Sisi kiri Perancis atau sisi kanan Maroko memang cukup istimewa. Disini ada duel seru duo Mbappe-Theo dari Perancis melawan Hakimi-Ziyech dari Maroko.
Sebelum pindah ke PSG, Achraf Hakimi adalah pemain Inter Milan. Dalam derby Milan Hakimi sering bertemu dengan Theo Hetnandez. Reuni derby Milan dari dua orang fullback yang memiliki agresivitas dan kemampuan ofensif yang luar biasa.
Sementara Mbappe dan Ziyech kita tahu adalah pemain terbaik di negaranya masing-masing.
Makin menarik Mbappe dan Hakimi saat ini adalah rekan satu tim di PSG yang dikenal memiliki kedekatan dalam pertemanan.
Gol cepat yang menguntungkan Perancis. Bagi Maroko, kemasukan gol berarti game plan berubah dan mereka harus keluar menyerang.
Tidak mudah bagi Maroko untuk bisa membongkar pertahanan Perancis. Salah perhitungan sedikit Perancis akan memiliki banyak ruang untuk mengacak-acak pertahanan Maroko, seperti yang dipertunjukkan Argentina saat menghadapi Kroasia di pertandingan semifinal sebelumnya.
Perancis beberapa kali memiliki peluang gol namun sayangnya Olivier Giroud belum menemukan magicnya di babak pertama.
Peluang Maroko di babak pertama didapatkan terutama dari bola-bola mati. Tendangan sudut Hakim Ziyech di akhir babak pertama hampir saja berbuah gol buat Maroko.
Awal babak kedua, Maroko langsung tancap gas menggempur pertahanam Perancis. Serangan-serangan Maroko benar-benar merepotkan barisan pertahanan Perancis yang tidak diperkuat oleh bek tengah Bayern Munchen, Dayot Upamecano.
Upamecano dan gelandang Adrien Rabiot memang absen di pertandingan semifinal karena mengalami flu berat. Mereka digantikan oleh bek Liverpool, Ibrahima Konate dan Youssouf Fofana, gelandang asal klub AS Monaco.
Maroko jadi terlihat mendominasi jalannya pertandingan dan membuktikan bahwa mereka tidak hanya bisa bertahan. Sementara Perancis terlihat lebih memilih untuk menunggu walau dengan risiko pertahaman mereka diacak-acak oleh Maroko.