Minggu kemarin Olivier Giroud, striker AC Milan harus menerima kartu merah setelah mencetak gol kemenangan di menit-menit akhir pertandingan. Ia mendapatkan kartu merah karena melakukan selebrasi dengan mencopot jersey yang ia kenakan. Ia diberi kartu merah karena itu adalah kartu kuning kedua yang ia terima di pertandingan itu, kartu kuning kedua berarti otomatis kartu merah.
Belakangan, Giroud menjelaskan bahwa ia lupa kalau sebelumnya ia sudah mendapatkan kartu kuning. Ya, mungkin saking emosionalnya, saking senangnya karena sebelumnya timnya sulit mencetak gol sampai menit terakhir. Wajar kalau emosinya lalu meledak kegirangan sehingga lupa kartu kuning yang sudah ia terima sebelumnya.
Beberapa netizen menganggap Giroud sengaja melakukannya karena kartu merah akan juga berarti ia tidak dimainkan pada laga tengah pekan Serie A. Dengan tidak bermain di partai berikutnya ia jadi bisa beristirahat di tengah pekan dalam jadwal yang padat sehingga mengurangi resiko  kemungkinan buruk, terkena cedera yang membuat ia harus absen di Piala Dunia yang hanya kurang dua minggu lagi.
Lagian, lawan berikutnya Cremonese adalah tim kecil yang di atas kertas bisa dikalahkan Milan meski harus bermain tanpa Giroud. Pun gol yang ia cetak yang menjadi penyebab kartu merah terjadi di menit akhir sehingga kemungkinan lawab bisa membalas gol juga kecil. Dari semua alasan itu, menerima kartu merah agar aman di Piala Dunia cukup bisa dimengerti. Sayangnya Milan hanya mampu bermain imbang 0-0 lawan Cremonese, Rabu kemarin.
Lupa memang seringkali merugikan kita.
Peristiwa lupa yang fatal dalam dunia olah raga juga pernah dialami oleh Aleix Espargaro saat balapan Moto GP Catalunya belum lama ini. Pada saat balapan menyisakan satu putaran lagi, ia lupa jumlah putaran dan menyangka bahwa ia sudah menyelesaikan lomba. Espargaro melambatkan motornya karena merasa sudah finish sehingga ia kemudian didahului oleh pembalap-pembalap di belakangnya dan kesempatan di depan mata memenangi podium jadi gagal total.
Yang namanya orang lupa pasti tidak ingat. Dan manusia kan memang tempatnya lupa. Lupa itu manusiawi walau kadang bisa berakibat fatal.
Lain lagi dengan Kang Pidi Baiq. Blio ini penulis terkenal, novel Dilan yang ia tulis laris manis buku maupun saat dibuat film. Ia juga suka bikin lagu yang ia nyanyikan sendiri atau bersama band-nya The Panasdalam.
Dalam lagu yang dibuatnya, Kang Pidi menceritakan bahwa ia lupa kalau sudah punya punya isteri. Begini ia bernyanyi: "..ya ampun.., ya ampun.., aku lupa ternyata sudah punya isteri, yang dulu aku kejar hingga kunikahi kini kubiarkan nonton tv sendiri..."
Lagu itu bercerita tentang bagaimana ia menikmati suasana alam sekitarnya dengan bermain gitar, saking asyiknya ia bahkan lupa kalau ia jadi membiarkan isterinya sendirian.
Ya, itu lagu parodi, tapi memang begitulah yang namanya lupa. Saat kita fokus satu hal, maka hal lain jadi bisa terlupakan...
Band Kuburan, juga punya cerita tentang lupa, mereka ingat kuncinya tapi lupa lirik lagunya. Begini mereka bernyayi: "Lupa, lupa, lupa, lupa, lupa lagi syairnya.., Ingat, ingat, ingat, ingat, cuma ingat kuncinya..."
Dan begitulah memang yang namanya lupa. Kadang kita tidak bisa mengingat secara utuh semua hal yang sudah terekam dalam memori. Kadang hanya satu sudut pandang yang kita ingat dari banyak sudut pandang, kadang hanya sebagian dari keseluruhan hal yang mampu kita ingat.
Ingat rasanya tapi lupa namanya. Aih...
Lupa terkadang jura merupakan mekanisme yang diperlukan untuk bisa move on. Sebuah peristiwa kadang begitu membekas dalam ingatan, terkadang kadarnya begitu kuat hingga terasa menyiksa jiwa. Siksaan kepedihan tersebut sebetulnya diperkuat oleh ketidakmampuan seseorang untuk melupakan ingatan tersebut. Rocket Rockers dalam lagunya malah bilang ingin hilang ingatan biar bebas dari siksaan rasa.
"Terlintas keinginan tuk dapat, Hilang ingatan agar semua terlupakan, Dan ku berlari sekencang-kencangnya, Tuk melupakan mu yang tlah berpaling.."Â begitu lirik lagu Rocket Rockers yang begitu sedih karena orang yang ia harapkan telah berpaling dan tak mampu ia melupakan rasa sakit hati itu.
Ya, begitulah memang kadang. Seperti tadi, lupa adalah cara ampuh untuk bisa move on. Tentu, sebagai makhluk berakal yang bijak bestari manusia punya kebijaksanaan untuk bisa memilih mana yang harus dilupakan dan mana yang harus diingat.
"Ya, jangan dilupakan, tapi ambil hikahnya"Â begitu nasehat klise yang sering kita dengar.
Ya, terkadang ada yang harus dilupakan tapi juga ada yang tak boleh dilupakan.
Yang paling gawat adalah kalau kita dibuat lupa akan tujuan utama yang kita punya. Lupa yang dikarenakan banyak hal yang tidak dapat kita taklukkan, entah itu nafsu, keinginan, rasa takut atau apapun. Fokus kita lantas terserap oleh nafsu, kecemasan, ketakutan, kesombongan dan lain sebagainya tersebut. Lupalah kita tujuan awal yang dahsyat itu...
Maka dari itu ada ungkapan bijaksana yang konon berasal dari Mbah Ronggowarsito, "sak beja-bejaning wong lali iseh luwih beja wong kang eling lan waspada". Seberuntung-beruntungnya orang yang lupa masih lebih beruntung orang yang selalu ingat dan waspada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H