Final Argentina vs Perancis bisa dibilang sebagai final ideal karena kedua tim memang memperlihatkan performa yang baik sepanjang gelaran Piala Dunia Qatar 2022. Soal kekuatan tim pun mereka cukup seimbang, mulai dari skuad, performa tim sampai ke sejarah dan pengalaman di final Piala Dunia.
Kita mulai dari skuad,
Di posisi penjaga gawang, ada dua kiper Liga Inggris di bawah mistar masing-masing tim. Hugo Lloris kiper Tottenham Hotspurs di bawah gawang Perancis dan Emiliano Martinez kiper Aston Villa sebagai penjaga gawang Argentina.
Lloris adalah kiper senior yang juga dipercaya menjadi kapten untuk timnas Perancis dan memiliki catatan caps sebanyak 114 kali dan menjadi pemain yang paling banyak bermain untuk timnas Perancis sepanjang masa. Soal kemampuan menangkap bola sepertinya antara Lloris dan Martinez gak jauh beda.
Soal mengkoordinasi berisan pertahanan, keduanya juga cukup mampu. Sebagai pemain senior dan kapten tentu Lloris punya kapasitas, sementara Martinez dengan kebawelan dan ketengilannya juga cukup komunikatif untuk mengkoordinasi rekan-rekannya di barisan pertahanan.
Keunggulan Martinez mungkin di adu penalti, dia punya catatan yang baik untuk urusan satu ini. Di Qatar 2022 dia juga sudah memperlihatkan kebolehannya tersebut saat menyingkirkan Belanda via adu penalti  di perempat final. Tidak hanya tangkas menepis penalti, Martinez juga jago mengintidasi si penendang penalti.
Di posisi bek tengah, Argenbtina punya duo centerback Nicolas Otamendi dan Cristian Romero dan masih ada bek Manchester United Lisandro Martinez. Sementara Perancis memiliki Raphael Varane dan Dayot Upamecano plus bek Liverpool Ibrahima Konate. Sangat berimbang.
Di posisi bek sayap, Perancis punya komposisi unik. Di sisi kiri adalah sisi yang lebih menyerang karena ada Theo Hernandez yang memang agresif dalam penyerangan. Di semifinal, Theo bahkan mencetak gol ke gawang Maroko. Sementara di sisi kanan ada Jules Konde yang lebih memiliki kemampuan bertahan lebih baik karena memang posisi aslinya adalah bek tengah.
Argentina punya komposisi bek sayap yang di Qatar 2022 ini diberdayakan dengan maksimal dalam hal menit bermain. Keempat fullback saling bergantian memberi kontribusi bertahan maupun menyerang. Di kiri ada Nahuel Molina dan Gonzalo Montiel sementara di kanan ada Marcos Acuna dan Nicolas Tagliafico.
Di lapangan tengah, kekuatan juga tidak jauh berbeda. Rodrygo de Paul di Argentina yang kadang ditemani oleh Leandro Paredes atau Enzo Fernandez berhadapan dengan gelandang Perancis asal Real Madrid Aurelien Tchouameni yang ditemani oleh Adrien Rabiot atau Youssouf Fofana.
Untuk playmaker ataupun gelandang serang saya melihat Antoine Griezmann penampilannya di Qatar 2022 ini cukup istimewa. Dia mampu mengumpan, mengatur permainan dan menciptakan peluang berbahaya. Di semifinal saat lawan Maroko dia bahkan menunjukkan kemampuan untuk membantu pertahanan.
Griezmann, sejauh ini tampaknya lebih unggul dari Alexis Mac Alister di Argentina. Mac Alister sendiri juga bermain baik dan mampu menggeser Alejandro Gomez di starting line up Argentina.
Di barisan penyerangan tak diragukan lagi. Ada dua penterang PSG yang juga dua pemain fenomenal yang tak perlu dijelaskan lagi talenta dan kemampuannya, Lionel Messi dan Kylian Mbappe. Satu hal yang Messi jelas lebih unggul dari Mbappe adalah pengalaman dan kematangan.
Barisan serang Argentina dan Perancis di Qatar 2022 ini juga cukup "nggegirisi". Tengoklah itu daftar top skor sementara. Di peringkat pertama dengan torehan lima gol ada Kylian Mbappe dan Lionel Messi. Di peringkat kedua dengan catatan empet gol ada Olivier Giroud dan Julian Alvarez.
Giroud dan Alvarez adalah dua striker yang sebenarnya bukan pilihan utama. Giroud menggantikan Karim Benzema dan Christopher Nkunku yang cedera. Sementara Alvarez menggeser Lautaro Martinez yang performanya tidak terlalu baik di laga awal.
Kedua tim juga sama-sama memiliki permasalahan di awal turnamen. Argentina secara mengejutkan kalah dari tim yang dianggap sebagai tim terlemah di grup, Arab Saudi. Kekalahan yang membuat mereka harus menjalani laga hidup mati sejak dini. Performa buruk beberapa pemain utama menjadi faktor penyebab yang membuat pelatih Lionel Scaloni harus melakukan banyak evaluasi.
Sementara Perancis dihantam badai cedera banyak pemain di semua posisi. Di posisi penjaga gawang, kiper kedua mereka yang sedang mengalami performa terbaik bersam AC Milan, Mike Maignan cedera. Di barisan belakang ada bek PSG Presnel Kipembe yang cedera yang kemudian diikiti oleh Lucas Hernandez pada saat turnamen berlangsung.
Di lapangan tengah, Perancis harus kehilangan dua pemain yang memiliki kontribsi luar biasa saat mereka jadi juara dunia 2018, Paul Pogba dan N'Golo Kante. DI depan mereka juga harus kehilangan pemain peraih Ballon d'Or, Karim Benzema, juga striker lain yang sedang naik daun, Christopher Nkunku. Pelatih Didier Deschamps benar-benar dipaksa untuk bisa memaksimalkan sumber daya yang dimiliki.
Nyatanya, baik Deschamps maupun Scaloni bisa menemukan format dan strategi terbaik untuk bisa melangkah jauh. Scaloni menggeser pemain yang tidak perform dengan pemain lain dan terbukti efektif. Sementara Deschamps secara luar biasa membuat Griezmann yang sudah menurun di level klub, kembali menemukan permainan terbaiknya di Qatar 2022. Demikian juga dengan Olivier Giroud, di usianya yang sudah 36 tahun ternya ia masih bisa tampil maksimal.
Di semifinal, kedua tim juga menunjukkan kemampuan beradaptasi dengan baik. Melawan Kroasia dan Maroko yang sama-sama jago dalam hal bertahan, baik Perancis maupun Argentina bermain sabar. Keduanya berhasil mencetak gol di babak pertama dan memaksa lawan-lawannya keluar menyerang dan menguasai bola lebih banyak.
Kedua tim terlihat cukup dewasa dan layak untuk tampil di final Piala Dunia.
Soal pengalaman di final Piala Dunia, keduanya juga sudah sama-sama dua kali menjadi juara dunia. Argentina pada tahun 1978 dan 1986 sementara Perancis meraihnya di tahun 1998 dan 2018.
Argentina tercatat sudah lima kali tampil di final dengan catatan dua kali jadi juara dan tiga kali jadi runner up, yaitu di tahun 1938 (sudah amat sangat lama) serta di tahun 1990 dan 2014. Keduanya kalah dari Jerman.
Sementara Perancis tercatat tiga kali masuk final, dua kali dimenangkannya dan sekali kalah pada tahun 2006. Saat itu mereka kalah adu penalti melwan Italia yang diwarnai aksi Zinendine Zidane menanduk Marco Materazzi dan mendapatkan kartu merah.
Saya sebenarnya tidak menjagokan keduanya, jadi ya nikmati saja pertandingannya. Semoga mereka tidak terlalu berhati-hati dan sama-sama menunggu. Harapan saya, ada gol cepat di babak pertama sehingga ada tim yang harus keluar menyerang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H