Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Administrasi - Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Perancis Terbuka: Respons Juara Novak Djokovic

14 Juni 2021   22:01 Diperbarui: 14 Juni 2021   22:05 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: newsdirectory3.com

Gelaran Grand Slam Perancis Terbuka baru saja berakhir dan Novak Djokovic meraih gelar Grand Slamnya yang ke-19. Maka sekarang tinggal selisih satu gelar saja dengan Rafael Nadal dan Roger Federer yang sama-sama mengoleksi 20 gelar Grand Slam. Istimewanya, Novaklah satu-satunya petenis yang memenangi semua Grand Slam lebih dari sekali.

Gelar kedua Perancis Terbuka bagi Mas Djoko didapatkan setelah menang dalam pertarungan lima set melawan Stefanos Tsitsipas. Sebelumnya, di semifinal Novak mampu menyingkirkan si jawara tanah liat Rafael Nadal, rival terberatnya terutama di tanah liat.

Di artikel sebelumnya, saya sempat menuliskan bahwa kalau saja peak Novak sudah terjadi di semifinal, maka peluang Tsitsipas untuk juara sangat terbuka. Nyatanya, si Mas Djoko ini memang punya mental juara dan kemenangan bersejarah di  semifinal tidak begitu saja membuat dia langsung orgasme. Dia tahu bahwa senikmat-nikmatnya orgasme adalah di partai puncak. Dan dia melakukan itu dengan sangat baik.

Dan, saya pikir dalam beberapa hari ini, tidak hanya Novak Djokovic saja yang orgasme menjuarai Perancis Terbuka. Penonton tenis pun sama-sama terpuaskan dengan partai semifinal dan final tersebut. Iya donk? Masak enggak?

By the way.,

Partai final sendiri juga tidak kalah serunya dengan partai semifinal. Tsitsipas yang memperoleh final Grand Slam pertamanya jelas memiliki motivasi tinggi untuk menang. Dan memang, dengan skill, motivasi dan kepercayaan diri Tsitsipas menang di dua set pawal, tie break 7-6 di set pertama dan 6-2 di set kedua.

Djokovic sendiri mengakui bahwa di set kedua dia mengalami drop secara fisik maupun mental. Set kedua selesai, Novak Djokovic cabut sebentar ke ruang ganti. Entah apa yang ia lakukan, yang jelas ia tahu kondisi mentalnya yang sedang drop dan berusaha berdamai dengan dirinya, menemukan kembali motivasi untuk melanjutkan pertarungan sampai usaha terbaik yang ia bisa. Dan dia berhasil...

Novak membuktikan kata-katanya bahwa latihan mental sama pentingnya dengan latihan fisik. Hal yang perlu dicatat adalah, dia tahu bahwa dia sedang drop secara mental dan dengan kesadarannya itu ia tahu apa yang dibutuhkan.

Latihan mental dan pengalaman membuat seseorang dengan cepat menyadari sikap yang mungkin salah atau tidak sesuai dengan tantangan atau tugas yang sedang ia hadapi.

Ah iya, diantara stimulus dan respons terdapat kebebasan manusia untuk memilih dan menentukan sikap. Dalam kondisi yang dialami mas Djoko di set kedua dia mulai menyadari respon salahnya di set kedua dan kembali di set ketiga dengan respon seorang juara.

Tsitsipas pun mengatakan bahwa di set ketiga dan seterusnya dia seperti melawan orang yang berbeda dengan Mas Djoko di set kedua.  

Dan, si Novak ini memang sepertinya bisa mengambil inspirasi dari mana saja. Di akhir pertandingan dia memberikan raketnya ke seorang anak kecil. 

Menurutnya, itu adalah wujud apresiasinya karena selama pertandingan si anak selalu mensupportnya. Novak mendengar teriakannya menyemangati dan bahkan semacam pelatih yang memintanya untuk memperhatikan servisnya atau mengarahkan pukulannya. 

Si anak kegirangan mendapatkan raket final Novak Djokovic dan kita semua mendapat suguhan adegan yang membuat gembira sisi kemanusiaan kita. Ahai...

Sementara itu,

Bagi Stefanos Tsitsipas, ini tentu sebuah pengalaman yang sangat menjengkelkan. Lha bagaimana tidak menjengkelkan, final sudah unggul dua set tinggal selangkah lagi, eh ambyar pula pada akhirnya. Jengkel donk? Masak enggak?

Pengalaman menjengkelkan tapi sangat berharga.

Pengalaman yang dapat ia ambil adalah, di final Grand Slam sebelum tiga set dimenangi maka kemenangan belum diraih dan bisa saja dia kalah walaupun sudah unggul dua set.

Di interviu lapangan, Tsitsipas bilang sangat terinspirasi dengan Novak dan berharap paling tidak dia bisa mencapai setengah dari apa yang sudah Novak capai. 

Setengahnya itu berarti 9 atau 10 juara Grand Slam, itu sudah melebihi raihan Andre Agassi, Ivan Lendl atau Jimy Connors. Wow banget kan, separonya Djokovic saja sudah melebihi para legenda!

Selanjutnya, setelah tahun lalu tidak digelar karena covid, turnamen Grand Slam Wimbledon akan digelar lagi dua minggu kedepan. Waktu yang menurut Novak sangat pendek kalau dihitung dari final Roland Garros ini. 

Dua minggu dirasa sangat tidak ideal untuk mempersiapkan diri. Kita lihat saja, apakah di Wimbledon nanti Mas Djoko mampu menyamai jumlah gelar Grand Slam Om Roger dan Bang Rafa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun