Mereka sengaja memilih genre tersebut karena menganggap bahwa musik folk itu simpel dan irit karena bisa dimainkan cukup dengan gitar bolong saja, tak perlu beraneka macam efek seperti musik rock misalnya. Folk juga diangggap lebih bisa dipakai buat bercerita tentang segala hal yang layak untuk diceritakan, termasuk bercerita tentang Surabaya dan segala hal dengan latar belakang kota Surabaya.
Hmm.., folk lebih cocok untuk eksplorasi dalam penulisan lagu yang bercerita. Ya lagu yang bercerita tentang fenomena sosial, tentang kehidupan, tentang rasa.
Dalam beberapa lagunya, Iwan Fals bisa disebut penyanyi folk, juga Ebiet G Ade.
Bob Dylan adalah contoh penyanyi yang banyak dibilang punya genre musik folk. Komposisi musik cenderung sederhana, alat musik dan sound yang juga sederhana dengan lirik yang bercerita tentang bermacam fenomena.
Cukup masuk akal kalau dikatakan bahwa folk cocok untuk lagu yang bercerita tentang berbagai fenomena. Dan Silampukau memilih untuk bercerita tentang Surabaya ataupun fenomena yang berlatar Surabaya.
Lagu pertama yang saya tahu adalah "Puan Kelana", saya lupa darimana dulu pertama tahu lagu ini. Mungkin dari rekomendasi youtube.
Lagu "Puan Kelana" bercerita tentang seorang lelaki yang merindukan teman wanitanya yang sedang pergi ke Perancis. Mempertanyakan si puan yang suka berkelana, kenapa harus jauh-jauh ke Paris padahal di Surabaya juga semua ada. Mempertanyakan kenapa mesti jauh-jauh mengembara padahal dunia punya luka yang sama.
"Toh anggur sama memabukkannya, entah Merlot, entah Cap Orang Tua" begitu salah satu penggalan syair lagunya yang lalu mengingatkan saya pada komentar: "Ngapain main ke pantai, kalau mau lihat air di bak mandi juga banyak"
Ya, orang yang sedang rindu kan memang begitu. Hal terpenting adalah orang yang dirindukannya itu agar cepat balik lagi. Segala hal yang merintangi orang yang dirindukan untuk segera kembali maka hal tersebut merupakan hal yang harus dipersoalkan...
Album Dosa, Kota, & Kenangan rilis di tahun 2015 dan sampai sekarang belum ada lagi album yang muncul. Yah, mungkin mereka memang mengutamakan kualitas bukan kuantitas. Lagian mereka kan memang lebih suka bercerita tentang fenomena-fenomena disekitar mereka. Bisa dibilang pendekatan mereka fenomenologis, memang sangat kualitatif. Ahai...
Konon, album baru masih dalam pengerjaan. Meski belum meluncurkan album, setidaknya ada single yang sudah mereka luncurkan.