenangkan Piala Dunia (2022) dan Copa Amrica (2021). Sebelumnya ada Mrio Zagallo (Piala Dunia 1970, Copa Amrica 1997) dan Carlos Alberto Parreira (Piala Dunia 1994, Copa Amrica 2004), keduanya adalah pelatih tim nasional Brasil.

Scaloni juga tercatat mempersembahkan gelar Juara CONMEBOL-UEFA, yaitu kejuaraan yang mempertemukan negara juara Amerika Latin melawan juara Piala Eropa. Dalam Finalissiomo 2022, Argentina menumbangkan sang juara Eropa Italia dengan skor 3-0.

Scaloni bersama timnas Argentina juga sempat mencatatkan catatan fantasis dengan rekor 36 pertandingan tak terkalahkan. Rekor tersebut akhirnya putus oleh tim yang tak terduga, Arab Saudi pada partai pertama meraka di Piala Dunia Qatar 2022.

Sebuah kekalahan yang mengejutkan, membuat rekor gagah jadi ambyar. Namun, kekalahan tersebut adalah juga sebuah kejadian penting yang menjadi salah satu faktor keberhasilan Argentina menjadi juara di Piala Dunia 2022.

Kekalahan yang membuat mereka jadi lebih fokus dan berbenah. Kekalahan yang membuat mereka lebih cepat mengalami masa kritis dan bisa bangkit lalu melangkah jauh. Pertandingan kedua sudah jadi partai hidup mati, mentalitas dan kesiapan terbentuk sejak awal turnamen.

Kemampuan sebuah tim untuk bisa beradaptasi menghadapi kejutan buruk untuk kemudian bangkit, jelas diperlukan seorang atau tim pelatih yang mumpuni. Baik dalam hal motivasional maupun dalam strategi dalam menjalani sebuah kompetisi.

Lionel Scaloni pada Piala Dunia tahun ini membuktikan kemampuannya sebagai pelatih yang adaptif dan kaya strategi. Ia berani mengganti/menggeser pemain yang tidak perform tanpa mempedulikan nama besar.

Hampir di tiap pertandingan Scaloni selalu membuat perubahan, mulai dari susunan pemain, formasi atau juga ganti cara main di tengah pertandingan. Scaloni biasa memakai empat bek dalam formasi defaultnya, namun saat menghadapi Belanda ia memasang lima bek di starting line up-nya.

Di partai final melawan Perancis, ia menurunkan Angel di Maria yang di pertandingan sebelumnya tidak diturunkan sebagai starter. Posisi Di Maria yang biasanya di sayap kiri pun ia pindah jadi sayap kanan. Adaptif menyesuaikan lawan yang dihadapi dan banyak akal menyesuaikan apa yang terjadi di lapangan.

Scaloni memimpin Argentina meraih gelar Piala Dunia untuk yang ketiga kalinya setelah di final menang dramatis melawan Perancis. Untuk seorang pelatih, usia Scaloni masih tergolong muda.  

Ia juga tercatat sebagai pelatih termuda kedua dalam sejarah yang memenangkan Piala Dunia. Pelatih termuda yang memenangi Piala Dunia juga berasal dari Argentina, Cesar Luis Menotti pada tahun 1978.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun