Sebagai fans AC Milan sebenarnya saya sudah cukup puas dengan keberhasilan lolos ke babak 16 besar Liga Champions. Ya, setidaknya ada progress dibanding tahun kemarin yang jadi juru kunci di fase grup.
Hasil drawing 16 besar juga cukup lumayan, gak ketemu Manchester City atau Bayern Munchen atau Real Madrid. Kalau disuruh milih ketemu tiga klub tadi, saya pilih Real Madrid lah, ya itung-itung reunian sama Don Carletto, siapa tahu bisa menang.
Untungnya Real Madrid ketemu Liverpool, partai seru yang layak ditonton. Ulangan final tahun lalu dan keduanya adalah tim besar dalam sejarah Liga Champions bersama AC Milan tentunya...
Bayern Munchen juga ternyata mendapat berkah melakoni partai duel raksasa melawan PSG, tontonan yang mengasyikkan juga untuk penonton bola .
Juara grup lain yang bisa jadi lawan Milan adalah dua tim Portuhal: FC Porto dan Benfica atau tim dari Inggris Tottenham Hotspurs. Juara grup lainnya, Chelsea dab Napoli tidak mungkin karena yang satu adalah seteru di fase grup dan satunya lagi tetangga satu negara.
Ternyata, hasil drawing memastikan bahwa Tottenham Hotspurs lah yang akan menjadi lawan Milan di 16 besar. Melawan tim dengan pelatih asal Italia bisa lah nanti serasa main di Serie A.
Spurs dibawah Conte sejauh ini memperagakan sepakbola yang secara teori masih bisa dilawan oleh Milan. Bukan sepakbola seperti Manchester City atau Bayern Munchen atau Barcelona era Pep atau Liverpool era Klopp saat sedang bagus-bagusnya.
Walau bukan berarti juga kalau ketemu Manchester City atau Bayern Munchen, Milan pasti kalah. Di fase knockout apapun bisa terjadi.Â
Tahun lalu pun Real Madrid dengan pelatih old school macam Carlo Ancelotti pun dengan gagah menyisihkan tim-tim besar dengan gaya bermain atraktif. Passion, mental dan keberuntungan sangat diperlukan di fase ini.
Head to head dengan Spurs, mungkin di beberapa aspek Spurs lebih unggul tapi ya gak jauh-jauh amat.
Pelatih, Pioli dan Conte sama-sama orang Italia, walau Conte lebih moncer dalam hal prestasi karena pernah juara Liga Italia bersama Juve dan Inter, juga juara Liga Inggris bersama Chelsea, setidaknya Pioli tahun lalu pun jadi scudetto bersama AC Milan dengan skuad yang tidak terlalu istimewa.
Di posisi kiper, Higo Lloris dan Mike Maignan, sama-sama kiper timnas Perancis. Sayangnya sekarang Maignan masih cedera tapi 16 besar nanyi mainnya di bulan Februari, seharusnya Maignan sudah bisa bermain.
Pioli biasa memainkan pola 4-2-3-1 sedangkan Conte 5-3-2 atau 3-5-2 bila dalam posisi menyerang.Â
Sama-sama punya fullback kiri bernomor punggung 19 yang sama-sama punya daya serang yang baik dan mampu membuiat gol. Bek timnas Perancis, Theo Hernandez di kubu Milan dan fullback/winger masa depan Inggris Ryan Sessegnon.
Penyerang sayap cepat, Spurs punya Son Heung Min dan Richarlison yang keduanya saat ini masih cedera, sementara Milan punya Rafael Leao yang sedang gacor, juga masih ada Ante Rebic ataupun Alexis Saelemaekeers.
Di posisi penyerang, Harry Kane tentu lebih muda dan lebih ganas dibandingkan Olivier Giroud yang sudah cukup berumur.
Secara keseluruhan, masih ada celah dan kemungkinan Milan menang lawan Spurs.
Yang membuat pesimis fans Milan adalah rekor Milan saat bertemu dengan tim-timdari Inggris beberapa waktu terakhir.Â
Yang masih anget di fase grup, dua kali Milan kalah lawan Chelsea, dibantai 0-3 di Stamford Bridge dan kalah 0-2 di San Siro. Kemasukan lima gol tanpa mampu mencetak sebiji gol pun.
Tahun lalu, lawan Liverpool di fase grup Milan juga dua kali kalah. Di pertandingan kedua di San Siro Liverpool bahkan menurunkan banyak pemain lapis kedua karena sudah memastikan lolos. Dan Milan masih kalah juga.
Tahun sebelumnya, Milan juga bertemu tim Inggris di kompetisi Eropa. Bukan di Liga Champions, tapi di Liga Eropa.Â
Di fase knockout 16 besar Liga Eropa musim 2020/2021 Milan bertemu dengan Manchester United dan kalah agregat 2-3. Menahan imbang MU di Old Trafford dengan skor 1-1 tapi malah kalah 0-1 di San Siro.
Tiga tahun beruntun Milan dipecundangi tim Inggris.Â
Bahkan pada saat masa kejayaan pun Milan pernah memiliki pengalaman sangat tidak mengenakkan melawan tim Inggris.Â
Adalah final Liga Champions 2005 saat Milan unggul 3-0 di babak pertama lawan Liverpool tapi dicomeback dengan tiga gol Liverpool dalam enam menit di babak kedua.Â
Skor 3-3 dilanjut adu penalti dan Milan kalah. Untungnya dua tahun berikutnya Milan mampu membalas kekalahan dengan kemenangan di final Liga Champions 2007 atas Liverpool. Skornya 2-1 kala itu dengan Filippo Inzaghi memborong dua gol.
Ah iya, fans Milan memang paling suka ngomongin sejarah, Dan memang kalau dari sisi sejarah Liga Champons, Spurs jelas bukan apa-apa jika dibanding AC Milan. Tapi sayangnya, ini bukan pelajaran sejarah
Satu lagi yang membuat fans Milan layak pesimis adalah rekor pertemuan Pioli lawan Conte saat di Serie A, saat Conte memegang Inter Milan dari empat pertemuan Conte menang tiga kali dan Pioli sekali. Horee!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H